Ketika Felix terbangun yang pertama dia lihat adalah minho yang sedang berlutut di samping ranjang dengan wajah suram.
"Lixie... se-selamat pagi."
Felix mencoba untuk bangun tapi kemudian dia sadar, sedikitpun dia tidak bisa bergerak, seluruh bagian tubuhnya seperti mati rasa.
Wajah minho menjadi merah dan segera bangkit menghampiri Felix, "Aku-aku akan membantumu."
Felix sangat kesal padanya dia berkata dengan suara seraknya, "hyung, kenapa kamu tidak sekalian saja bunuh aku."
Minho tahu dia salah dan lebih memilih untuk tetap diam.
Melihat Felix yang kesusahan dia mendekat, membantu Felix bersandar di bantal. "Aku sudah membersihkan nya, kamu tidak usah khawatir."
Dia berkata dengan pelan, "waktu itu kamu bilang, itu susah di bersihkan, tadi pagi aku sudah membersihkannya dan sekarang itu sudah bersih."
Felix yang mendengar kata 'bersih' berulang kali membuat kepalanya semakin sakit.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Felix.
Minho menunduk kembali, dia sedikit takut saat mendengar pertanyaan Felix.
"Bukan....jam..." dia bergumam sangat kecil.
Felix mengernyitkan keningnya, "apa?"
"Sekarang sudah... tanggal 29 Oktober.."
"KMAU mphhh-!!!!!!"
Minho takut ketika dia mengatakan itu, felix akan memarahinya, jadi sebelum felix sempat berbicara minho menunduk dan langsung menutup mulutnya dengan ciuman.
Ciuman yang penuh dengan kasih sayang.
Setelah ciuman selesai, mereka berdua bernafas dengan ter engah-engah, mata minho yang sedikit memerah, dan dia berkata lagi. "Lixie apa yang ingin kamu katakan tadi?"
Felix terlihat ingin bicara, tapi minho masih takut mendengar dia memarahinya. Jadi dia kembali menciumnya.
Felix ; "......"
Ketika bibir mereka terlepas, terlihat benang saliva yang terjalin satu sama lain, "jika kamu ingin memarahiku, lakukan saja, aku tidak akan menghentikanmu."
"Aku kataka-!!!"
Minho menciumnya lagi.
Felix, "......."
"Apa yang ingin kamu katakan?"
"......"
Felix sudah tidak ingin berbicara lagi. Setiap dia akan membuka mulut, minho akan langsung menciumnya.
Tentu saja dia mengerti alasan minho seperti ini. Jelas dia ketakutan karena sudah bermain trik kotor selama tiga hari ini.
Ini adalah kamar bawah tanah milik minho jadi dia tidak sadar sudah berapa waktu berlalu.
Felix melihat ke sekeliling kamar, dan ini masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah.
Felix merasa sedikit gelisah, tidak tahu kenapa dia juga tidak berani menatap ke arah minho.
Sepertinya minho sudah berhasil meruntuhkan pertahanan dirinya. Dan berhasil masuk kecelah didalam hatinya.
Felix tidak menyukai perasaan ini, sebelumnya dia belum pernah merasa seperti ini, dia tidak pernah merasa tertarik dengan seseorang.
Dia ingin sekali mengambil pisau dan membedah dadanya, mengeluarkan sesuatu itu, karena itu memang seharusnya tidak berada di dalam hatinya.
Tapi perasaan itu sudah menyatu di dengan hatinya.
