Pada usia dua belas tahun dia merasakan kegembiraan yang luar biasa.
"Reno, aku merindukanmu." Terdengar suara nyaring seorang bocah dari atas balkon di kamar miliknya.
"Kenapa memanggilku Reno? Dan juga Yongbok apa yang kamu lakukan disana , cepat kemari." Minho berjalan kearah balkon dan mengulurkan tangannya untuk menurunkan Felix.
Felix menurut , dia turun dan mengalungkan lengannya di leher minho, "karena aku menyayangi mu hyung, jadi aku memanggilmu Reno, Reno adalah hyung terbaik yang aku miliki."
Minho mencubit hidung Felix dan berkata, "katakan apa yang kamu inginkan?"
"Heheheheheh..... Reno aku sangat lapar." Ucap Felix yang terdengar manja.
"Baiklah, aku akan membuatkan mu sesuatu."
Cup...
Felix mencium pipi minho dan berkata dengan gembira, "Reno memang yang terbaik."
Kemudian ingatan lain muncul kembali, saat itu minho berusia dua puluh empat tahun . Dia berada di sebuah ruangan dengan seluruh badannya yang terikat dan api yang berkobar.
"Hikss hyung... apa yang harus aku lakukan.?"
"Yongbok , cepat keluar dari sini."
"Tidak... aku tidak mau. Aku tidak bisa meninggalkanmu." Dia menangis semakin kencang, "hiks . Hiks .. Reno jika kamu tidak ikut keluar, aku juga tidak akan pergi."
Minho menghela nafas. Dia menatap kearah bocah berusia tiga belas tahun yang menangis dengan histeris. "Yongbok, dengarkan aku, keluar dari sini dan panggil seseorang untuk menolongku, okey."
"Tapi-,"
"Cepat keluar dari sini."
Tidak tahu kenapa Setelah melihat Felix keluar dari ruangan, dia merasa sangat lega. Tidak peduli meskipun kobaran api semakin ganas dan tubuhnya yang sudah merasa terbakar. Yang terpenting Felix selamat lebih dulu. Dan jika dia masih bisa selamat hari ini itu akan lebih menyenangkan untuk tetap bisa melihat bocah itu tersenyum.
Semuanya telah berubah, dia memang selamat dari insiden kebakaran itu tapi yongbok nya lah yang pergi untuk selamanya.
Tidak ada lagi senyum manis dari wajah lembut Felix, itu berubah menjadi anak kecil yang kejam dan tanpa perasaan.
Pada saat itu dia berumur dua puluh empat tahun. Setelah Felix pergi meninggalkannya, penyakit minho semakin parah.
Setiap malam dia akan selalu datang ke kamar tamu yang pernah di tempati Felix.
Berdiri didepan pintu dengan kepala tertunduk dalam waktu yang lama, sebelum dia mengangkat tangannya dan mengetuk kamar itu.
Kamar itu gelap, sangat dingin, bahkan hatinya masih bisa merasakan bekas dari bocah itu.
Dia masuk kedalam, dan satu-satunya bukti Felix pernah tinggal disini adalah album foto yang masih tertinggal di atas meja belajarnya.
Dia menyentuh setiap jengkal foto mereka saat masih bersama dan mencoba merasakan beberapa kelembutan yang masih tersisa.
Mengingat momen itu kembali hatinya merasa sakit dia menangis dengan kencang.
"Felix... kenapa kamu pergi? Kamu bilang akan terus bersamaku... kenapa malah sekarang kamu yang meninggalkan aku?? Kembalilah.... Aku mohon kembali....."
Ingatan itu sangat menusuk kedalam pikirannya , menyayat setiap organ tubuhnya.
Sehingga membuatnya tersedak dan terbangun dengan kaget.
