" BRAKKKK "
Seoarang Anak berambut pirang meringkus ke sudut ruangan dengan aura ketakutan yang begitu ketara.
Sementara yang mendobrak pintu dengan kasar itu adalah seorang pria baruh baya yang mungkin berumur sekitar empat puluhan tahun , ia bergerak semakin mendekati bocah yang mungkin saat ini masih berumur sekitar lima belas tahunan.
Bocah itu menunduk menyembunyikan wajahnya diantara lengan dan kedua kakinya, sesekali mata kecil itu mengintip seorang pria yang semakin mendekat kearahnya.
" Aagkk!! " Bocah ini memekik, surai pirang nya di jambak begitu kasar memaksa bocah ini mendonggak, namun mata anak ini tetap terpejam tidak berani membuka matanya.
" Anak sialan " Desis pria paruh baya yang saat ini telah berjongkok bersejajar di hadapan anak lima belas tahun yang saat ini surainya ia remat dengan keras.
" DUUUG!! "
bocah itu hanya mendesis lirih menahan suara agar tidak terdengar rintihan.
Ya...
Lelaki itu menghempaskan kepala anak lima belas tahun ini ke tembok, begitu keras... Hingga suara benturan itu dapat kalian dengar.
Terluka??
Pastinya!!
Ujung kening bocah itu telah mengalir setetes darah hingga melewati bulu mata lentiknya.
" Ahhhhh " Bocah itu menghela nafas panjang, jemari mungilnya kini ia arahkan untuk menyentuh keningnya yang terluka.
Anak ini bahkan tidak menangis, seolah hal seperti ini adalah hal yang biasa atau bisa dibilang ini adalah makanan sehari-harinya.
Setelah menghempaskan kepala kecil tersebut,pria paruh baya ini melenggang pergi meninggalkan ruangan 3x4 meter yang begitu redup nan pengap dengan mulutnya yang tak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata yang begitu kotor, sama sekali tidak pantas untuk di dengar oleh anak-anak.
Bocah ini mulai berdiri, pandangannya meremang, kaki kecilnya melangkah menuju meja di sebelahnya.
Ia mengeluarkan kotak berukuran sedang.
Oh!
Anak ini mulai membersihkan keningnya dengan pencahayaan seminim ini ia tampak sudah terbiasa melakukannya.
Cukup lama setelah membalut luka dengan plester di keningnya, anak ini memandang wajahnya sendiri yang berada di dalam cermin.
Ia menarik ujung bibirnya " Not bad " Lirihnya.
Bocah itu kemudian membereskan kasa yang telah menjadi sampah.
Kemudian anak ini melangkah keluar dari kamarnya.
Iya...
Ruangan pengap yang nyaris tidak memiliki ventilasi dengan pencahayaan seadanya ini adalah kamarnya.
Sungguh keterlaluan, bahkan ini tidak pantas di sebut sebagai kamar, ini lebih mirip dengan gudang.
Bahkan tidak ada tempat tidur untuknya selain barang-barang rongsokan di ruangan ini.
Bagaimana bisa ini di sebut sebagai kamar!!!
÷
•
÷Aroma alkohol begitu mencuat, jika aku yang berada disana aku akan langsung muntah seketika, membayangkannya saja sudah sangat menjijikkan.
Bocah berambut pirang ini perlahan mendekati pria yang telah membuat kepalanya terluka.
Ia berjalan begitu sangat hat-hati, bahkan mungkin semut saja tidak dapat mendengarnya.
Anak ini berlutut di depan kaki pria paruh baya yang saat ini matanya telah terpejam dengan jemarinya yang masih memegang satu botol minuman, yang dapat ku tebak itu adalah soju.
Botol beling itu hampir saja terjatuh jika anak lima belas tahun ini tidak tepat waktu menangkapnya.
Perlahan jemari mungilnya mulai ia gerakkan untuk membuka sepatu slip on yang di kenakan oleh pria tersebut.
Berhasil...
Anak itu berhasil melepas semua sepatu dengan sangat hati-hati sehingga pria besar ini tidak terganggu sama sekali.
Sekarang apalagi yang akan bocah itu lakukan??
Anak ini berdiri, namun sayangnya botol beling yang tadinya berhasil ia selamatkan, sekarang menggelinding karena tersenggol kaki kecilnya.
Benda itu membuat suara yang begitu nyaring hingga pria besar ini membuka matanya lebar-lebar.
" Fe-fexhhhh...felix tidak sengaja appa "
" PLAAAAKK "
Pria besar yang ia sebut ayah itu telah berdiri menampar pipi gembilnya tanpa tanggung.
" Agkkk... Ampun.... Appa.. Felix minta maaf " Anak ini memohon dengan sangat, tubuh kecilnya telah di seret.
Bagaimana cara pria ini menyeret anak kecil ini sangat tidak pantas di sebut sebagai seorang ayah!!!
Ia menjambak surai anaknya dengan kasar nan keras, bahkan beberapa helai surai anak ini kupastikan ikut tercabut.
" Kau memang pembawa sial!! "
" DUG!! "
" Kau seharusnya mati!! "
" DUG!! "
" Kau hanya membawa malapetaka!!! "
Satu kali ucapan, satu kali benturan keras.
Ayahnya tidak puas hanya dengan menyakiti kepala Putranya, tidak hanya sekali atau dua kali pria itu menendang dan melayangkan pukulan ke tubuh ringkih si kecil.
Sangat tidak manusiawi, jika saja tidak ada yang mengetuk pintu, lelaki ini mungkin masih akan terus menyiksa anaknya yang saat ini telah terkulai lemah di lantai.
Nafasnya memburu.
matanya meredup.
pandangannya meremang.
Tetapi tetap saja anak ini sama sekali tidak menangis, bahkan setelah di hantam sebegitu brutalnya oleh ayahnya airmata itu tetap tidak menampakkan diri.
Terlalu susah...
Terlalu lemah..
Sangat sulit Felix menggerakkan tubuhnya untuk berdiri, manusia yang tak memiliki hati dan tak pantas di sebut ayah itu tak kunjung kembali sampai saat ini.
Tolong siapapun!!!! Selamatkan anak kecil tak berdosa ini!!!
Sudah hampir tengah malam, Felix masih tetap dengan posisinya terkulai lemah tak berdaya di lantai, wajahnya penuh peluh.
Memar keungguan mulai terlihat, tidak ada satu orangpun yang datang, sesekali anak ini berdahak, bibirnya begitu pucat.
Bagaimana bisa seorang ayah melakukan hal sekeji ini hanya karena benda sialan yang tak sengaja menggelinding dan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [ Chanlix ] ✔
Fanfiction"Jika hubungan ini berdosa.. Lixie tidak keberatan hidup di dalam dosa ini daddy" Cerita ini Mengandung > BxB > Bi > BL > Bromance > verbal violence > NC 🔞 • Happy Reading 💕 Start 02/22/2022w End www/15/2022