0048

406 79 3
                                    

Hari ini suasana kediaman Christopher bang  di penuhi dengan kemanisan dan kehangatan.

Bagaimana tidak...

Bak puber kedua chris menghabiskan waktu berdua bersama sang kesayangan yaitu lixthoper bang, tak lain adalah putra bungsunya.

Riuh riuk tawa riang keduanya mendominasi ruang tengah kediaman bang.

Sampai jam dua siang dini hari, chris bahkan belum menyentuh benda kebanggaannya,apalagi kalau bukan laptopnya..

Sepertinya pria ini bener-bener lupa akan pekerjaannya, ia bahkan mematikan ponsel, memastikan tidak akan ada yang menganggu dirinya bersama sang putra.

Mereka telah memainkan segala macam permainan yang ada, tetapi sayangnya chris selalu kalah dari si kecil.

Untuk permainan lainnya chris boleh kalah, tapi saat ini si kecil sedang sedikit kesal karena sudah dua kali di kalahkan oleh sang ayah dalam permainan uno yang mereka mainkan sekarang.

" Uda ah! Lixie gak mau main lagi " Si kecil melempar kartu di tangannya begitu saja.

Sedangkan chris mati-matian menahan tawanya, bagaimana tidak..

Si kecil lixie sedang marah, tetapi ekspresi yang putranya tunjukkan ituloh..

Bibir kecilnya mengerucut, kedua alisnya menyatu, bukannya terlihat menyeramkan , tetapi justru terlihat begitu menggemaskan.

" Daddy!!! Lixie sedang marah!! "Tentu saja anak ini menyadari jika sang ayah sedang menahan tawa.

Mendengar teriakam sang putra yang begitu menggemaskan,chris langsung menghambur meraih tubuh mungil si kecil dengan suara tawanya yang nyaring" Hahahahah "

" Daddy ngeselin " Si kecil ogah-ogahan di sentuh oleh sang ayah yang menyebalkan.

" Aigoo.. Ngambek... Bisa ngambek gak sih anak daddy.. Kalau ngambek nya kayak gini.. Yang ada Daddy malah gemes " Ujar chris dengan nada yang dibuat seimut mungkin.

Bahkan jemarinya sedikit menggelitiki tubuh mungil si kecil, sehingga anak itupun mau tak mau terkekeh karena kegelian.

" Ahah~ daddy cukup hentikan "

" Ahh daddy hahahah "

Mereka ini seperti anak anjing yang sedang bergelut, dua-duanya menjadi begitu menggemaskan.

Dan tanpa mereka sadari sekarang posisinya chris sedang menindih tubuh mungil putranya.

Tidak...

Chris tidak benar-benar menindih putranya, kedua sikunya menahan sehingga tidak menyakiti tubuh si kecil.

" Euhmmmm gemes banget anak daddy"chris menggigit kecil puncak hidung mungil putranya.

" Ahk daddy sakit!! " Si kecil mengusap-usap puncak Hidungnya mendramatisir, padahal sang ayah hanya menggigit ambang-ambang.

" Wleeek " Chris menjulurkan lidahnya, sedangkan si kecil membalasnya dengan menyebikkan bibir kecilnya.

Kegemasan ini tidak akan ada habisnya, apapun yang anak ini lakukan semuanya akan berakhir imut..

Cute overload ^^

Chris menarik tubuhnya menjadi terduduk, ia mengacak gemas surai pirang putranya, kemudian berniat untuk membereskan mainan yang telah mereka mainkan.

" Daddy " Anak ini menggenggam jemari ayahnya.

" Heum " Chris menatap lekat manik putranya.

Lixie beranjak mendekati sang ayah "lixie boleh nanya sesuatu gak dad? "Ujar si kecil dengan Ragu-ragu .

Tanpa ragu Chris langsung menganggukkan kepalanya.

Setelah mendapatkan persetujuan, lixie bukannya langsung mengatakan tetapi anak ini masih terlihat berfikir.

" Ayo katakan?? " Ini Chris, dan si kecilpun menarik kedua ujung bibirnya lalu berkata.

" Euhmmm.. Memangnya lixie sebegitu miripnya sama lee felix ya dad?? "Lixie menunduk setelah mengatakannya.

Bagaimana tidak, karena si ayah hanya terlihat diam dan memandangi dirinya, tentu hal itu membuat anak ini berfikir.

Apakah seharusnya ia tadi tidak mengatakan hal tersebut??

Mungkinkah ayahnya akan marah?

Tetapi rasa penasaran anak tujuh belas tahun ini begitu mencuat.

Jujur saja...

Dalam benak lixie, ia tidak keberatan jika sang ayah melihat lee felix di dalam dirinya.

Anak ini juga tidak yakin, apakah perasaan sang ayah yang ia yakini untuk dirinya tersebut benar-benar tertuju kepadanya, atau justru ia salah Karena sang ayah melihat lee felix di dalam dirinya.

Lixie memang tidak pernah melihat foto lee felix, ia hanya mendengar ceritanya saja kala itu.

Tentu saja anak tujuh belas tahun ini begitu penasaran, seberapa miripnya dia dengan lee felix hingga saat sang ayah tidak sadar,ayahnya tersebut memanggilnya sebagai lee felix.

Meskipun lixie sering bermimpi buruk tentang ingatan di masalalunya, tetapi kembali lagi, anak ini tidak mengetahui bahwa itu adalah dirinya di masalalu sebagai lee felix.

Ia merasakan bahwa di dalam mimpinya itu adalah dirinya saat ini yaitu lixie.

Melihat putranya yang menunduk dengan jari-jari kecilnya meremas ujung kaos oblong yang ia kenakan.

Chris mengangkat tubuh mungil putranya kedalam pangkuan, tentu saja gerakan tersebut membuat si kecil sedikit terlonjat.

Chris menempatkan kedua lengan kecil putranya di perpotongan lehernya, lengan kekarnya melingkar di pinggang ramping sang buah hati.

Ia menatap lamat-lamat kedua manik putranya, begitu pun dengan lixie, anak ini bahkan menelan salivanya dengan berat.

Chris kemudian menunjukkan senyum teduhnya, si kecilpun ragu-ragu membalas senyuman sang ayah.

Chance [ Chanlix ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang