Seperti biasa Chris selalu bertanya apa saja yang terjadi di sekolah, dan kedua anak itu juga seperti biasa langsung bercerita diselingin dengan cekcok antar kedua bocah yang seperti kucing dan tikus ini.
" Kak ino tuh yang salah "
" Ih kok kakak, abang lah yang salah "
"Udah.. Udah nanti adek kalian kebangun" Tengah Chris merasa prustasi sama kedua putranya ini.
"Daddy aku nanti mau keluar sama peter"ujar ino setelah menghabiskan suapan terakhir nya.
"Akhir-akhir ini kak ino sering banget keluar sama peter " Chris mengerutkan kening.
Mendengar ucapan ayahnya itu sam berdahem, membuat semua atensi tertuju padanya.
" Ada apa? " Tanya sam dengan mengerjapkan matanya tidak mengerti kenapa semua memandang nya.
" Aaahh~hahaha ... Abang kenyang " Sam tertawa canggung abis itu bangkit dari meja makan diikuti rheino.
Chris??
Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, bahkan ia lupa titik pembicaraan mereka tadi dimana.
" Terimakasih lu ama gue kak " Itu Sam
" Terimakasih apaan " Ini rheino yang sekarang duduk di depan meja belajar nya.
" Gue kan udah nyelamatin lu dari pertanyaan daddy "
" Nyelamatin apaan kek begitu " Rheino merotasi matanya.
" Serah lu deh... Kalau lu ketauan gue gak mau ikutan " Sam berlalu pergi meninggalkan kamar kakaknya.
Sedangkan rheino, ia membanting tubuhnya diatas kasur dengan memikirkan perkataan adiknya.
÷
•
÷Setelah membereskan bekas makan kedua putranya, Chris menuju kamar si bungsu untuk mengecek.
Anak itu masih tertidur pulas Chris juga tidak ada niatan untuk membangunkan,lagi pula langit juga mulai gelap.
Akhirnya Chris pergi menuju ruang kerjanya,Kali ini ia tidak menatap layar laptopnya, tetapi secarik foto yang berada di jari nya.
Kepalanya begitu pening merasakan atmosfer kecemasan yang begitu mencuat.
Chris adalah ayah yang baik, dia tidak melewatkan moment sekecil apapun bersama putra-putranya.
Mereka cukup dekat bahkan bisa dibilang layaknya seorang teman, tetapi tidak untuk 2 tahun terakhir ini.
Sepertinya malam ini Chris menyadari bahwa dirinya cukup egois.
Ya..
Perkataan lixie cukup menohok relung hatinya, anak itu bahkan tidak tahu apapun, tapi karena keegoisan dirinya anakitu berfikir sedemikian rupa.
Bisa dibilang dari ketiga putranya lixie lah yang paling dekat dengan Chris, sejak anak itu lahir Chris seperti memiliki ikatan yang lebih dengan anak itu.
Jadi wajar saja kalau lixie lebih sensitif dengan perubahan sikapnya, berbeda dengan kedua kakaknya yang merasa biasa saja.
Chris meremas secarik foto tersebut merasa prustasi.
" Tok.. Tok.. Tok "
" Kak ino "
" Tok.. Tok.. Tok.. "
" Adek " Rheino terbangun dari tidur nya dan mendapati lixie di sana.
Waktu sudah menunjukkan jam 11 hampir tengah malam,, ngomong-ngomong rheino tidak jadi keluar.
" Laper " Lixie berucap lirih , wajahnya terlihat sayu,rheino mendekap adeknya.
" Daddy gada di kamar nya ya? " Tanya ino dan langsung di agukki oleh yang lebih muda.
" Yauda adek duduk disitu dulu, kak ino panggilin daddy " Rheino melepas dekapan nya.
" Adek uda bisa jalankan? " Mengingat adeknya itu kemarin gak bisa jalan.
Lixie mengangguk dan berjalan menuju sofa, setelah memastikan adeknya duduk dengan benar, barulah rheino naik keatas.
Tumben pintu itu tidak di tutup dengan rapat, rheino masuk begitu saja, tetapi tidak mendapati ayahnya disana.
Matanya tertuju pada secarik foto yang berada di meja, alisnya menyatu, rheino bukanlah anak SMA yang polos, dan tidak mengerti apa-apa, dia mengenali aroma yang mencuat di indra penciuman nya ini dengan benar.
Tidak masalah karena dirinya juga kerap melakukannya,apalagi ayahnya itu seorang duda, jadi wajar saja karena dia juga manusia dan laki-laki pada umumnya.
Tetapi masalahnya adalah foto tersebut, cukup lama rheino memandang foto tersebut.
" Klek "
Mendengar suara gagang pintu , rheino segera menyembunyikan foto itu di balik tubuhnya.
" Kak ino "
" Da-Daddy "
" Ada apa kak? " Rheino cukup lama hanya memandangi ayahnya penuh ketidak kepercayaan.
Chris baru saja keluar dari kamar mandi, melihat kondisi ayahnya yang seperti ini membuat rheino yakin 1000 persen dengan pikiran nya.
" Lix-lixie laper " Ujar ino dengan terbata
" Adek kamu bangun " Rheino mengangguk
Chris akhirnya turun diikuti rheino di belakang dengan masih menatap punggung ayahnya.
Dibawah sana Chris dapat melihat putra bungsu nya sedang berada di dekapan putra keduanya.
" Dek, itu daddy dateng "ujar Sam, tadinya samie ini mau mengambil minum di dapur, tetapi ia melihat lixie duduk sendirian di sofa akhirnya ia menemaninya.
" Adek laper? " Tanya chris yang sudah berada di depan putra bungsu nya, dan hanya di sahuti anggukkan kecil oleh sang buah hati.
Chris langsung pergi ke dapur untuk membuat bubur, lixie masih menikmati kehangatan yang abang samie berikan.
Sedangkan rheino??
Anak itu terdiam cukup lama, sampe akhirnya kedatangan Chris membuyarkan fikirannya.
" Kak ino kenapa? " Tentu saja Chris menyadari perubahan sikap putra sulung nya ini, apalagi tatapan tajam yang putra nya berikan padanya.
Rheino hanya menggeleng dan segera mengubah tatapannya, rasanya ia tidak mampu bersuara, akhirnya rheino melipir dan masuk kedalam kamar nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/302278053-288-k413455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [ Chanlix ] ✔
Fanfiction"Jika hubungan ini berdosa.. Lixie tidak keberatan hidup di dalam dosa ini daddy" Cerita ini Mengandung > BxB > Bi > BL > Bromance > verbal violence > NC 🔞 • Happy Reading 💕 Start 02/22/2022w End www/15/2022