0007

907 146 7
                                    

Sudah dua jam berlalu, hari juga sudah mulai gelap, tetapi bocah berambut pirang ini masih saja menangis di pelukan abangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua jam berlalu, hari juga sudah mulai gelap, tetapi bocah berambut pirang ini masih saja menangis di pelukan abangnya.

" Dek~ "

Entah apa penyebabnya, anak ini semakin terisak mendengar suara abangnya, bahkan panggilan tersebut begitu Lembut.

Rheino yang sudah sejak satu jam lalu telah bergabung bersama dua saudara kembarnya, ia bangkit dari kursi tempat duduknya.

" Sam " samie mendongakkan kepalanya.

Iya...

Mereka berdua ini berpelukan di atas rerumputan di pinggir sungai han.

Bahkan tidak memperdulikan orang-orang yang lewat memperthatikan mereka.

Jarak dari rumahnya cukup jauh ketempat ini, tetapi taxi yang samie tumpangi berhasil mengejar taxi yang adiknya tumpangi.

Rheino memainkan matanya, yang lebih muda seolah mengerti,samie perlahan melepaskan lengan adiknya yang melingkar di pinggangnya.

Tetapi sepertinya adiknya ini cukup peka,ia melepaskan lengannya lalu mengusap matanya.

" Lixie! " Kedua kembar tertua sama-sama terkejut mendapati hidung adiknya berdarah.

Rheino gercep mencondongkan tubuh adiknya ke depan sambil memencet hidung adiknya agar darah yang keluar tidak masuk ke tenggorokan adiknya.

Sammie buru-buru bangkit mendekati sungai, membasahi sapu tangannya ,untung saja air ini begitu dingin, ia melakukannya untuk mengompres pangkal hidung adiknya  untuk memperlambat perdarahan.

" Kamu ini kenapa sih dek, kalau ada masalah cerita sama kakak, sama abang, kalau kamu cuma diem nangis seperti ini kakak sama abang mana ngerti harus ngapain."

" nih liat akibatnya idung kamu jadi berdarah kayak begini kebanyakan nangis kamu dari tadi gak berenti-berenti " Rheino mengomel, padahal dia itu yang paling irit ngomong diantara mereka bertiga.

" Ada yang nyakitin kamu?.. Siapa?!..bilang!!Biar kakak hajar orang yang berani nyakitin adeknya rheinotopher bang! " Rheino akhirnya melepaskan jemarinya yang menekan hidung adiknya.

Iya..

Selama hampir 15 menit lixie bernafas melalui mulut nya dengan tubuhnya yang sesekali berguncang karena isakan yang ia tahan.

Samie langsung saja mengangkat tubuh mungil adiknya itu berdiri.

" Kak ino udah ih daritadi ngomel muluk" Protes samie sambil menuntun adiknya itu untuk duduk di kursi.

Samie menempatkan dirinya di sebelah adiknya, dengan lembut ia menyeka wajah adiknya yang penuh lelehan liquid.

" Na aniya " Begitu serak, suara itu keluar dari mulut adiknya.

Rheino mendekat , maniknya bertatapan dengan samie sama-sama penuh pertanyaan.

Sedangkan lixie...

Tatapan anak ini lurus kedepan terlihat begitu kosong.

" Wehh "Lagi,, lelehan bening lolos begitu saja.

Rheino yang kesabarannya memang setebal selembar kertas, ia berkacak pinggang, menggigit bibir bawahnya sendiri disertai matanya yang merotasi begitu prustasi.

÷

÷

Sementara di tempat lain, yaitu di kediaman BANG dengan Christopher sendiri sedang berada di teras depan rumah.

Meskipun rheino telah mengabari dirinya untuk tidak khawatir karena lixie bersama mereka berdua.

Tetap saja sebagai seorang ayah chris tidak bisa tenang begitu saja, dia terus mondar-mandir sambil meremat jemarinya.

Pasalnya hal seperti ini belum pernah terjadi, apalagi putranya itu tidak memberitahu dimana keberadaan mereka.

Sudah kukatakan bahwa chris dan lixie seperti memiliki ikatan , jantung chris bergemuruh sejak tadi begitu gusar.

Di tengah-tengah kegusarannya ini, chris masih sempet-sempetnya mengeluarkan dompet miliknya dari saku celana.

Ia membuka dompet tersebut, terlihat foto ketiga anak kembarnya bertengger disana.

Ia mengeluarkan foto yang memiliki ukuran 2R atau 2.5 x 3.5 in itu dari dompetnya.

Tetapi ternyata yang ia tatap bukanlah foto anak kembarnya, melainkan foto dirinya bersama lee Felix.

"Kenapa kau menyiksaku seperti ini fel" Monolog chrishtoper bang begitu lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa kau menyiksaku seperti ini fel" Monolog chrishtoper bang begitu lirih.

Bagaimana tidak, satu-satunya alasan mengapa chris menyibukkan diri di kantor 2 tahun terakhir ini adalah karena wajah putra bungsunya yang semakin tumbuh dewasa semakin sama persis dengan wajah lee Felix.

Seseorang yang mengacak-acak hatinya saat remaja namun tidak dapat ia miliki.

3 tahun,chris masih tidak dapat melupakan lee Felix meskipun ia dan keluarganya telah pindah ke Aussie ia belum dapat melupakan pria mungil nan manis itu.

Akhirnya chris memutuskan untuk menikah dengan sahabatnya ,orang itu tak lain adalah mendiang istrinya.

Chris menikah di usia 21 tahun menginjak usia 22 tahun, tak sampai satu tahun usia pernikahan ia dikaruniai ketiga putra sekaligus.

Ketiga putranya berada dalam inkubator, kedua kembar tertua berada dalam satu inkubator.

Sedangkan bayi yang nyawanya berada di ujung tanduk itu dipisahkan dengan beberapa alat di tubuh si mungil.

Dua kembar tertua berada dalam inkubator sekitar dua minggu , sedangkan si bungsu membutuhkan waktu cukup lama, hampir satu bulan lebih.

Setiap kali chris berada di dekat si bungsu, bayi yang belum memiliki nama itu selalu mengerjapkan matanya seperti sedang menangkap kedua manik chris.

Chris tersenyum teduh, mata bulat kecil bayinya itu berbinar begitu indah.

" Lixie " Lirih chan, bayi itu merespon dengan senyuman yang menggembul begitu menggemaskan dengan tubuhnya yang bergerak tidak bisa diam, seolah menggambarkan kebahagiannya.

" Lixtopher bang " Chris terkekeh bahkan bayi itu juga mengeluarkan suara kecilnya.

Chris begitu sangat bahagia, hatinya yang sebelumnya  begitu kosong, terasa begitu penuh dengan kebahagiaan.

Chance [ Chanlix ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang