Absennya sang putra bungsu tentu saja segera di ketahui oleh sang ayah.
Karena pihak sekolah tentunya akan langsung bertanya tentang ketidak hadiran sang putra.
Sebelum menghubungi sang ayah, tentu saja ada beberapa guru yang bertanya kepada kedua saudara kembarnya.
Setelah mendapati telfon dan mendengar putranya sudah tiga hari absen, chris segera meluncur ke sekolah untuk memastikan keberadaan sang putra bungsu.
Dan ternyata memang anaknya tidak berada disana,saudara kembar tertua ini juga tidak mengetahui kemana adiknya pergi.
Mengingat sikap si bungsu akhir-akhir ini, kedua kembar tertua ini tidak ada niatan untuk memberitahu tentang skandal di sekolah tentang adiknya yang melibatkan sang ayah ini.
Kedua kembar tertua ini sudah mengira bahwa saudara kembar bungsunya itu sudah tidak memiliki perasaan terhadap sang ayah.
[ Yaallah kutu buldok!! ya gak segampang itulah -_- ]
Apalagi adegan ciuman adiknya bersama eric kala itu.
Iya...yang tidak pernah terjadi itu,
mereka ini masih percaya kalau pemuda itu benar-benar mencium sang adik.[ dodol emang lu bedua -_- ]
Bagaimana tidak?? Meskipun mengetahui dengan benar bahwa ia tidak benar-benar berciuman dengan lixie, anak ini tetap diam menikmati skandal yang ada.
Tentu saja ia merasa bangga karena teman-temannya mengira ia sudah berhasil mengicipi sang primadona.
Dan pada saat itu chris bertemu dengan peter, anak ini menghampirinya dengan meminta maaf.
Tentu saja anak ini tidak bermaksud untuk menyakiti temannya tersebut, bahkan lixie juga tidak marah terhadapnya.
Tetapi tetap saja peter merasa sangat bersalah dan meminta maaf kepada chris telah menyebabkan kekacauan seperti ini.
Sekitar jam tuju malam, lixie memasuki rumahnya, dan seperti biasa anak ini langsung menuju kamarnya.
Rheino menghubungi sang ayah mengabari jika adiknya telah pulang, lalu chris mengatakan agar kedua kembar tertua ini tidak mengatakan ataupun bertanya tentang pembolosan yang adiknya lakukan, karena ia sendiri yang akan berbicara kepada putra bungsunya tersebut.
hingga larut malam chris belum juga pulang, kepalanya terlalu berat, sehingga pria ini memesan taxi dan meninggalkan mobilnya di kantor.
Chris tidak mengira bahwa putra bungsunya itu belum tidur selarut ini.
Pikirannya berkecamuk dengan pembolosan yang putranya lakukan, saat ia melihat lixie di depannya, chris hanya ingin menakuti putranya tersebut.
Ia bahkan tidak mengira jika putra bungsunya sekalut dan sekacau ini, mengingat seberapa dinginnya putra bungsunya akhir-akhir ini.
÷
" Maaf... "
" Maafin daddy .. "
" Maafin daddy Uda buat kamu kayak gini"
Tangisan yang tadinya tidak ada suara itu sekarang berubah, anak ini mengeluarkan suara paraunya, mengerang begitu berat dan menyayat hati.
Kepalanya mengadah keatas dengan mata yang terpejam erat-erat, buliran jernih itu tak henti-hentinya mengalir dari sela-sela pupilnya.
Lengan kecilnya melemah sehingga terlepas dari tubuh sang ayah, hanya Chris yang menopang tubuh mungil sang buah hati.
Chris tak jauh berbeda,tetapi ia masih sanggup menahan erangannya..
Ia melepas dekapannya dan menangkup wajah putranya, memandangnya lekat-lekat.
Ia Menyeka wajah putranya dengan lembut, mata itu sudah sangat menyipit, Chris benar-benar tidak sanggup melihatnya.
Hatinya begitu hancur, bahkan luka di jemarinya itu tidak ada apa-apa nya, benar-benar tidak sebanding dengan wajah putranya yang menunjukkan rasa sakit, luka yang putranya rasakan.
Rasa keputusasaan putranya ini benar-benar menyayat hatinya , dan merobek jantungnya.
Anak ini menggeleng ribut " Maaf.. Maaf dad.. Maafin lixie "
Chris menggelengkan kepalanya " Jangan meminta maaf " Tentu saja Chris merasa begitu menyedihkan mendengar permintaan maaf sang putra.
" Lixie gak bisa dad "
" Lixie gak bisaaaaahh "
" Ini terlalu sakit "
" Li-lixie gak kuat "
Begitu menekan, anak ini berkata sedemikian dengan nafasnya yang tersengal-sengal, rasanya sangat sulit untuk sekedar menghirup oksigen.
Chris mengangguk dengan matanya yang terpejam erat-erat, tentu saja Chris mengerti apa yang putranya rasakan.
Karena ia sendiri juga mengalami hal yang sama, pria ini kembali mendekap putranya, tetapi kali ini ia menyembunyikan kepala putranya di dalam dada bidangnya.
" Lixie sudah berusaha daddy "
" Lixie uda berusaahaa~aa??! " Begitu dalam nan mendayung.
Cukup lama..
Cukup lama keduanya tenggelam dalam emosi ini, Chris merasa dirinya sudah mulai terkontrol, putra bungsunya juga sudah mulai tenang.
Pria ini mengangkat dan menggendong putranya naik keatas kasur.
Anak ini bahkan tidak melepaskan lengannya yang melingkar di bawah lengan sang ayah.
" Jika hubungan ini berdosa.. Lixie tidak keberatan hidup di dalam dosa ini daddy "
Chris mengerjapkan matanya, menatap sendu putra bungsunya begitu lekat,ia kemudian menganggukan kepalanya.
Chris mengecup lembut kedua mata putranya.
Iya..
Pria ini menyeka genangan air itu dengan bibir tebalnya, sedangkan anak ini memejamkan matanya menikmati sentuhan bibir sang ayah di wajahnya.
" Dad "
" Eumm "
Kedua manik itu menatap lekat kedua manik sang ayah.
" Aku mencintaimu " Mendengar pengakuan putranya untuk kesekian kalinya Chris mengerjapkan matanya dengan ukiran merekah di bibirnya diiringi anggukan kepalanya.
Meskipun ayahnya tak membalas pengakuannya, anak ini cukup mengerti bahwa sebenarnya sang ayah juga memiliki perasaan yang sama sepertinya terhadap dirinya.
Lixie kemudian menyembunyikan kepala kecilnya di tengkuk sang ayah.
Iya...
Mereka ini telah berbaring dengan saling berhadapan dan saling memeluk, Chris menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [ Chanlix ] ✔
Fanfiction"Jika hubungan ini berdosa.. Lixie tidak keberatan hidup di dalam dosa ini daddy" Cerita ini Mengandung > BxB > Bi > BL > Bromance > verbal violence > NC 🔞 • Happy Reading 💕 Start 02/22/2022w End www/15/2022