Anggap saja Chris sudah kehilangan akal dan kewarasannya.
Pria ini keluar dari ruang kerjanya menuju kamar putra bungsunya, dengan hati-hati ia membuka kamar tersebut.
Lixie...
Anak ini bukannya tidak peduli atau tidak mau bertanya kepada sang kakak beberapa menit lalu.
Tetapi lixie sendiri juga sedang tidak baik-baik saja, bahkan anak ini sekarang sedang terduduk di lantai dengan menyembunyikan wajahnya diantara kedua lengan dan kakinya.
Ia tahu lagi-lagi ada yang datang ke kamarnya, tetapi anak ini tak berniat untuk menunjukkan wajahnya.
Tentu saja ia tak ingin ada yang melihat air matanya, apa yang harus ia katakan jika yang datang itu adalah saudara kembar sulungnya atau bahkan kembar tengahnya?
Tetapi sepertinya itu sia-sia saja, siapapun yang datang pasti akan langsung menyadari bahwa anak ini sedang menangis.
Bagaimana tidak??
Isakan yang ia tahan sesekali lolos begitu saja, sehingga tubuhnya pun bergetar.
Perlahan Chris mendekati putranya, ia menekuk lututnya di hadapan sang putra.
Tidak hanya lixie,ketiga putranya pasti akan langsung mengenali siapa orang di depannya saat ini hanya dengan mencium aroma parfum sang ayah.
Perlahan Chris menggerakkan jemarinya untuk melihat wajah sang putra.
Basah...
Begitu sembab...
Wajah cantik putranya penuh dengan genangan aliran jernih.
Tidak hanya lixie,, putranya ini juga dapat melihat wajah sang ayah yang tak jauh berbeda darinya, bahkan mata keduanya sama-sama memerah.
Runtuh sudah...
Chris mendekap putranya dalam pelukan, bahkan tak ada kalimat apapun yang terlontar dari bibir keduanya.
Lixie..
Anak ini bahkan meremat kuat kemeja sang ayah di balik punggung lebar tersebut.
Seberapa sakit..
Seberapa besar luka itu...
Dan Seberapa hancurnya ayah dan anak ini?? hanya air mata,isakan tertahan ,tangisan dalam diam keduanya yang menjawab segalanya.
Di balik pintu sana...
Ya...
Di balik pintu sana ada seorang anak lainnya yang sedang memperhatikan keduanya, bahkan sudut matanya pun mulai basah.
Sebagai penonton ia ikut merasakan rasa sakit yang di derita oleh ayah dan anak tersebut hingga membuat air matanya mengalir begitu saja.
Kita yang hanya sebagai penonton saja ikut merasakan rasa sakit tersebut hingga membuat kita menangis, lalu bagaimana dengan Chris dan lixie yang merasakan ini semua??
Pasti sangat menyakitkan!!
Chris tidak sadar bahwa ia tidak menutup pintu kamar putra bungsunya dengan benar, sehingga ada sedikit cela disana yang bisa membuat anak ini melihat keduanya di dalam sana.
Perlahan ia menutup pintu tersebut dengan membiarkan keduanya di dalam sana untuk melepas kesesakan yang menyiksa keduanya.
" Maafin daddy "begitu lirih nan serak.. Bahkan suara ini hampir tak dapat di dengar.
Tetapi lixie putra bungsunya itu dapat mendengarnya dengan jelas karena bibir sang ayah tepat berada dekat dengan telinganya.
Anak ini tak sanggup mengeluarkan suaranya,hanya bahasa tubuhnya lah yang dapat menjawab.
Lengan kecilnya yang melingkar di tubuh sang ayah semakin mengerat, pejaman matanya semakin menghilang.
Kenapa???
Apa sebabnya???
Kenapa Chris menjadi seperti ini dan bukankah lixie telah membangun tembok di dalam dirinya??
Tentu semua ini ada penyebabnya..
Penyebabnya adalah mulut han peter.
Peter bahkan tidak membayangkan bahwa perkataannya akan menjadi besar seperti ini.
Jika kalian ingat pertikaian yang menyebabkan dirinya putus dengan rheino kala itu, kalian pasti juga dengar bahwa si tupai itu mengatakan tentang lixie yang menyukai sang ayah.
Tentu saja kalimat tersebut segera menyebar, di dunia ini tidak ada yang sempurna, meskipun banyak yang menyukaimu, tetapi tak sedikit pula yang akan membencimu ,, seseorang seperti itu pasti ada.
Berita tersebut menjadi sasaran empuk bagi mereka yang tidak menyukai anak ini, mereka terus mengoreng dengan bumbu yang berlebih.
Bahkan yang tadinya menyukai anak ini tak sedikit mereka berpindah haluan dan ikut membully anak malang ini.
Kedua kembar tertua tentu saja tidak tinggal diam , meskipun satu sekolah, tetapi tetap saja mereka beda jurusan dan tentunya jarak kelas antara mereka cukup jauh.
Lixie... Anak ini tidak peduli, tetapi bagaimanapun ia hanya anak remaja yang baru berusia tujuh belas tahun.
Tentu saja semua orang memiliki hati berapapun usia mu, pembullyan dalam bentuk apapun itu tidak di benarkan dan siapapun tidak pantas mendapatkannya.
Apalagi dengan anak tujuh belas tahun dengan skandal sedemikian rupa.
Lixie... Anak ini cukup kuat untuk tidak mendengarkan sumpah serapah , cacian dan makian yang tertuju padanya.
Tetapi tetap saja, ia memiliki pendengaran yang baik, mata yang baik dan tentunya hati dengan perasaan yang bekerja.
Tentu saja itu semua menyayat hatinya meskipun ia berusaha acuh dan tak peduli dengan keadaan.
Tiga hari anak ini bolos sekolah, dan hal itu tidak di ketahui oleh kedua kembar tertuanya.
Rheino... Anak itu sama sekali enggan menuju kelas adiknya tersebut, karena ia tak ingin bertemu dengan peter, apalagi karena mulutnya si tupai, adik bungsunya mendapat bullyan.
Sam.. Si Kembar tengah ini sering datang sendiri, karena hubungan dirinya dengan bobie juga masih merenggang.
Ia memang tidak mendapati keberadaan sang adik di dalam kelasnya, tetapi ia tidak sampai berfikir bahwa kembar bungsunya itu tidak masuk kelas.
Bagaimana ia bisa berfikir bahwa kembar bungsunya itu akan membolos, setiap pagi mereka berangkat bersama, tentu saja tidak ada yang berfikir bahwa lixie akan keluar gedung besar ini setelah berpisah dengan kedua kembarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance [ Chanlix ] ✔
Fanfic"Jika hubungan ini berdosa.. Lixie tidak keberatan hidup di dalam dosa ini daddy" Cerita ini Mengandung > BxB > Bi > BL > Bromance > verbal violence > NC 🔞 • Happy Reading 💕 Start 02/22/2022w End www/15/2022