🌸🌸🌸
"Ini di mana?" tannya Aqeela entah pada siapa. Gadis itu berada di ruangan serba putih dengan satu cermin full body yang cukup besar.
Gadis itu berdiri dari duduknya. Dia mengernyit heran. "Halooo? Ada orang?" tak ada sahutan sama sekali.
Benar-benar hening. Bahkan sampai detak jantungnya terdengar saking hening nya ruangan aneh ini. Aqeela mencoba bersikap tenang. Dia melirik sekeliling. Mencoba mencari pintu keluar. Tapi tidak ada.
Pandangan Aqeela jatuh pada sebuah cermin tersebut. Dia mendekat. Siapa tahu itu adalah pintu keluar, tapi sayangnya ini adalah benar-benar cermin. Tubuh Aqeela menegang melihat pantulan dirinya di cermin. Benar-benar kacau, memakai dress sobek-sobek dan rambut berantakan. Serta wajah penuh lebam.
Aqeela memegangi wajahnya sendiri. Dia meringis. "Ini kenapa?"
Tiba-tiba saja ada seorang wanita di belakang Aqeela. Aqeela dapat melihatnya dari pantulan cermin. Dia sontak membelalakkan matanya. Dengan perlahan gadis itu menoleh dan melihat wanita berpakaian minim itu menatap dirinya tajam. Seakan ingin menguliti Aqeela saat ini juga.
"Kamu harus mati!" desis wanita bermasker itu mendekat.
Aqeela melotot dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia ingin melawan, tapi tubuhnya seakan tidak mau digerakkan. Aqeela hanya bisa berdiri menghadap wanita itu.
"Kamu harus mati!"
"Kamu harus mati!
"Kamu harus mati!"
"Kamu harus mati!"
"Kamu harus mati!"
"Kamu harus mati!"
Suara itu bersahut-sahutan. Seperti banyak orang yang mengerubunginya. Tapi di ruangan ini hanya ada Aqeela dan wanita itu.
Wanita tersebut mendekati Aqeela. Aqeela hendak mengucapkan sesuatu, tapi benar-benar tubuhnya seperti di lem oleh lem tak kasat mata.
Aqeela meringis kala tangan wanita itu mengusap lehernya. Perlahan usapan itu berubah menjadi cekikan. Aqeela mengerang. Wajahnya pusat pasi karena mulai kehabisan nafas. Wanita itu tertawa jahat menatap Aqeela.
Masih dengan satu tangan mencekik, wanita itu membuka maskernya. Aqeela lagi-lagi melotot melihatnya, itu Fika!
"Kamu harus mati!" cekikan kian semakin kuat. Aqeela benar-benar sudah tidak mampu berdiri, tubuhnya terasa lemas.
"HAHAHAHA!"
"AAAAAA!"
"Sialan!" Aqeela mengusap keringat di pelipisnya.
Ia menghela nafas. Dia melirik jam yang masih menunjukkan pukul 02.30 WIB. Gadis itu segera meneguk air putih yang ada di nakas. Setelahnya mengipasi dirinya sendiri karena merasa benar-benar gerah.
"Bisa-bisanya," gumam Aqeela heran. Dia baru saja mimpi buruk. Padahal gadis itu jarang sekali mimpi, tapi entah kenapa tiba-tiba mimpi buruk itu datang.
"Gue tadi kan udah berdoa," lanjutnya.
Ting!
Aqeela melirik handphonenya. Dia menepuk jidatnya, karena lupa mematikan data. Pasti Rassya mengiranya begadang. Padahal tidak.
Aqeela lantas mengambil handphonenya dan melihat ada notifikasi apa. Namun, bukan chat dari Rassya, melainkan dari nomor misterius.
Unknown number: Pembunuh harus mati😛🔪
Aqeela mengernyitkan dahinya. Dia menatap foto profil nomor itu, yang berisi fotonya yang diedit seakan sudah mati dengan darah berceceran.
Tangan Aqeela tiba-tiba gemetar. Aqeela tidak pernah setakut ini sebelumnya. Entah ketakutannya karena apa.
Pranggg!
Aqeela membanting handphonenya hingga tak berbentuk.
"G-gue nggak pernah bunuh orang!"
🌸🌸🌸
Aqeela mengaduk-aduk mie ayamnya tanpa berniat memakannya. Membuat sahabatnya menatapnya heran, karena Aqeela tak biasa menyia-nyiakan makanannya.
"Lo kenapa Qeel?" tanya Sandy. Tak ada jawaban dari Aqeela.
"Qeel?" Sandy semakin heran. "Aqeela Aselyana?"
"Hah?" kaget Aqeela dengan wajah linglung.
"Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Saski di angguki Sandy dan Ratu.
Aqeela menggeleng. "Gue nggak papa. Cuma agak nggak mood aja kok."
"Serius? Kita kenal nggak cuma satu dua tahun loh Qeel, tapi dari TK kalo nggak SD. Kalo ada masalah tuh cerita sama kita, jangan cuma di pendem aja!" tutur Ratu. Aqeela terkadang memang agak tertutup dengan masalahnya. Padahal Saski, Sandy, dan Ratu selalu berkeluh kesah ke Aqeela. Alasannya klasik, Aqeela tidak mau merepotkan sahabatnya.
Aqeela tersenyum. "Gue beneran nggak papa kali. Lebay amat kalian," ujarnya meyakinkan.
Ketiga sahabatnya itu terpaksa percaya agar mood Aqeela tak semakin buruk. Walaupun harus menelan kekecewaan karena Aqeela memilih tak bercerita. Mungkin gadis itu belum siap, pikir ketiga sahabatnya itu.
Dari pojok kantin, tampak seorang lelaki menatap intens Aqeela. Dari atas hingga bawah. Sedari tadi matanya tak berkedip melihat Aqeela.
"Dia siapa No?" tanyanya pada sahabatnya yang duduk di sampingnya.
"Hmm Aqeela Aselyana, leader Alastor."
"Really?" kaget lelaki itu. Sahabatnya mengangguk. "Cantik dan menarik, gue... Pengen milikin dia."
"Ehhh jangan!" cegah si sahabat. "Dia udah punya pawang, Rassya leader Alvasdor."
"Cuma pacaran kan? Gue bisa aja langsung rebut dia dari cowoknya itu."
🌸🌸🌸
Thank you for reading this story🙆🏻♀️💘
I hope you like and enjoy✨✨
Jangan lupa vote untuk menghargai.
Have a nice day🍒
- d n a
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN [END]
FanfictionPada umumnya, hubungan kekasih antar ketua geng pasti bersifat romantis, lucu, dan menggemaskan. Tapi tidak dengan pasangan Rasya Pradipta dan Aqeela Aselyana. Kedua ketua geng itu justru menjalin hubungan kekasih yang alay dan menggelikan. Walaupu...