CHAPTER 39

887 86 2
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Unknown number: Emhh lama sekali sepertinya aku tidak menyapamu. Hai apa kabar? Sudah siap menerima plot twist dalam ceritamu itu?

Aqeela membuang handphone nya ke lantai. Dia benar-benar bad mood sekarang. Apalagi tentang semalam, dia benar-benar kesal dengan segerombol lelaki berpakaian serba hitam yang mengacaukan acara ulang tahun sekolah. Karena hal itu, sekolah di liburkan dua hari untuk membereskan kekacauan yang terjadi.

"Ck siapa sih yang neror? Sok-sokan mau neror gue. Dikira gue takut kali ya," decak Aqeela. "Ya walaupun awalnya takut sih," lanjutnya dengan bergumam.

Ceklek

Aqeela mendongak. Menatap siapa yang masuk ke kamarnya tanpa ijin. Tampak Afina menyengir ke arahnya.

"Hehe sorry Mama lupa ketuk," ujar Afina tidak enak.

Aqeela mengangguk. "Ada apa Ma?"

Afina menatap Aqeela serius.

"Semalam acaranya kacau ya?"

"Iya," jawab Aqeela seadanya.

"Gara-gara ada penyusup kan?"

"Iya."

Afina menghela nafas. "Kamu ga ada niatan buat cari tau gitu?"

"Hah? Buat apa?" tanya Aqeela heran. "Nggak penting banget kali Ma. Paling cuma musuh biasa," karena menurutnya itu sangat tidak penting dan membuang-buang waktu.

"Ya karena... Ketua dari penyusup itu obsesi sama kamu! Emang kamu ga takut?"

🌸🌸🌸

Aqeela menggerakkan kakinya yang ada di kolam. Dia menghembuskan nafas gusar. Ucapan Afina tadi pagi masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Bener juga apa kata Mama," gumam Aqeela pusing sendiri.

Sedari tadi dia terus memikirkan tentang obsesi seorang lelaki tadi malam. Sejujurnya Aqeela tidak terlalu pusing untuk hal ini, tapi ucapan Afina selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Dia tau, seseorang yang sudah terobsesi terhadap sesuatu pasti akan melakukan segala hal untuk mendapatkannya.

"Sely!" panggil Aldy. Oh ya, Sely itu panggilan Aqeela semasa kecil. Karena saat awal bisa berbicara Aqeela hanya bisa mengucapkan Sely, dan sampai saat ini itu adalah panggilan kesayangan dari sang Papa.

Aqeela menoleh. "Paan?"

Aldy mendekat dan tersenyum.

"Kaki kamu sampe kayak sup ayam," celetuk Aldy melihat kaki Aqeela yang sangat putih seperti daging ayam saat di sup.

Aqeela segera mengangkat kakinya yang sepertinya terlalu lama di dalam air hingga seperti melepuh.

"Ada apa pa?" tanya Aqeela heran.

Aldy tersenyum. "Papa denger dari Mama katanya ada orang yang obsesi sama kamu ya?" Aqeela mengangguk.

"Aku jadi takut Pa," ujar Aqeela. "Kan dia bisa jadi nekat. Bahaya."

"Lohh, kamu kok takut sih? Ketua geng jangan gampang takut. Harusnya kamu singkirin hama semacam dia," balas Aldy. Aqeela diam.

"Papa jadi deja vu," ujar Aldy menerawang. "Dulu juga ada cowo yang bener-bener terobsesi sama Mama kamu. Papa heran, menurut Papa, Mama itu aneh. Kok bisa ada yang sampe terobsesi sama dia. Secara dia itu baik, tapi agak judes. Galak juga."

Aqeela terkekeh. "Sampe sekarang juga masih sama sifatnya," Aldy ikut terkekeh.

"Kamu mau tau nggak, gimana cara mama nanggepinnya?" tanya Aldy. Aqeela langsung mengangguk.

"Emang gimana pa?"

Aldy tersenyum misterius. "Mama kamu cuma diem, tapi orang yang ada di sekitar dia yang bikin cowo itu jera. And see, kini giliran kamu sweetie."

🌸🌸🌸

"Lahh bang tumben dirumah aja lo?" celetuk Hasya menatap Rasya heran.

Rassya hanya berdehem karena terlalu malas menanggapi.

"Kamu kenapa Sya? Tumben murung," sahut Rifa ikut heran.

"Ck dikira aku harus ceria terus bund?!" kesal Rassya.

Rifa tertawa pelan. "Nggak gitu maksudnya. Kan biasanya kamu selalu happy kiyowo kok sekarang jadi kayak orang galau."

"Ihh bunda kok tau bahasa gituan sih?" balas Hasya menatap Rifa tak percaya.

Rifa mendengus. "Perasaan bunda nggak kuno-kuno amat ya." Hasya menyengir.

Rassya mendudukkan dirinya dengan lesu. Dia benar-benar malas karena kejadian semalam yang membuatnya bad mood terus. Bahkan sedari tadi pagi dia belum mengabari ayang nya.

"Pasti gara-gara semalem nih," tebak Hasya penuh selidik.

"Kenapa emang? Kamu takut kalah saing sama si cowo yang suka Aqeela?" timpal Rifa dengan mata memicing.

Rassya menggeleng. "Enggak lah bund! Sejak kapan seorang Rassya Pradipta ini kalah saing!"

Rifa mengedikkan bahu. "Siapa tau kan. Namanya juga manusia."

"Ahh seru juga kalo ada pebinor gini!" seru Hasya girang.

Rassya melotot. "Seru matamu!"

Hasya berdecih. "Bang nanti gue bantuin deh ya bales si pebinor itu. Nanti ceritanya gue jadi antagonis keren!"

"Sok iye banget sih lo! Minta sama yang nulis lah!" balas Rassya sinis.

"Yang nulis kan lagi galau," jawab Hasya lesu.

"Udah si gaje banget kalian!"

🌸🌸🌸

Thank u for reading this story🙆🏻‍♀️💘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank u for reading this story🙆🏻‍♀️💘

Jangan lupa vote.

- d n a

BUCIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang