CHAPTER 59

1K 92 21
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Aqeela menatap Rassya melas. Membuat Rassya menghela nafas.

"Plis lahh jangan kasih aku hukuman!" rengek Aqeela memeluk lengan Rassya.

"Emang kenapa sih yang? Kamu tau hukuman nya apa kok sampe kayak gitu."

"Kamu pasti aneh-aneh kan?" tebak Aqeela.

Rassya menggeleng. "Nggak kok, cuma aneh aja enggak aneh-aneh."

"Rassyaaaa!" Aqeela kembali merengek.

Rassya tersenyum kecil. Dia menarik Aqeela untuk duduk di pangkuan nya. Rassya menangkup wajah Aqeela. Dia terkekeh gemas. Sikap absurd Rassya itu justru membuat Aqeela malu-malu.

"Kamu kenapa sih Sya," Aqeela menjauhkan wajahnya dari tangan Rassya.

Rassya mencubit hidung Aqeela gemas. "Hukumannya nikah sama aku aja ya yang."

Aqeela melotot. "Enak aja! Itu namanya bukan hukuman Rassyaaaaa!" geramnya.

Rassya sontak tertawa pelan. Jujur dia waktu itu hanya iseng ingin memberi hukuman Aqeela. Tapi Aqeela justru menganggapnya serius. Jadi sekarang dia bingung harus memberi hukuman apa. Ini sangat menyebalkan baginya. Andai waktu itu dia tidak mengancam Aqeela.

"Udah lah Sya, aku mau tidur," ujar Aqeela pada akhirnya.

Dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Rassya. Perlahan memasuki alam bawah sadarnya.

🌸🌸🌸

"Jelasin ke aku apa yang bikin kamu ngejar Argas sama Yera waktu itu," tuntut Aqeela menatap Rassya penuh harap.

Rassya menghela nafas.

"Iya," pasrah Rassya membuat Aqeela tersenyum senang.

"Jadi waktu itu..."

.

"Gue duluan ada urusan!" pamit Rassya pada anak-anak Alvasdor.

"Yoi!" balas mereka.

"Urusan apa emangnya Sya?" tanya Kiesha.

"Kayak nggak tau Rassya aja lo," cibir Jefan. "Yang pasti ngebucin lah."

Rassya mendengus. "Sok tau. Dah deh gue naik."

Rassya bergegas pergi dari ruang bawah tanah, tempat meeting mereka. Sesampainya di ruang utama markas. Keadaan cukup sepi. Karena anak Alvasdor berada di ruang bawah tanah semua.

Dengan santai, Rassya berjalan keluar markas. Namun matanya menangkap dua orang manusia berpakaian serba hitam berjalan hendak memasuki gerbang utama markas.

"WOIII!" teriak Rassya spontan. "Anjir malah teriak," batinnya menggerutu.

Bukannya lari, dua orang itu justru berdiam diri menatap pergerakan Rassya. Rassya berlari mendekat ke arah dua orang tersebut

"Duhh si sok iye dateng," cibir salah satu dari keduanya. Dari postur badannya seperti lelaki.

Rassya memandangnya datar. "Ada perlu apa lo?"

"Kepo banget kayaknya," sahut orang di samping lelaki itu, dapat di tebak dia cewek.

Rassya berganti menatap cewek itu. Dia memutar bola matanya malas. "Kalo berani nggak usah sok anonym gini."

"Aduhhh takuttt!" ledek si cowok.

Si cewek mendekat dan membisikkan sesuatu. "Cewek lo bakal mati!"

"Nggak usah ngaco!" balas Rassya santai.

Si cowok berdecih. "Gue bisa aja bunuh dia, dan hmm pake dia maybe?"

"Sialan kurang ajar lo!" sentak Rasya hendak membogem namun tak jadi karena ucapan cowok itu.

"Cewek lo jelek, mending sama gue. Bonus gue kasih service tiap hari."

"Diem lo!"

Si cewek menutup mulutnya yang sudah tertutup masker hitam. "Serem juga kalo marah."

"Banci kayak lo nggak cocok jadi ketua. Cocokan juga gue."

"Oh iya, asal lo tau, teror-teror yang lo alami sama cewek sok iye itu berasal dari kita." Dua orang itu tertawa jahat.

"Udah gue duga, Argas... Yera." desis Rassya mengenali gaya bicara dan suara dua orang itu.

"Baguslah kalo udah tau," kekeh Argas.

"Lo tunggu aja kalian berdua bakal sama-sama mati sampe keluarga-keluarga kalian!" ancam Yera. Argas dan Yera langsung lari pergi entah kemana.

Rassya yang terbakar emosi segera mengambil motornya dan mengejar dua ornag tersebut. Tanpa sadar bahwa motornya sudah di sabotase.

Motor Rassya melaju kencang membelah jalanan. Sedari tadi dia sudah kehilangan jejak Argas dan Yera. Dia menghela nafas frustasi.

Saat hendak memberhentikan motornya, dia mengernyit heran karena laju motornya tak kunjung memelan. Dia membelalakkan matanya karena merasa ada yang tak beres. Lelaki itu memilih menjatuhkan motornya ke perkebunan samping jalan agar dirinya tidak luka terlalu parah. Tapi sepertinya rencana sudah disusun sedemikian rupa, hingga ada mobil sedan yang sengaja menabrak dirinya hingga terseret beberapa meter dan terkena pembatas jalan.

"Aqeela..." Lirih Rassya, beberapa detik kemudian dia tak sadarkan diri.





Mata Aqeela berkaca-kaca. Dia menatap Rassya.

"Hey kenapa?" tanya Rassya khawatir. "Ayang jangan nangis ih," ujarnya merasakan kaos nya basah karena air mata Aqeela.

Aqeela memang memeluk Rassya. Gadis itu duduk di pangkuan Rassya.

"Harusnya kamu nggak terkecoh," ucap Aqeela masih sesenggukan.

Rassya terkekeh. Saat khawatir Aqeela begitu lucu, ekspresi paniknya membuat lelaki itu tak tahan untuk tidak mencubit pipi chubby Aqeela.

"Kan juga udah lalu, sekarang mereka udah pergi. Kita jalani hubungan semestinya ya," papar Rassya. "Kita udah dua bulan lagi lulus, harus lebih fokus sama pelajaran biar bisa lanjut kuliah."

Aqeela mengangguk. "Kita jalani hubungan ini jadi lebih baik."

Keduanya tersenyum dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang.

🌸🌸🌸

yeyy mau end nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yeyy mau end nih

makasih dah baca chapter ini

jgn lupa vote

- dini

BUCIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang