CHAPTER 49

867 87 9
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Rassya berjalan menuju UKS. Wajahnya masih datar, sehingga membuat para siswa-siswi diam tak berani menyapa. Mereka heran, kenapa akhir-akhir ini Rassya menjadi dingin tak tersentuh?

Sesampainya di UKS, Rassya melihat Aqeela tengah berbaring sambil bermain handphone. Dan sendiri tentunya, Rassya menghela nafas lega. Mungkin Bara sudah pergi, pikirnya.

"Ekhemm," Aqeela sontak menatap ke pintu UKS. Dia tersenyum senang.

"Rassyaa!" panggilnya merentangkan tangan.

Rassya membalas senyuman itu, dia pun berjalan mendekati Aqeela dan membalas pelukan hangat tersebut. Menatap gemas pada gadisnya yang bertingkah manja.

"Kangen," rengek Aqeela mendusel-duselkan wajahnya ke dada Rassya.

"Wangi ih," celetuk gadis itu membuat Rassya semakin gemas.

"Iya sayang," pipi Aqeela merona.

"Maluuu!" Rassya tertawa pelan. Aqeela ikut terkekeh.

"Kemana aja?" tanya Aqeela.

"Ada urusan," jawab Rassya. "Kenapa bisa di hukum? What problem are you making?"

Aqeela menghela nafas. "A-aku lagi banyak pikiran aja terus di suruh ngerjain soal aku nggak bisa, ya di hukum deh."

Rassya diam. Dia menatap wajah Aqeela yang memang sepertinya sedang banyak masalah. Sama halnya dengan dirinya. Keduanya memang selalu sama, mungkin jodoh.

"Nanti mampir ke rumah aku dulu," ujar Rassya. Tapi lebih ke perintah.

🌸🌸🌸

Rassya dan Aqeela duduk bersila berhadap-hadapan di king size Rassya. Keduanya saling pandang. Tak ada yang mau angkat bicara. Mereka sama-sama bergelut dengan pikirannya masing-masing.

"Hmm kenapa Sya? Ada something or problem?" tanya Aqeela memecah keheningan selama 10 menit itu.

Rassya mengangguk. "Selama ini, aku sering di teror."

WHATTT?

Aqeela membelalakkan matanya. Dia menjerit dalam hati. Jadi selama ini keduanya di teror? Bukan hanya dirinya saja?

"Qeel?" panggil Rassya membuat Aqeela tersadar.

"Hah? Em... Rassya, aku juga akhir-akhir ini sering di teror."

Rassya terkejut. Dia benar-benar tak menyangka. Itu artinya peneror tersebut menginginkan keduanya.

"Kenapa nggak bilang aku?" tanya Rassya menuntut.

"Aku takut..." Cicit Aqeela.

Tubuh Rassya bergerak memeluk gadisnya itu. Dia mengelus rambut pendek Aqeela. Aqeela menyenderkan kepalanya di dada bidang kekasihnya. Bibirnya cemberut. Dia menjadi khawatir dengan hubungan keduanya kedepannya. Takut saja terjadi apa-apa.

"Hubungan kita terlalu sempurna sayang, jadi banyak yang iri," ucap Rassya terkekeh pelan. Aqeela diam. "Kamu nggak usah khawatir. Kita ada buat saling melindungi. Right?"

Aqeela tak menjawab. Dia malah menyembunyikan wajahnya di dada Rassya.

"Are you okay?"

Pecah sudah. Aqeela menangis sesenggukan di dada bidang Rassya. Rassya tersenyum kecil. Dia mengusap-usap punggung Aqeela untuk menenangkan.

"A-aku nggak pernah hadapin situasi ini. Sebenernya aku juga ga mau jadi leader, tapi mama sama papa maksa. Kalo tau jadi leader geng sesusah ini, dari dulu aku nolak aja. I'm really scared and restless."

"Hmm? Ayang aku kok nangis? Kamu kan cewek pemberani sayang. Aku selalu ada buat kamu. Aku punya kamu dan sebaliknya."

Aqeela masih menangis. Rassya memilih diam. Berusaha menenangkan gadisnya itu. Dengan cara membiarkan Aqeela menangis sepuasnya.

"Okay, nggak papa. Leader geng juga manusia, dia pantes nangis," tutur Rassya membuat hati Aqeela menghangat. Tapi dirinya juga tak bisa menghentikan tangisannya.

Hingga beberapa menit, tak terdengar suara isakan dari Aqeela. Rassya menunduk menatap Aqeela dengan nafas teraturnya. Ternyata Aqeela tertidur. Rassya tersenyum lebar.

🌸🌸🌸

Aqeela membuka matanya perlahan. Dia menatap Rassya yang tengah sibuk memakai jaketnya. Dia mengernyitkan dahinya. Ruangan ini, bukan kamar Rassya.

"Yang," panggil Aqeela dengan suara seraknya. "Kok di kamar aku?"

Rassya menoleh dan tersenyum.

"Iya, aku anter kamu ke sini pake mobil tadi," jawab Rassya. Aqeela manggut-manggut.

"Butuh sesuatu?" Aqeela menggeleng.

"I need you," jawab Aqeela kemudian.

Senyum Rassya mengembang. Tapi langsung luntur. "I'm sorry sweetie, aku ada urusan. Kamu jangan lupa makan sama belajar, istirahat yang cukup, sama jangan kebanyakan main handphone."

Aqeela mengangguk. "Kamu kayak mau kemana aja."

Rassya tersenyum. "Aku kan emang mau pergi jauh sayang." Ucapnya sambil mencubit pipi chubby Aqeela.

Aqeela terkikik geli karena Rassya juga menguyel-uyel pipinya. "Jangan lupa pulang."

"Kalo aku nggak pulang?"

Aqeela mengernyit. Bunyi notifikasi dari handphone Rassya membuat lelaki itu bergegas keluar dari kamar Aqeela. Sebelumnya, dia menyempatkan diri mencium kedua pipi Aqeela serta kening gadis itu.

Aqeela memegang dadanya yang berdebar kencang, "Firasat gue kok nggak enak ya?" gumam nya mulai gelisah.

🌸🌸🌸

Thank you for reading this story🙆🏻‍♀️💘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you for reading this story🙆🏻‍♀️💘

Jangan lupa vote.

- dini

BUCIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang