🌸🌸🌸
Aqeela berjalan melewati koridor utama Avega dengan santai. Mulutnya bergerak mengunyah permen karet, seperti biasa wajahnya datar. Para siswa-siswi tak lagi ada yang mau menyapa gadis itu.
"Oyyyy!" teriak seseorang.
Aqeela berhenti berjalan. Kepalanya bergerak menghadap ke belakang dengan malas.
"Hm?"
Jefan, yang memanggil Aqeela menyengir.
"Tumbenan udah dateng lo, biasanya telat," ujar Jefan basa-basi. Sebenarnya dia tengah ketar-ketir melihat ekspresi tak bersahabat dari Aqeela.
"Ya."
"Naik motor sendiri?" tanya Kiesha ikut nimbrung. Aqeela mengangguk.
Mereka diam. Merasa tidak ada yang di bahas, Aqeela pun pergi tanpa mengatakan apapun.
"Bener-bener Rassya versi cewe anjay," Jefan menatap punggung Aqeela yang semakin menjauh.
"Ya kan jodoh itu cerminan diri," balas Kiesha.
"Tapi kok Rey sama Sandy enggak mirip? Katanya jodoh itu cerminan dari," tanya Jefan.
Kiesha mengedikkan bahunya. "Mungkin bukan jodoh."
"Nggak usah asal ngomong!" Kiesha dan Jefan sama-sama terkejut. Mereka menoleh mendapati Rey yang tengah menatapnya tajam dengan wajah datar khasnya.
Kiesha menyengir. Dia menunjukkan dua jarinya atau peace. "Canda broo!"
🌸🌸🌸
Aqeela bertopang dagu menatap Rassya. Dia cemberut. Merasa bosan, kesal, dan khawatir secara bersamaan.
"Kamu kapan bangun nya sih yang," gerutu Aqeela. "Aku tuh capek tiap hari ngomong sendiri kayak orang gila."
"Kamu nggak capek apa tidur mulu. Oh ya Sya kamu tau nggak sekarang aku udah nggak terlalu bully orang lohh," Aqeela masih saja terus mengoceh walaupun tidak ada yang menanggapi.
Hingga satu jam lamanya gadis itu berceloteh. Rasa kantuk kini menyerangnya. Aqeela menidurkan kepalanya di atas tangan Rassya seperti biasanya. Perlahan mata cantik itu tertutup memasuki alam bawah sadar.
.
Di sebuah padang rumput, tampak seorang lelaki berpakaiannya serba putih memejamkan matanya menikmati udara segar yang menerpa wajahnya. Senyumnya melebar ketika angin itu berembus sedikit kencang.
"Rassya," lelaki tersebut sontak menoleh. Dia mengernyit melihat cahaya terang berwarna putih yang memanggilnya.
"Lo siapa?" tanya Rassya.
Cahaya itu sedikit meredup. Menampilkan seorang lelaki seumuran dengan Rassya. Dia tersenyum menatap Rassya.
"Lo nggak pulang?" tanya lelaki itu. "Lo udah terlalu lama di sini."
"Ares?" kaget Rassya. "L-lo?"
Lelaki bernama Ares itu tersenyum. "Lo pasti kaget ya, hahaha. Kita lama nggak ketemu, terakhir pas kelas 6 SD sebelum perpisahan ya."
Rassya mengangguk. "Gue kangen lo."
"Tapi lo harus pulang," balas Ares.
Rassya menggeleng. "Gue capek Res, gue kayaknya udah nggak kuat lagi. Gue pengen sama lo aja."
Ares sontak menggeleng tegas. "Nggak Sya! Banyak orang yang nungguin lo! Ada cewek lo, keluarga, dan sahabat-sahabat lo!"
"Sama lo aja pulangnya," jawab Rassya santai.
Ares melotot. "Lo gila? Gue tubuh gue bahkan udah rata sama tanah."
Rassya menatapnya sendu. "Gue harus banget pulang ya? Gue betah banget disini."
Ares menghela nafas. "Sya jangan gampang nyerah kayak gini, masih ada banyak masalah yang harus lo selesain. Apalagi masalah baru-baru ini. Kasian cewek lo harus mikul sendiri."
Rassya kembali sadar. Benar apa kata Ares. "I-iya gue pulang."
Ares tersenyum. "Gue harap lo selalu bahagia Sya. Banyak orang yang kangen sama lo."
Rassya membalas senyuman tulus itu. "Iya. Lo juga jaga diri baik-baik."
Perlahan Ares mundur. Cahaya putih itu ada kembali hingga membuat Rassya menutup matanya karena saking silaunya. Hingga cahaya itu hilang seiring Ares pergi.
"Gue harus pulang."
.
🌸🌸🌸
Thank u for reading this story🙆🏻♀️💘
Jgn lupa vote (っ.❛ ᴗ ❛.)っ
- dini
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN [END]
FanfictionPada umumnya, hubungan kekasih antar ketua geng pasti bersifat romantis, lucu, dan menggemaskan. Tapi tidak dengan pasangan Rasya Pradipta dan Aqeela Aselyana. Kedua ketua geng itu justru menjalin hubungan kekasih yang alay dan menggelikan. Walaupu...