Bab 22 - Membangun Hubungan

399 34 0
                                    


"Aku ngerasa ini nggak pedas, Nan. Kalau kamu nggak tahan, aku akan buatkan makanan baru untukmu. Sorry banget! Aku pikir, kamu suka pedas." Ayu bangkit dari kursinya.

Nanda menyambar pergelangan tangan Ayu. Membuat Ayu mengurungkan niatnya untuk bangkit dan membuat wajahnya dan wajah Nanda saling bertemu.

"Nan, kamu ...!?"Ayu menatap mata Nanda yang hanya berjarak sekitar lima sentimeter dari matanya dan membuat wajah mereka saling menempel.

"Nggak perlu siapin makanan baru untukku! Ini saja," pinta Nanda sambil mengulum lembut bibir Ayu dan menghisapnya semakin dalam.

Ayu langsung membalas ciuman dari Nanda. Seluruh tubuhnya tiba-tiba menegang, dadanya mengencang dan bagian inti tubuhnya minta diperlakukan lebih. Pagi-pagi seperti ini, Nanda sudah berhasil membangkitkan gairahnya. Parahnya lagi, ia menjadi mudah terpancing hasratnya dan tidak bisa menahan diri. Mungkinkah hormon kehamilan memengaruhi perasaannya seperti yang sering ia baca di artikel-artikel tentang dunia kehamilan.

Nanda tersenyum saat mendapati tubuh Ayu menggeliat karena sentuhan darinya. Ia langsung menaikkan Ayu ke pangkuannya, menghadap ke arahnya dan semakin bersemangat menghisap bibir dan leher istrinya itu. Kedua tangannya bergerak liar di belakang pinggang Ayu dan meremas dua gundukan empuk di bawahnya.

"Mmh ... Nan, aku ... mmh ..." Ayu menggigit bibir bawahnya. Menahan desahan ketika bibir Nanda mulai bermain di dadanya. Jemari tangannya mencengkeram erat punggung Nanda, menahan hasrat yang sudah memuncak di kepalanya.

Nanda semakin tersenyum puas tubuh Ayu semakin gemetar. "Nggak perlu ditahan. Kita sudah sah dan bebas melakukannya kapan saja," bisiknya di telinga Ayu.

Ayu tersenyum kecil sambil menyembunyikan wajahnya yang menghangat. Jika Nanda terus seperti ini, ia pasti menginginkannya diperlakukan lebih.

Nanda menggoyangkan tubuhnya. Menekan tubuh Ayu ke atas senjata andalannya yang kini sudah berada dalam siap tempur. "Aku sudah on. Do something for me!" pintanya.

"Nan, aku nggak berpengalaman soal begini. Aku ..." Ay menatap bagian bawah tubuh Nanda sambil meremas jemari tangannya sendiri. Ia tidak tahu, apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu.

Nanda tersenyum. Ia menarik salah satu tangan Ay dan memasukkan ke dalam celananya. "Pegang ini! Tarik keluar perlahan dan masukkan ke itumu!" pintanya.

Ayu melebarkan kelopak matanya. Ia mengerjapkan mata dan berusaha mengembalikan kesadaran dari sikap liar yang tiba-tiba saja muncul tanpa ia sadari.

"Nggak usah malu-malu! Ini bagian dari kebutuhan dan rutinitas kita," pinta Nanda lagi.

"Mmh ... kamu mau pergi ke kantor 'kan?"

"Kantor gampang untuk diurus. Selesaikan dulu urusan ini! Pusing kalau sudah on gini dan nggak diservis dengan baik," sahut Nanda.

"Beneran pusing?"

"Iya. Pusing atas bawah, Ay! Do it!" pintanya.

"Ini ... langsung masukin aja?" tanya Ayu polos.

Nanda tertawa kecil. "Kamu memang belum cocok jadi istri yang baik! Harus lebih banyak belajar lagi!" Ia menggeser piring dan gelas yang ada di hadapannya dan mendudukkan Ayu ke atas meja. Dengan cepat, tangannya menaikkan daster yang dikenakan istrinya itu dan melepaskan CD yang dikenakannya. Ia juga segera menurunkan celana yang ia kenakan dan memainkan inti tubuhnya terlebih dahulu ke pintu masuk inti tubuh Ayu sebelum ia benar-benar menyatukan diri dengan wanita itu. Ia mengajari Ayu perlahan untuk mendapatkan kesenangannya dan menikmati pagi yang hangat di atas meja makan.

"Aach ...! Thank's, Ay ...!" ucap Nanda saat ia berhasil melakukan pelepasan dengan sempurna di dalam inti tubuh Ayu. Ia merasa, paginya kali ini benar-benar luar biasa karena Ayu bisa dengan cepat mempelajari setiap gerakan yang ia ajarkan dan membuat ia sangat puas.

Ayu mengangguk. Ia meraih CD yang tergeletak di lantai dan buru-buru berlari ke kamar mandi. "Aku bersihkan tubuhku dulu!"

"Bersihkan dengan baik sampai harum! Nanti malam, aku akan ajari kamu gaya baru yang nggak kalah nikmat. Aku akan pulang kerja lebih cepat. Oke?" seru Nanda sambil membersihkan alat vitalnya menggunakan tisu dan mengenakan kembali celana miliknya karena ia harus secepatnya pergi ke perusahaan.

"He-em. Nanti malam aku ada janji sama temen-temen sanggar untuk perpisahan. Kamu bisa temani aku ke sana?" tanya Ayu.

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang