Bab 85 - Bangkit dari Rasa Sakit

403 29 2
                                    

"Bolehkah aku melanjutkan S2 di kota ini? Aku belum mau kembali ke Indonesia," ucapnya lirih sembari menahan rasa sesak di dadanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Kehilangan seorang anak dan suami, membuatnya tidak menginginkan apa pun. Ia harap, dengan menempuh pendidikan lagi, bisa mengalihkan kesedihannya dan membuat masa depannya lebih baik lagi. Ia ingin menebus kegagalan yang telah membuat kedua orang tua kecewa.

Bunda Rindu langsung tersenyum mendengar permintaan puterinya. Ia menoleh ke arah Ayah Edi untuk meminta persetujuan pria itu.

Ayah Edi mengangguk sambil tersenyum. "Kamu mau lanjut di universitas mana? Ayah akan bantu mengurusnya."

"Cambridge," jawab Ayu tanpa berpikir lama.

Ayah Edi menganggukkan kepala. "Ayah akan bantu mengurus tempat tinggal dan sekolahmu. Untuk sementara, kamu tinggal di hotel tempat kami menginap. Gimana?"

Ayu mengangguk. Ia segera masuk ke mobil dan menuju hotel tempat kedua orang tuanya menginap selama menjaganya di kota tersebut. Ia tahu, titik terapuh dalam hidup manusia adalah ketika ia berlari dan tidak berani menghadapi takdir yang sesungguhnya. Dan dia ... sedang berada di titik itu.

Ayu menyalakan ponselnya yang baru saja disodorkan oleh ayahnya. Ia membuka semua aplikasi pesan yang ada di sana. Tidak ada satu pesan pun dari Nanda. Mungkin, pria itu memang tidak pernah mempedulikan bagaimana keadaannya. Tidak pernah mencarinya meski ia menghilang dalam waktu lama.

Pesan yang masuk secara beruntun ke dalam ponselnya, malah penuh dengan pesan perhatian dari Sonny. Sonny tahu, Ayu tidak akan pernah mengganti nomor ponselnya meski ponsel itu hilang. Membuat pria itu tidak berhenti mengirimkan pesan setiap harinya.

Membaca semua pesan dari Sonny, seharusnya ia sangat bahagia. Terlebih, kedua orang tuanya sudah mendapatkan surat pembatalan pernikahannya dengan Nanda. Tapi kali ini, pesan dari Sonny terasa hampa di hatinya. Ia tidak berniat membalas pesan tersebut dan memilih untuk meninggalkan semua masa lalunya bersama Sonny. Ia pikir, menjalani kehidupan masing-masing adalah cara paling baik agar tidak saling menyakiti.

Setelah kedua orang tuanya kembali ke Indonesia. Ayu memilih menjalani hari-harinya di kota London. Tidak hanya mengambil pendidikan di Cambridge, ia juga mengambil pekerjaan paruh waktu. Bekerja bukan karena kekurangan uang, tapi ia bekerja untuk menambah kesibukannya hingga ia lupa pada semua masa lalu yang begitu menyakitkan. Sibuk meningkatkan diri adalah cara terbaik untuk penyembuhan.

Setiap hari libur, Ayu selalu pergi ke perpustakaan kota. Tidak hanya membaca buku, ia juga menyempatkan diri untuk belajar menulis jurnal tentang bisnis. Setelah mendapatkan gelar sebagai lulusan terbaik di Melbourne University, ia juga ingin mendapatkan prestari yang baik di Cambridge. Andai ia tidak bisa lulus dengan nilai yang baik, ia masih bisa meninggalkan jurnal-jurnal ini untuk masa depan.

Jika nasib percintaannya tidak berakhir dengan baik, maka nasib pendidikan dan finansialnya harus berakhir baik. Setidaknya, ia masih memiliki satu alasan untuk tetap bertahan hidup dan membahagiakan orang-orang yang ia cintai.

Roro Ayu tersenyum sambil menatap satu eksemplar buku yang sudah berhasil diterbitkan oleh penerbit universitas tersebut. Tahun pertamanya di Cambridge University, ditutup dengan terbitnya jurnal bisnis yang ia susun selama satu tahun dan dijadikan sebagai referensi pendidikan untuk generasi selanjutnya. Nama Raden Roro Ayu Rizky Prameswari menjadi satu-satunya nama asli Indonesia yang mengukir sejarah International Woman Business Journal di seluruh dunia.

((Bersambung...))

Jangan lupa support author biar makin semangat nulisnya!



Much Love,

@vellanine.tjahjadi


Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang