Bab 161 - Wedding Day

81 6 0
                                    

Keesokan harinya ...

Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya.

"Udah siap?" tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda.

Nanda mengangguk. "Gimana? Ganteng, nggak?"

"Ganteng, dong!" ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda.

Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi.

"Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!" pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda.

Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia.

"Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf," ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. "Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan."

"Iya, Ma. Aku pasti ingat semua nasehat Mama," balas Nanda sambil mengecup pipi Nia. Ia merangkul tubuh wanita yang telah melahirkannya itu dan bergegas keluar dari kamar hotel tersebut.

Nia tersenyum bangga menatap Nanda yang kini telah banyak berubah. Ada hal yang tidak bisa dikendalikan dengan ucapan. Ada keburukan yang tidak bisa diubah hanya dengan nasehat. Roro Ayu, telah mengubah hidup puteranya dengan rasa sakit bertubi-tubi. Menjatuhkan keluarga mereka sejatuh-jatuhnya, tapi tetap menerima semua sifat buruk Nanda ... kemudian mencintainya lagi.

Nanda tersenyum sambil menatap semua orang yang sudah bersiap mengantarkannya memasuki keraton tempat Ayu dilahirkan. Mobil-mobil sudah dihias dengan bunga khas pengantin di depannya dan semua orang sudah menyiapkan banyak hadiah mahal untuk keluarga mempelai wanita.

Mereka semua bergegas pergi menuju Keraton Kesultanan Surakarta. Keraton yang hampir tidak pernah dibuka dan tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Tapi kali ini ... para tamu undangan masuk ke dalam keraton tersebut. Juga dengan masyarakat sekitar, meski dengan pengawalan ketat.

"Nan, aku nggak nyangka kalau cowok brengsek kayak kamu bisa dapetin tuan puteri dari keluarga bangsawan kayak gini," bisik Rocky yang ikut mengantarkan Nanda ke acara pernikahannya.

"Emang sekarang lagi nge-trend menikahi wanita dari anak orang kaya raya. Biar ikutan kaya juga," sahut Angga yang juga ada di sana.

"Apalagi kalau hamilin anaknya orang kaya, udah pasti dinikahkan," sambar Sonny lagi.

"Tapi anak orang kaya yang lemah. Jangan anak orang kaya yang kuat! Yang ada, kita malah dihancurin. Tinggal nama doang, hahaha." Okky tergelak sambil merangkul Sonny yang ada di sana.

"Hahaha. Hancur satu burung dan dua telurnya!" Angga menimpali.

"Kalian ini apaan, sih!? Calon pengantinnya dikata-katain! Nyesel aku milih kalian jadi groomsman!" seru Nanda sambil menahan kesal.

"Hahaha." Rocky dan yang lainnya tergelak mendengar ucapan Nanda. Mereka kembali memasang wajah serius saat pintu besar aula utama keraton tersebut terbuka dan mereka semua disambut dengan tari-tarian tradisional yang sudah disiapkan untuk menyambut kedatangan pengantin pria.

Nanda langsung tersenyum lebar saat melihat Roro Ayu sudah berdiri di atas pelaminan yang berada beberapa meter darinya. Melihat wanita itu dari kejauhan saja, sudah berhasil membuat senyum di bibirnya merekah.

"Ya Tuhan, ternyata istriku cantik banget!" gumamnya dalam hati dengan perasaan tak karuan. Meski berusaha untuk terlihat biasa saja, rasa gugupnya tetap tak bisa disembunyikan dari mata semua orang. Terlebih, keringat menetes perlahan dari sudut-sudut keningnya meski aula megah itu sudah full AC.

((Bersambung...))

Karena Roro Ayu nggak demen pakai make-up dan selalu natural. Nanda sampai nggak menyadari kalau istrinya itu aslinya cantik banget! Hihihi

Oh ya, kalian mau sumbang ide permainan apa untuk hari pernikahan mereka biar seru? Komen di bawah, ya!

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang