Nanda menghela napas lega saat dua pengawal itu sudah melepaskannya. Ia kembali berlutut di belakang Ayu sambil menengadahkan kepala menatap Sri Sultan yang duduk di atas singgasananya. "Saya datang ke sini untuk meminta maaf dan ingin kembali mengambil Roro Ayu sebagai istri saya!" ucapnya tegas.
"Kamu tahu apa yang kamu lakukan tiga tahun lalu?" tanya Sri Sultan sambil menatap wajah Nanda.
Nanda mengangguk.
"Kami tidak melarang Roro Ayu menikah dengan siapa pun. Hanya saja, dia tidak boleh menginjakkan kakinya ke istana karena seorang puteri mahkota telah melanggar peraturan yang mencoreng nama baik keluarga besar keraton kesultanan," ucap Sri Sultan sambil menatap wajah Nanda.
"Eyang, saya akan lakukan upacara kesucen untuk bisa masuk ke istana lagi. Saya ingin mendapatkan restu pernikahan dari Eyang dan semua keluarga keraton," tutur Ayu sambil menitikan air mata menatap Sri Sultan yang juga kakeknya sendiri.
Sri Sultan menatap serius ke arah Ayu. "Syarat untuk melakukan upacara mensucikan diri tidaklah mudah. Kamu tidak akan sanggup menjalaninya, Roro Ayu."
"Saya akan menjalaninya, Eyang. Apa pun syaratnya, akan saya penuhi. Asalkan Eyang mengizinkan aku kembali ke istana ini," sahut Ayu sambil memberi hormat kepada Sri Sultan yang ada di hadapannya.
Sri Sultan menganggukkan kepala. Ia langsung menoleh ke arah salah satu staff administrasi kesultanan. "Bacakan persyaratan yang harus dilakukan Roro Ayu agar dia bisa melakukan upacara mensucikan diri dengan baik!"
Pria yang ditunjuk oleh Sri Sultan, mengangguk dan segera membuka dekrit keraton yang sudah menjadi aturan turun-menurun selama ratusan tahun.
"Tujuh syarat upacara menyucikan diri yang harus dipenuhi oleh Raden Roro Ayu Rizki Prameswari selaku puteri mahkota. Karena telah melanggar aturan besar, mencemarkan nama baik dan merusak moral keluarga ... maka, Raden Roro Ayu Rizki Prameswari harus menjalani hukuman pengasingan selama minimal satu tahun. Dilarang masuk ke Istana sebelum melakukan upacara pensucian," tutur staff administrasi kesultanan dengan suara tegas.
Ayu menundukkan kepala sambil menitikan air mata. Seharusnya, ia diadili sejak empat tahun lalu. Karena permohonan penangguhan dari kedua orang tuanya dengan alasan janin dalam perut Ayu, membuatnya hanya menjalani hukuman pengasingan dan dilarang masuk ke istana kesultanan sebelum ia melakukan upacara penyucian diri. Lahir di dalam keluarga keraton memang tidak mudah. Tidak ada hukum negara yang bisa menyentuh apa yang sudah ditentukan oleh adat nenek moyang mereka. Sebagai puteri mahkota yang hamil di luar nikah, dia harus menjalani hukuman yang sangat berat.
"Pertama ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari harus mendapatkan lima puluh cambukan. Kedua ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari harus melakukan kungkum [baca; berendam] selama tujuh hari tujuh malam. Ketiga ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari tidak boleh keluar dari tempat ibadah dan wajib menjaga kebersihan tempat ibadah setiap harinya selama tiga puluh hari."
Nanda melebarkan kelopak mata mendengar tiga syarat pertama yang harus dipenuhi oleh Ayu. Dadanya sangat sesak dan matanya ikut berkaca-kaca saat melihat air mata Ayu jatuh berderai ke pangkuannya. "It's Crazy ...! Ayu nggak mungkin sanggup menahan hukuman seorang diri," batinnya.
"Keempat ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari wajib memberi makan anak yatim selama empat puluh hari. Kelima ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari wajib berpuasa selama sembilan puluh hari. Keenam ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari dilarang bertemu dengan orang yang bukan mahrom-nya selama menjalani hukuman. Ketujuh ... Raden Roro Ayu Rizki Prameswari wajib memberikan karya penebusan yang dipersembahkan untuk leluhur," lanjut staff administrasi itu. Kemudian, menutup dokumen yang ada di tangannya setelah selesai membaca syarat-syarat yang harus dijalani Roro Ayu.
"Raden Roro Ayu Riski Prameswari, apakah kamu bersedia memenuhi syarat hukuman untuk penyucian diri?" tanya Sri Sultan sambil menatap wajah Ayu.
"Bersedia, Eyang," jawab Ayu sambil menangkup kedua tangan dan menunduk hormat kepada Sri Sultan. Ia tahu, belum ada satu wanita pun yang bisa selamat dari hukuman ini selama ratusan tahun berlalu. Jika memang ini adalah caranya untuk menebus dosa, akan ia lakukan. Ia ingin penebusan dosa ini diterima oleh keluarganya lagi dan juga diterima oleh Tuhan. Agar kelak masa depan keturunannya bisa hidup bahagia dan bermartabat.
Nanda melebarkan kelopak matanya. Ia menengadahkan kepala menatap Sri Sultan. "Kanjeng Sultan, biar aku saja yang menggantikan Roro Ayu menjalani hukumannya!" pintanya.
"Roro Ayu adalah puteri mahkota keraton ini. Kedudukannya tidak bisa digantikan kecuali dia mati. Hukuman untuk dia juga tidak bisa digantikan oleh siapa pun," jawab Sri Sultan sambil menatap Nanda.
Nanda menatap wajah Sri Sultan dengan perasaan tak karuan. Ia langsung menghadapkan tubuhnya ke arah Ayu yang duduk bersimpuh di sebelahnya. "Ay, kamu nggak perlu menjalani hukuman ini untuk bisa menikah denganku. Aku nggak mau menyakiti kamu, Ay. Kita bisa tetap saling mencintai tanpa menikah."
Ayu tersenyum menatap wajah Nanda. "Aku menjalani hukuman bukan untuk menikah denganmu, Nan. Tapi untuk diterima kembali di lingkungan keluargaku sendiri."
"Tell me! Apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua ini? Apa yang harus aku lakukan supaya kamu tidak perlu menjalani hukuman ini, Ay?" tanya Nanda dengan mata berkaca-kaca.
Ayu tersenyum sambil menatap wajah Nanda. "Jangan temui aku dulu sebelum aku menyelesaikan hukumanku. Tunggu aku!" pintanya lirih.
Nanda menggelengkan kepala. Ia menggeser tubuhnya lebih dekat dengan singgsana Sri Sultan. "Ayu tidak melanggar aturan keluarga kalian. Aku yang telah melakukan kesalahan. Ini semua bukan kesalahan Ayu. Biar aku yang menanggungnya!" pintanya penuh harap. "Apa pun syaratnya akan aku penuhi asalkan kalian bisa menerima Ayu di keluarga ini lagi tanpa harus menjalani hukuman."
Sri Sultan tersenyum ke arah Nanda. "Kalian saling mencintai?"
Nanda dan Ayu mengangguk bersamaan.
"Kalau begitu, jalani hukuman sesuai dekrit! Tidak ada yang berubah. Kamu ... tidak boleh menemui Roro Ayu selama dia menjalani hukumannya!" perintah Sri Sultan.
Nanda tertunduk lemas. Dunianya seakan runtuh saat ia mengetahui kalau apa yang dia lakukan terhadap Ayu, ternyata menimbulkan masalah besar baginya. Ia benar-benar menyesal karena tidak bisa menyelamatkan Ayu dan tidak bisa melawan saat pengawal istana tersebut menyeretnya keluar dari sana.
"AYU ...! Harusnya aku yang dihukum, bukan kamu ...!" teriak Nanda sambil menatap punggung Ayu yang semakin jauh dan menghilang di balik pintu besar yang sudah tertutup rapat untuknya.
((Bersambung...))
Apa yang akan dilakukan Nanda selanjutnya? Bermasalah dengan keluarga bangsawan memang nggak mudah, ya? Semangat untuk pasangan ini!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
[[Jika kamu ingin baca novel ini yang versi sudah tamat, kamu bisa berkunjung ke Karyakarsa atau ke www.rinmuna.com]]
Eh, author boleh numpang promo? Hehehe
[[Jangan lupa ikutan PO buku-buku author yang lain! Karena ceritanya juga nggak kalah seru. Ada novel "Perfect Hero" dan "I am Here, Mr. Rich" yang baru aja dicetak. Support author, ya! Moga rejeki kalian makin lancar jaya]
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Lelaki Brengsek
RomanceRaden Roro Ayu Rizki Prameswari adalah seorang puteri bangsawan berpendidikan. Awalnya, hidupnya indah dan baik-baik saja sampai akhirnya bertemu dengan Ananda Putera Perdanakusuma (sahabat baik pacarnya) yang menghamilinya. Hidupnya berubah menjad...