Bab 133 - Sekali Brengsek Tetap Brengsek

224 22 0
                                    

-Keraton Kesultanan Surakarta-

Hampir seminggu pelayan di istana dibuat ketar-ketir karena Roro Ayu tiba-tiba mengurung diri di dalam ruang perpustakaan selama dua puluh empat jam. Mereka tidak berani melapor pada orang tua Ayu atau pun pada Sri Sultan karena takut dianggap tidak becus melayani puteri mahkota mereka. Tidak tahu apa yang terjadi dengan Roro Ayu hingga membuat para pelayannya kewalahan.

"Ndoro Puteri ...! Sudah waktunya makan malam," ucap salah satu pelayan sambil mengetuk pintu perpustakaan yang tertutup rapat.

Ayu menghela napas sembari menatap pintu perpustakaan yang tiba-tiba diketuk. Ia menoleh ke arah jam dinding ruangan tersebut yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Setiap berada di depan buku, ia merasa waktunya terasa sangat singkat.

Ayu bangkit dari tempat duduk dan melangkah perlahan menuju pintu. Ia segera membuka pintu tersebut dan menatap Sri yang sudah berdiri di depannya. "Aku nggak mau makan yang lain. Bawakan air mineral dan dua buah pir saja!" perintahnya.

"Ndoro Puteri, sudah tujuh hari ini Ndoro Puteri tidak makan siang sama sekali dan hanya mengambil dua buah pir setiap malam. Kami semua khawatir."

"Aku puasa," sahut Roro Ayu.

"Eh!? Bukannya hukuman Ndoro Puteri sudah selesai? Jangan membuat kami khawatir dan menyulitkan kami, Ndoro!" pinta pelayan bernama Sri itu.

"Aku hanya masih ingin berpuasa. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku!" pinta Ayu sambil melangkah masuk kembali ke dalam perpustakaan tersebut.

Sri langsung meraih nampan yang disiapkan pelayan lain dan membawakannya masuk ke dalam perpustakaan tersebut. "Ndoro ...!"

"Nggak usah panggil aku seformal itu kalau hanya ada kita berdua!" pinta Ayu.

"Mbak Ayu ... apakah ...?" Sri mengurungkan niatnya untuk melayangkan pertanyaan ke arah Ayu saat wanita itu sudah terlihat serius meneliti buku yang ada di hadapannya.

"Taruh aja buah dan minumannya di meja! Kalau udah nggak ada yang mau dikerjain, keluar dari sini dan jangan ganggu konsentrasiku!" pinta Ayu tanpa mengalihkan pandangan dari buku-buku yang ada di hadapannya.

Sri mengangguk. Ia segera melangkahkan kakinya perlahan keluar dari dalam perpustakaan tersebut. Matanya terus mengarah ke tubuh Ayu yang masih terus menundukkan kepala menatap buku-buku yang ada di hadapannya. Ia tahu kebiasaan majikannya itu. Ketika ada masalah besar dengan hatinya, ia akan pergi ke ruang buku untuk menghibur diri. Hal ini, selalu membuat semua orang khawatir dan tidak tahu bagaimana cara membuat tuan puteri mereka itu kembali ceria seperti biasanya.

Ayu menghela napas sambil memejamkan mata begitu Sri keluar dari perpustakaan dan menutup rapat pintu tersebut. Air matanya menetes perlahan, pelan dan pasti jatuh ke atas buku kuno yang ada di tangannya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Biasanya, ia selalu membaca dan menulis banyak hal tentang bisnis. Tapi kali ini, ia malah menulis tentang sejarah kuno dan setiap ada kisah cinta di dalamnya, makin menambah kesedihannya.

"Kapan aku bisa selesaikan nulis buku kalau perasaanku kayak gini terus!?" seru Ayu dalam hati sambil mengacak isi meja hingga membuat semua barang-barangnya berjatuhan ke lantai.

"Iih ... Nanda brengsek! Kenapa nggak pernah berubah? Emang bener kata orang, sekali playboy, selamanya tetep playboy! Cowok setia itu cuma ada dalam cerita dongeng doang!" serunya sambil menahan amarah.

"Ayu, kamu bego banget, sih!? Kenapa begitu mudah percaya dan maafin dia? Akhirnya, tetep sakit lagi 'kan?" tutur Ayu sembari menjatuhkan kepalanya di atas meja dan menangis sesenggukan.

Sudah tujuh hari berlalu sejak hukumannya selesai dan Nanda masih belum memenuhi janji untuk menjemputnya. Hal ini, membuat Ayu semakin berpikir negatif dan menganggap kalau Nanda sedang bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana.

"ASYIK-ASYIK AJA TERUS SAMA PEREMPUAN LAIN DI LUAR SANA DAN JANGAN PERNAH TEMUI AKU LAGI!" seru Ayu kesal. Ia terus meracau tak jelas karena Nanda benar-benar tidak mempedulikan kehadirannya lagi dan memilih untuk bersama dengan wanita lain.

"COWOK BRENGSEK! SEKALI BRENGSEK, SELAMANYA TETAP BRENGSEK!"

((Bersambung...))

Terima kasih sudah jadi sahabat setia bercerita!

Dukung terus supaya author dengan membeli buku-buku cetak karya author, ya! Biar makin semangat nulisnya saat author merdeka finansial!

Much Love,

@vellanine.tjahjadi




Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang