Bab 28 - Nyaman Bersama Mantan

385 28 0
                                    

"Kalian berdua udah jadian lagi?" tanya Ayu sambil tersenyum bahagia melihat Nadine dan Rocky.

"Nggak Ro, males aku jadian sama cowok kayak gini," sahut Nadine.

"Males tapi mau dicium juga," goda Rocky sambil menyolek dagu Nadine.

"Apaan sih, Ky?" Nadine menepis tangan Rocky. "Nggak sengaja. Lagian, kamu kebiasaan banget main cium-cium aja!"

Ayu dan Sonny tertawa kecil melihat tingkah Rocky dan Nadine. Mereka terlihat saling mencintai, tapi enggan untuk berkomitmen. Mungkin karena Rocky yang don juan, membuat Nadine enggan dengan pria itu meski ada cinta di dalam hatinya.

"Nggak papa kamu nolak aku terus. Yang penting, papamu nggak nolak aku sebagai calon mantu dia," tutur Rocky sambil duduk santai di sebelah Nadine. Tangan satunya, terlentang di belakang punggung wanita idamannya itu.

"Nggak usah bawa-bawa papa, ya!" dengus Nadine.

"Hehehe. Yah, mau gimana lagi. Aku nggak punya cara lain selain deketin papamu. Abisnya, kamu nolak aku terus. Jadi, aku harus bisa buat papamu menolak pria mana pun yang ngelamar kamu. Cuma aku yang boleh jadi suamimu," ucap Rocky penuh percaya diri.

"Possesive!" dengus Nadine.

"Yah, daripada kamu dimiliki sama cowok lain. Apalagi kamu ke sini sama Dokter Sonny. Dokter Sonny baru aja putus sama tunangannya. Bisa aja kamu dilahap sama dia 'kan?" sahut Rocky.

Sonny tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nadine sudah seperti saudariku sendiri. Nggak akan seperti itu, Ky."

"Bener, ya! Aku pegang omonganmu ini. Nadine Cantika hanya milik Enrocky seorang. Nggak ada yang boleh deketin dia!" tegas Rocky.

Nadine memutar bola matanya. "Kamu kebiasaan banget, sih? Aku nggak suka kalau kamu kayak gini, Ky. Emangnya kamu bisa dua puluh empat jam ada di sampingku? Aku juga berhak punya kehidupan. Kamu aja masih bisa jalan sama cewek lain, godain cewek-cewek cantik di luar sana. Kenapa aku dikaplingkan tanpa izin kayak gini?" protesnya.

Rocky terkekeh geli mendengar kalimat protes dari Nadine. "Kamu itu perempuan. Beda sama laki-laki. Perempuan itu harus setia!"

"Terus, laki-laki nggak boleh setia, gitu?" tanya Nadine.

"Boleh. Tapi ... laki-laki itu memang harusnya berkelana. Supaya bisa lihat banyak dunia. Supaya bisa tahu ... dari ribuan cewek yang aku kenal dan aku deketin. Cuma kamu satu-satunya wanita terbaik yang bikin hatiku bergetar," jawab Rocky sambil tersenyum.

"Hmm ... kalau soal gombal, kamu emang paling pandai," celetuk Nadine.

"Iya, dong. Ayahku paling jago kalau gombalin bundaku. Bunda seneng aja tuh digombalin sama ayah. Kenapa kamu nggak ada seneng-senengnya sama sekali kalau digombalin?" tanya Rocky.

"Aku nggak suka bertele-tele, Ky."

"Ya udah, besok aku lamar kamu. Gimana?" Rocky memainkan alisnya menatap Nadine.

"Ogah!"

"Aih. Kapan sih kamu terima aku, Nad?" tanya Rocky sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tunggu kamu berubah," sahut Nadine.

"Berubah jadi apa? Cinta itu harus terima apa adanya," tanya Rocky.

"Kalimat itu hanya berlaku untuk pria yang nggak mau berusaha," sahut Nadine sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Kamu ...!?" Rocky menatap kesal ke arah Nadine.

Ayu terus tertawa melihat perdebatan dan pertikaian antara Nadine dan Rocky. Ia selalu terhibur melihat dua pasangan itu. Hubungan mereka yang pasang surut, tetap saja terlihat romantis dan selalu ada cinta di mata mereka masing-masing.

Di tempat lain ...

Nanda mulai jengah saat ia melangkahkan kakinya menemani Arlita berkeliling di pusat perbelanjaan. Biasanya, dia selalu menemani wanita ini dengan senang hati. Tapi kali ini, perasaannya sungguh berbeda. Pikirannya terus melayang jauh pada Sonny dan Ayu yang sedang janjian untuk makan siang bersama.

"Nan, yang ini bagus atau nggak?" tanya Arlita sembari menunjukkan sebuah gaun malam seksi yang ia pilih untuk dirinya sendiri.

"Bagus," jawab Nanda tanpa melihat ke arah Arlita. Ia meletakkan semua paper bag yang ia bawa dan duduk di sofa yang ada di butik tersebut.

Arlita tersenyum. Ia sibuk memilih pakaian lain yang ia suka dan bisa ia gunakan untuk pergi party bersama teman-temannya.

Nanda menggigit bibir bawahnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Ia ingin mengirim pesan pada Ayu, tapi tidak tahu kalimat apa yang harus ia tanyakan pertama kali pada istrinya itu. Beberapa kata yang sudah ia tulis, ia hapus lagi. Mengirimkan pesan pada istrinya saja, ia menjadi sangat bimbang seperti ini.

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang