Bab 159 - Persiapan Pernikahan

58 5 0
                                    


 "Jangan, Ay! Belum selesai, kan?" Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu.

"Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?" sahut Ayu.

"Hehehe. Iya, iya." Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. "Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?"

"Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?" seru Ayu menahan kesal.

"Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu," jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu.

"Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?"

"Yang ini aja, deh!" Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan.

Ayu mengangguk. "Oke. Ambil yang ini aja."

Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wanita hanyalah ketika pria mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Meski jawaban sama dari pertanyaan sama, akan menjadi berbeda saat moment-nya pun berbeda. Mood wanita memang mudah berubah, bahkan hanya karena hal sepele saja.

Di saat bersamaan ...

Nia tersenyum lebar saat melihat kotak seserahan dan mahar pernikahan untuk puteranya sudah tersusun rapi dan cantik di ruang keluarga. Ia menoleh pada Yuna, Icha dan Mira, sahabat sejak masih muda dan kini ikut membantunya mempersiapkan pernikahan puteranya.

"Makasih ya, kalian udah repot-repot bantu aku mempersiapkan ini semua," ucap Nia sambil tersenyum manis.

"Nggak papa, kami senang karena bisa membantumu. Pernikahan sebelumnya, kamu tidak melibatkan kami," ucap Yuna sambil menatap wajah Nia.

"Tapi ... aku nggak bisa ikut ke Solo, Nia. Pernikahan Nanda dan Roro Ayu akan digelar di Solo? Beneran nggak bikin resepsi di Surabaya juga?" tanya Mira sambil menatap wajah Nia.

Nia menggelengkan kepala. "Cukup di sana aja, Mir. Kesehatanku juga nggak sebaik dulu. Kalau harus gelar resepsi lagi, aku nggak mampu."

"Kamu beneran nggak dateng, Mir? Nggak penasaran sama pernikahan ala keraton?" tanya Icha.

"Lumayan penasaran. But, aku tetep nggak bisa datang karena bertepatan dengan upacara kematian suamiku, Cha," jawab Mira. "Eh, si Ayu kenapa pesen gaun modern mix tradisional gitu? Di keraton, nggak harus pakai baju khas sana, ya?" tanya Mira.

"Pakai. Mungkin, ada beberapa yang sudah disiapkan sama keraton dan dia menginginkan gaun khusus untuk dia sendiri."

"Oh. I see." Mira mengangguk-anggukkan tanda mengerti.

Yuna tersenyum sambil duduk kembali di sisi Nia. "Kalau ada almarhumah Jenny, dia pasti yang paling bersemangat menyiapkan pernikahan anak-anak kita," ucapnya. Ia selalu tersenyum sambil menitikan air mata saat teringat pada salah satu sahabat mereka yang harus pergi lebih dahulu.

Nia tersenyum sambil mengelus lembut pundak Yuna. Dari mereka semua, Yuna dan Jheni adalah sahabat yang berteman paling lama karena teman sejak kecil. Sedang ia adalah wanita paling terakhir yang dekat dengan mereka karena hubungannya dengan Andre. Ia merasa sangat bahagia karena mendapatkan dunia baru. Meski terkadang, Andre lebih banyak menghindari interaksinya dengan Yuna. Walau bagaimana pun, suaminya itu pernah menjadi pria yang begitu mencintai Yuna. Jika tidak ada Yeriko yang begitu kuat, mungkin Yuna akan bersanding dengan suaminya.

Nia kembali melanjutkan menyiapkan keperluan pernikahan Nanda bersama dengan teman-teman lamanya sambil bercanda tawa bahagia. Ia harap, pernikahan puteranya kali ini mendapat restu dari langit dan kehidupan rumah tangganya bisa bahagia.

((Bersambung...))

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang