Bab 94 - Pura-Pura Gelandangan

314 23 2
                                    


Ayu mengerjapkan mata saat sinar matahari masuk lewat-lewat celah jendela dan menimpa wajahnya. Telapak tangannya menyentuh sofa yang ia tiduri yang terasa sangat nyaman, tak seperti biasanya.

Ayu meraba kain di bawahnya yang terasa berbeda dan terasa seperti tubuh seseorang. Ia melebarkan kelopak mata saat menyadari sesuatu. Dengan cepat, ia menengadahkan kepala. Ia menelan saliva dengan susah payah sambil bangkit perlahan dari pangkuan Nanda.

"Stupid!" umpat Ayu dalam hati sambil menepuk keningnya sendiri. "Kenapa aku bisa tidur di pangkuan dia?"

Ayu terdiam saat melihat wajah Nanda yang tertidur pulas di hadapannya. Ia tersenyum dan mendekatkan wajahnya, memperhatikan guratan wajah pria yang sudah tidak pernah ia temui selama tiga tahun belakangan ini. Tapi bayangan wajahnya selalu menjadi kawan menikmati malam-malamnya yang sepi.

Ayu menitikan air mata sambil menyentuh lembut pipi Nanda. "Nan, ratusan hari aku mencoba mengusir bayanganmu dan aku selalu gagal. Aku benar-benar tidak tahu mengapa begitu sulit menepiskanmu. Hatiku yang terlalu benci atau aku yang terlalu takut mencintai lagi?" batinnya.

Nanda mengerjapkan mata saat ia merasakan pipinya disentuh oleh seseorang.

Ayu buru-buru menarik tangannya dari wajah Nanda dan bergegas melangkah pergi.

Nanda mengucek mata sembari memijat lehernya yang terasa sangat pegal. Ia membuka mata dan menatap televisi di depannya yang sudah mati dan sinar matahari telah masuk melalui celah-celah jendela rumah itu.

Nanda menyunggingkan senyum sembari merentangkan kedua tangan dengan tubuh meliuk saat menyadari kalau masih berada di dalam flat milik Ayu. Meski wanita itu tak mengajaknya bicara sama sekali. Tapi juga tidak mengusirnya pergi.

Nanda melangkah perlahan menghampiri pintu kamar Ayu dan mengetuk pintu kamar tersebut. "Ay ...!"

Hening.

"Ayu ...!" panggil Nanda lagi.

Hening.

"Ay, kenapa diam aja?" tanya Nanda sambil menempelkan daun telinganya ke daun pintu kamar Ayu.

"Ada apa?" tanya Ayu sambil membuka pintu kamar tersebut.

"E-eh." Nanda langsung terjerembab ke lantai saat pintu yang sedang ia sandari tiba-tiba terbuka. Ia membelalakkan matanya saat ia melihat tubuh Ayu yang berdiri menjulang di atasnya dan hanya mengenakan bathrobe.

"Nanda ...! Kamu lihat apa, hah!?" seru Ayu sambil menjepitkan kedua tangannya, menutup miss v miliknya yang berada tepat di atas kepala Nanda. Ia segera memundurkan langkahnya agar pria itu tak melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat.

"Ay, aku tidak menceraikanmu. Kita masih suami istri 'kan?" tanya Nanda. Ia malah menyilangkan kedua tangan di belakang kepala dan berbaring terlentang di lantai kamar Ayu. Ia menoleh ke arah Ayu yang sedang duduk di tepi ranjang tidurnya.

"Nggak! Pernikahan kita sudah dibatalkan," sahut Ayu ketus. "Kita bukan suami-istri!"

"Aku masih pegang buku pernikahan kita. Kartu ID aku juga statusnya nggak pernah ganti. Kita itu nggak bercerai, Ay. Keluargamu aja yang maksa buat pisahin kita," ucap Nanda santai.

"Mereka nggak maksa. Gugatan itu memang atas permintaanku sendiri," tutur Ayu sambil menatap kesal ke arah Nanda.

Nanda terdiam sambil melipat satu kaki di atas lutua dan memainkannya dengan santai.

"Nan, bisa keluar? Aku mau ganti baju," pinta Ayu.

"Biasanya kamu ganti baju tanpa aku harus keluar dari kamar."

Ayu menghela napas sambil memutar bola matanya.

"Nan, kamu ini kenapa jadi muka tebal gini, sih?" tanya Ayu sambil menatap Nanda yang berbaring di lantai.

"Kamu boleh ngatain aku apa aja asal kamu izinkan aku tinggal di sini," jawab Nanda sambil tersenyum manis.

Ayu memutar bola matanya. Ia memeluk beberapa lembar pakaian ganti miliknya dan bergegas masuk kembali ke dalam kamar mandi. Ia terpaksa mengganti pakaiannya di sana dan bergegas kembali.

"Nan ...!" panggil Ayu saat melihat Nanda masih berbaring terlentang di dekat pintu kamarnya. Pria itu malah memejamkan mata dan tidur di sana tanpa beban.

"Nanda ...!" Ayu meninggikan nada suaranya.

Nanda masih bergeming.

Ayu segera menghampiri pria itu. "Nan ...!" panggilnya sembari menggoyang-goyangkan tubuh Nanda.

"Tidur lagi?" gumam Ayu sambil menatap wajah Nanda yang tertidur pulas. "Bisa-bisanya dia ini tidur di lantai. Untung ada karpetnya." Ia menarik selimut dari atas kasurnya dan menutupkan ke tubuh Nanda.

Ayu melangkah perlahan melewati tubuh Nanda dan bergegas keluar dari rumah tersebut.

Nanda membuka mata ketika Ayu sudah keluar dari rumah tersebut. Ia tersenyum menatap selimut yang menutupi tubuhnya. "Kamu ketus sama aku, tapi masih ingat untuk memperhatikanku, Ay."

Nanda segera bangkit dari lantai dan bermaksud untuk kembali ke flat miliknya yang bersebelahan dengan flat milik Ayu. Belum sampai keluar, ia mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. "Wait! Ayu ini 'kan kelewat cerdas. Kalau aku balik ke flat aku untuk mandi dan ganti pakaian. Aku bakal ketahuan kalau aku bohongi dia. Bisa makin kacau dunia persilatan. Lebih baik, aku tetep di sini. Pura-pura jadi gelandangan di sini," ucapnya.

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang