Bab 32 - Tak Tenang

334 33 0
                                    

Nanda mondar-mandir di ruang tamu rumahnya puluhan kali sambil menunggu Roro Ayu pulang ke rumahnya. Ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh istrinya di luar sana hingga membuat kedua orang tuanya murka. Ia sangat kesal karena merasa dipermainkan oleh wanita yang terlihat tenang, lembut dan penurut itu. Yang lebih parahnya lagi, ia tidak mengetahui sama sekali perihal perjanjian antara keluarga Perdanakusuma dan keluarga bangsawan Keraton Surakarta yang jelas-jelas merugikan salah satu pihak.

"Ay, kamu ini ngapain aja sih? Sudah jam sembilan malam, kenapa belum pulang juga? Ngapain aja sama Sonny?" gerutu Nanda sambil menggaruk kepalanya dengan gelisah.

Perasaan Nanda semakin tak karuan saat sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Ia buru-buru berlari keluar dari rumah dan melihat Ayu keluar dari dalam mobil tersebut.

"Thank's ya udah antarin aku!" ucap Ayu sambil menatap Sonny yang duduk di balik kemudi.

Sonny mengangguk sambil tersenyum ke arah Ayu yang menatapnya dari luar kaca mobil yang ia buka. "Salam untuk Nanda, ya!"

Ayu mengangguk. "Mau masuk dulu?"

Sonny menggeleng. "Lebih baik aku nggak pernah ketemu dia. Takut nggak bisa nahan emosi," ucapnya sambil tertawa kecil.

Ayu tersenyum kecut menatap wajah Sonny. Pria yang selalu ia nantikan dan rindukan selama beberapa tahun belakangan ini. Semua impiannya kandas dalam semalam hanya karena ulah pria yang — sialnya, malah menjadi suaminya.

"Nggak usah sedih! Nanda pasti bisa bahagiain kamu. Aku pulang dulu, ya! Next time ... kalau aku pulang ke Surabaya, kamu masih mau ketemu sama aku 'kan? Sebagai teman."

Ayu mengangguk sambil tersenyum manis.

Sonny balas tersenyum. Ia segera menutup kaca mobilnya saat melihat Nanda berlari ke arahnya dan bergegas pergi meninggalkan Ayu yang masih berdiri di depan pagar rumahnya hingga mobil Sonny benar-benar menghilang dari pandangannya.

Ayu menghela napas kecil. Ia membalikkan tubuhnya tak bersemangat. Melangkah perlahan dengan berat hati untuk masuk ke dalam rumah yang lebih cocok disebut neraka dunia dalam kehidupannya.

"Ngapain aja sama Sonny sampai jam segini?" tanya Nanda sambil menatap serius ke arah Ayu.

"Ngobrol," jawab Ayu santai sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya.

"Ngobrolin apa dari waktu makan siang sampai jam setengah sepuluh malam?" tanya Nanda.

"Ngobrolin banyak hal tentang masa lalu dan masa depan," jawab Ayu. Ia langsung melangkah melewati tubuh Nanda begitu saja.

"Mampir hotel dulu sama dia?" tanya Nanda sambil menatap punggung Ayu yang hampir mencapai pintu rumahnya.

Ayu langsung menghentikan langkahnya sejenak. Ia benar-benar kesal dengan pertanyaan Nanda yang seolah-olah sedang menuduhnya melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Ia ingin marah, tapi hatinya terlalu lelah untuk berdebat dengan suaminya itu. Ia memilih untuk melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah.

"Yu ... Ayu!" seru Nanda sambil mengejar langkah kaki Ayu. "Jawab pertanyaanku, Yu!"

"Nggak penting," sahut Ayu lirih.

Nanda langsung menyambar pergelangan tangan Ayu dan menarik tubuh wanita itu hingga merapat ke tubuhnya.

"Apa sih, Nan? Mau kamu apa?" tanya Ayu sambil menatap serius ke wajah Nanda.

"Kamu ngapain aja sama Sonny sampai pulang semalam ini?" tanya Nanda.

"Menurutmu?" tanya Ayu balik sambil menatap wajah Nanda penuh keberanian.

Nanda terdiam saat bayangan wajahnya masuk ke dalam manik mata Ayu. Perasaannya tak karuan saat sorot mata itu menyiratkan sebuah kepiluan. "Shit!" umpatnya dalam hati karena semua emosinya tiba-tiba luruh di hadapan wanita itu.

"Nan, apa karena kamu begitu sama Arlita ... kamu anggap aku juga seperti itu?" tanya Ayu dengan mata berkaca-kaca.

Nanda terdiam mendengar pertanyaan Ayu.

"Aku capek berdebat terus sama kamu, Nan. Kalau kamu mau tahu aku ngapain aja sama Sonny, kamu bisa telepon dia dan tanya langsung ke dia. Masih punya nomernya 'kan?" tanya Ayu sambil menatap tajam ke arah Nanda.

Nanda terdiam. Sejak kasus kehamilan Ayu terkuak, ia tidak memiliki keberanian untuk menghadapi sahabatnya itu. Merenggut tunangan sahabatnya dengan cara biadab adalah hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Dan yang lebih parahnya lagi, ia tidak memiliki keberanian untuk meminta maaf secara personal kepada Sonny.

Ayu menghela napas pelan. Ia melepaskan genggaman tangan Nanda perlahan dan melangkah perlahan menuju ke kamarnya.

Nanda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mondar-mandir di sana dengan perasaan tak karuan. Hidupnya yang terbiasa santai dan sesukanya, berubah hanya dalam sekejap sejak ia melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Ia bahkan tidak memiliki keberanian untuk menemui Sonny. Ia benar-benar tidak punya muka dan tidak tahu harus mengawali dengan kata apa jika berhadapan dengan Sonny.

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang