Bab 95 - Harapan Besar yang Sirna

329 24 2
                                    


Nanda segera berbalik dan melangkah masuk kembali ke dalam kamar Ayu. Ia memperhatikan detail kamar wanita itu. Tidak ada yang aneh dari kamar itu. Meja dan rak di sana dipenuhi dengan buku.

Mata Nanda tertuju pada buku diary yang ada di atas meja. Ia meraih buku itu dan membukanya.

Halaman pertama buku itu dibuka dengan potret USG yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Di bawahnya, tertulis jelas kalimat "The New World" yang membuat Nanda menitikan air mata.

Halaman berikutnya, ada sebuah ilustrasi foto wajahnya, wajah Ayu dan seorang anak kecil dengan tulisan "Lovely Family". Di baliknya, ada banyak kata-kata harapan yang ditulis Roro Ayu tiga tahun silam saat ia masih mengandung anaknya.

"Jika Tuhan beriku kesempatan ... aku ingin menjadi seorang istri yang dicintai ... menjadi seorang ibu yang dicintai ... menjadi seorang wanita yang dicintai dan berharga."

Nanda terdiam saat membaca kalimat terakhir yang tertulis di buku itu. Ia menutup buku diary tersebut dan tersenyum penuh harapan. Meski terus menolak kehadirannya, tapi Ayu masih memiliki sebuah harapan untuk menjadi wanita yang dicintai. Dan kalimat-kalimat itu membuatnya mengerti bahwa wanita itu ingin dicintai oleh dirinya yang dulu tidak pernah melihat keberadaan wanita itu, apalagi menganggapnya berharga.

"Ay, selama kamu tidak mengusirku pergi. Aku masih memiliki harapan untuk membawamu kembali ke sisiku. Kamu boleh ucapkan semua kata kebencian yang ada di dunia ini dan aku akan tetap mencintaimu," tutur Nanda sambil tersenyum menatap potret Ayu yang tersenyum lebar dengan pakaian toga dan latar Melbourne University.

Beberapa menit kemudian, pintu rumah Ayu terdengar terbuka. Nanda buru-buru keluar dari kamar milik Ayu dan duduk di sofa ruang tamu sambil menonton televisi. "Dari mana?" tanya Nanda sambil menoleh ke arah pintu. "Ini weekend. Kamu nggak sekolah 'kan?"

Ayu tersenyum sambil membuka sepatu dan menggantinya dengan sandal. "Dari pasar," jawab Ayu sambil tersenyum manis. Tangannya memeluk kantong kertas berisi sayur-sayuran.

Nanda tersenyum lebar. Ia bangkit dari sofa dan berniat meraih kantong belanjaan dari tangan Ayu. Namun, gerakan tangannya terhenti saat melihat seorang pria berada di belakang wanita itu. Ia melongo menatap pria tampan berdarah Eropa dengan tubuh menjulang tinggi. Mungkin, tingginya sekitar seratus delapan puluh sentimeter dengan rambut cokelat dan bola mata warna biru keabu-abuan.

Ayu langsung tersenyum lebar melihat reaksi Nanda. "Nan, kenalin ... ini Blaize. Kakak Senior aku di kampus sekaligus pacarku."

"Eh!? Pa-pa-ca-car?" Mata Nanda terus tertuju pada pria tampan yang ada di hadapannya itu.

Blaize langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Nanda. "Hello ...! I'm Blaize. I'm Roro boyfriend. How do you do?"

Nanda tersenyum kecut sambil menyambut uluran tangan Blaize.

"Masuk, yuk!" ajak Roro sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Blaize mengangguk. Ia segera masuk ke dalam rumah tersebut. Melewati tubuh Nanda begitu saja yang masih tertegun di sana.

Nanda mengerjapkan mata dan membuyarkan lamunannya. "Ay, dia beneran pacarmu?"

Ayu mengangguk sambil tersenyum manis dan masuk ke pantry bersama Blaize. "Ini hari Minggu. Kami biasa menghabiskan waktu bersama saat hari libur."

Nanda terdiam sambil berdiri menatap Ayu dan Blaize yang ada di sana. Blaize terus bergerak di dapur itu, seolah pria itu memang sudah hafal dengan letak barang-barang yang ada di dapur rumah Ayu.

"Hari ini kita masak apa?" tanya Blaize dengan aksen British yang kental.

"Rendang."

"Rendang? Oh, yeah. Rendang sangat terkenal. How to make it?"

Ayu tersenyum menatap Blaize sambil mengulurkan apron ke hadapan pria itu. "Masak rendang akan sangat lama. Tidak secepat masak nasi goreng."

"Oh ya? Are you hungry? Bagaimana kalau ... aku potongkan buah untukmu. Supaya kamu tidak kelarapan," tutur Blaize sambil menatap wajah Ayu.

"Kelaparan, Blaize. Bukan kelarapan," sahut Ayu sambil tertawa kecil membenahi kalimat Blaize.

"Ke-la-pa-ran?" Blaize berusaha meralat ucapannya sambil menatap serius ke arah Ayu.

Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. Ia membantu Blaize mengenakan apron sambil melirik Nanda yang masih berdiri terdiam di sana.

Nanda terus menatap Ayu dan Blaize yang terlihat sangat akrab dan begitu mesra. Ia langsung membalikkan tubuhnya, menundukkan kepala sambil melangkah tak bersemangat. Ia segera keluar dari dalam flat milik Ayu dengan perasaan putus asa. Ia benar-benar tak menyangka kalau Ayu sudah memiliki seorang kekasih dan membuat harapannya yang tadi sangat besar, tiba-tiba sirna begitu saja.

((Bersambung...))

Terima kasih sudah menjadi sahabat setia bercerita!

Stay with me and together fall in love!

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang