Bab 104 - Being A Baby

327 27 2
                                    

"Ay, aku boleh nginap di sini?" tanya Nanda saat ia sudah mengantarkan Ayu kembali ke flat miliknya.

"Nggak boleh."

"Jujur banget?"

"Kita belum nikah, mana boleh tinggal bareng," sahut Ayu sambil masuk ke dalam flat miliknya.

"Udah. Aku pegang buku nikahnya," sahut Nanda sambil mengeluarkan marriage book dari dalam saku jaketnya. "Kalau kamu ngusir aku, aku tinggal tunjukin buku nikah ini dan bilang kalau kamu istri yang kejam karena sudah mengusir suami sendiri."

"Kamu ...!?" Ayu mendengus ke arah Nanda. "Kenapa kamu masih pegang buku nikah? Padahal pernikahan kita udah dibatalkan."

"Ini bukti kalau orang tuamu membatalkan pernikahan kita secara sepihak. Mereka pakai sistem cerai ghaib, loh. Makanya, buku nikah ini masih ada sama aku," jawab Nanda sambil tersenyum menatap wajah Ayu.

Ayu menghela napas. Ia melangkah begitu saja menuju sofa mungil rumahnya. "Tidur di sofa!"

"Ay, kita ini masih suami-istri, loh. Buku nikahnya ada, Ay," tutur Nanda sambil mengikuti langkah Ayu menuju ke kamarnya.

"NANDA ...! Aku baru baik sama kamu. Mau kalau aku marah lagi?" seru Ayu kesal.

"Iya, iya. Aku tidur di sofa. Tapi temenin, ya!" pinta Nanda.

"Minta temenin sama TV. Aku capek," jawab Ayu sambil masuk ke dalam kamar dan mengunci rapat pintu kamar tersebut.

Nanda gelagapan sambil menatap pintu kamar Ayu yang sudah tertutup rapat. Ia menjatuhkan keningnya ke daun pintu kamar tersebut. "Ay, kalau aku nggak boleh masuk. Kamu yang keluar, dong!" rengeknya.

"Nan, aku capek. Mau tidur. Kamu tidur, gih!" sahut Ayu yang sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Ay, aku nggak bisa tidur," ucap Nanda sambil terus bergerak gelisah. Ia menyandarkan punggungnya ke daun pintu. Telapak tangannya terus mengetuk-ngetuk pintu kamar Ayu.

"Iih ... Nanda ...! Kamu ini ngriseli banget, sih!?" Ayu langsung bangkit dari kasur dan membuka pintu kamarnya.

Nanda langsung tersenyum lebar dan berbalik menatap wajah Ayu. "Aku belum ngantuk. Kita nonton, yuk!"

"Nonton apaan?" tanya Ayu.

"Film, dong. Masa nontonin tetangga lagi main di sebelah," jawab Nanda sambil memainkan alisnya.

Ayu memutar bola mata. Ia meraih remote televisi dan duduk di sofa. "Mau nonton film apa?"

"Ini bisa streaming 'kan? Redtube bisa, nggak?" tanya Nanda sambil duduk di samping Ayu dan tersenyum lebar.

"Redtube gundulmu!" dengus Ayu sambil menoyor bantal sofa yang ada di tangannya.

"Eh, serius. Di sini nggak usah pake VPN untuk akses situs-situs dewasa 'kan?" tanya Nanda sambil merebut remote dari tangan Ayu.

"Nggak boleh! Udah kena karma, masih nggak tobat juga!?" dengus Ayu.

Nanda terkekeh. Ia memeluk tubuh Ayu dan melingkarkan kedua kakinya di pinggang wanita itu. "Tobat, Ay. Jangan dikasih karma lagi!" pintanya. "Disayang, ya!"

Ayu melirik wajah Nanda sambil menahan tawa. "Kenapa kamu jadi manja gini?"

"Karena aku kangen banget sama kamu," jawab Nanda sambil bergelayut manja di tubuh Ayu.

Ayu tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak usah kayak anak kecil gini, deh! Kamu nginap di hotel mana di kota ini?"

"Nggak tahu," jawab Nanda.

Ayu mengernyitkan dahi sambil menatap wajah Nanda. "Kamu udah berapa hari nggak mandi? Badanmu bau, Nan."

"Eh!? Serius?" tanya Nanda sambil mengendus tubuhnya sendiri. "Aku belum mandi dari pagi."

"Mandi, gih!" perintah Ayu.

"Dingin, Ay. Ini England, bukan Indonesia. Badanku nggak bau-bau banget, kok," ucap Nanda sambil mengendus tubuhnya sekali lagi. Ia mengubah posisinya dan memilih membaringkan tubuhnya di sofa tersebut. Kepalanya berada tepat di pangkuan Ayu.

"Ay, aku mau tidur di pangkuanmu malam ini. Mandinya besok pagi aja, ya! Dingin banget," ucap Nanda sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Ayu tersenyum sambil membelai lembut rambut Nanda. "Besok kita terbang ke Indonesia. Kita langsung ke rumah eyang. Gimana?"

Nanda langsung menatap wajah Ayu yang ada di atasnya. "Serius!? Beneran besok? Aku suruh asistenku siapin tiket."

"Nggak usah. Aku udah urus tiket untuk pulang ke sana."

"Serius!?" tanya Nanda sambil menatap lekat mata Ayu.

Ayu mengangguk.

Nanda tersenyum bahagia. Ia menarik kepala Ayu dan menciuminya berkali-kali. "Sebelum ke rumah eyang kamu ... kita ke makam Axel dulu, ya!"

Ayu mengangguk setuju. Ia memeluk lembut kepala Nanda yang masih berbaring di pangkuannya sembari menikmati film romance yang terputar di televisi miliknya. Bisa menikmati banyak waktu bersama orang dicintai adalah hal yang paling membahagiakan.

Meski saat ini Nanda terkesan manja, tapi ia tidak mempermasalahkannya. Mungkin sudah terlalu banyak penderitaan yang ditanggung Nanda karena keegoisan keluarganya, juga karena keegoisan dirinya sebagai seorang wanita.


[[Bersambung...]]

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang