Bab 45 - Air Mata Seorang Istri

368 30 0
                                    


 "Mmh ... Nan, aku ada ambil job pemotretan. Aku ..." Arlita menatap Nanda penuh harap.

"Ambil aja baju yang kamu mau. Jangan sampai Ayu tahu! Aku bayarin," perintah Nanda seolah ia sudah tahu maksud Arlita. Ia memang sudah sering memanjakan wanita-wanitanya dengan uang dan semua keperluan Arlita saat mereka masih pacaran, selalu ia penuhi.

"Beneran?" tanya Arlita sambil bangkit dari sofa dan mengecup pipi Nanda. "Makasih, ya! Kalau butuh aku, kamu call aja!" Ia tersenyum manis dan melenggang pergi.

Nanda menghela napas sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menjadi serba salah. Di satu sisi, ia masih menyayangi dan membutuhkan Arlita. Di sisi lain, ia harus bertanggung jawab dengan rumah tangganya.

Nanda bergegas mencari sosok Ayu yang ada di butik itu. Ruang butik yang besar dan bersekat kaca, membuatnya tidak mudah menemukan Ayu. Ia hanya bisa mencari Ayu dari warna pakaian yang dikenakan istrinya itu saat pergi ke sana.

Begitu melihat Ayu keluar dari kamar pas, ia langsung menghela napas lega dan segera menghampiri wanita itu sambil meraih beberapa gaun yang ia lewati.

"Cobain ini, Yu!" pinta Nanda sambil menyodorkan gaun-gaun itu ke hadapan Ayu.

"Banyak banget?"

"Iya. Aku mau lihat kamu pakai gaun-gaun ini. Kali aja ada yang cocok," jawab Nanda sambil tersenyum lebar ke arah Ayu. Ia berharap, wanita itu tidak melihat Arlita yang juga ada di sana.

Ayu tersenyum sambil menatap wajah Nanda. "Ini ... aku coba semua?"

Nanda mengangguk sambil tersenyum manis.

Ayu langsung meraih salah satu gaun yang disodorkan pelayan toko ke arahnya dan masuk ke dalam kamar pas. Ia menggigit bibir bawahnya, enggan untuk mengenakan gaun yang ada di tangannya. Ia mulai lelah berpura-pura manis seperti ini. Sebab, ia juga tahu kalau Nanda memperlakukannya dengan baik bukan karena ketulusan hatinya.

Ayu menyandarkan kepalanya sambil memeluk gaun di tangannya. Air matanya menetes perlahan. Semanis apa pun Nanda memperlakukannya, ia akan tetap merasakan sakit jika pria itu juga memperlakukan wanita lain dengan begitu manis.

Ayu membuka layar ponsel sambil mengusap bulir-bulir air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia membuka aplikasi chatting dan menyentuh pesan masuk dari Dokter Sonny. Ia tidak pernah menghapus pesan dari pria itu dan selalu mengunci ponselnya dengan baik. Ia tidak ingin kehilangan kenangannya dengan Sonny. Baginya, bersama pria itu adalah saat-saat paling indah yang tidak akan pernah ia lupakan.

Ayu menatap satu kalimat yang telah ia beri tanda bintang dan selalu ia baca setiap harinya. Sonnya yang selalu bersikap lembut, manis dan selalu bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang mereka hadapi.

"Ay, jangan sedih, ya! Takdir cinta kita hanya cukup sampai di sini. Aku tidak pernah menyesal mengenalmu. Bagiku, hatimu akan tetap suci untuk selamanya. Jika kamu tidak bahagia dengan Nanda, tell me! Aku akan merebutmu darinya," tulis Sonny di dalam pesan yang ditandai oleh Ayu.

Air mata Ayu semakin berderai. Ia merasa tidak pantas untuk seorang pria sebaik Sonny. Kesucian cinta yang mereka jaga dengan sungguh-sungguh, dihancurkan dalam sekejap oleh Nanda. Sejak hari itu, setiap malamnya adalah mimpi buruk.

"Son, aku tidak bahagia bersama Nanda. Tapi dia adalah ayah dari calon anakku, aku harus bagaimana?" batin Ayu sambil menitikan air matanya. Ia benar-benar tidak tahan jika harus berbagi hati dengan wanita lain. Nanda, tidak akan pernah bisa meninggalkan wanita-wanitanya. Ia sudah mengenal Nanda sejak masih duduk di bangku SMA dan pria ini adalah pria yang paling ia benci di dunia, sebab Nanda selalu berganti pacar setiap minggunya. Apakah ini karma karena kebenciannya terhadap Nanda terlalu dalam?

((Bersambung...))

Terima kasih sudah jadi sahabat setia berkarya dan bercerita!

Mau baca cerita yang sudah sampai tamat? Silakan mlipir ke Karyakarsa!

Dukung terus supaya author makin semangat nulisnya!

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang