Bab 158 - Perdebatan Sebelum Menikah

67 5 0
                                    

Nanda menggandeng tangan Ayu sembari melangkah memasuki Chel's Modista. Salah satu butik yang paling terkenal di kota Surabaya. Hari ini, ia sengaja membawa Ayu untuk memilih sendiri gaun pengantin yang akan mereka kenakan untuk acara pernikahan.

"Ay, kamu suka yang mana?" tanya Nanda sambil mengedarkan pandangannya. Menatap gaun-gaun pengantin yang terpajang indah di sana.

"Selamat sore, Mbak, Mas ...!" sapa seorang pegawai sambil menghampiri Nanda dan Ayu. "Ada yang bisa kami bantu? Mau pilih gaun pengantin yang seperti apa?"

Ayu tersenyum saat pegawai butik itu menyambutnya dengan ramah. "Mmh ... saya mau gaun yang sederhana aja. Nggak terlalu ramai dan ... nuansa budaya jawanya tetap terlihat meski gaunnya modern," jawabnya.

"Oh. Silakan lihat di lorong sebelah sini, Mbak!" Pegawai itu langsung menunjuk lorong yang ada di sayap kanan bangunana tersebut.

Ayu mengangguk dan segera mengikuti langkah pegawai tersebut. Ia mengedarkan pandangannya dan tersenyum menatap design gaun pengantin bernuansa moden yang dipadukan dengan motif tradisional, tapi tetap terlihat cantik dan elegan.

"Suka yang mana?" tanya Nanda sambil menatap wajah Ayu.

"Suka semuanya," jawab Ayu sambil menahan senyumannya.

Nanda langsung menatap serius ke arah Ayu. "Di sini ada puluhan gaun dan kamu mau pakai semuanya? Mau resepsi setiap hari selama setahun?"

Ayu tertawa kecil. "Kapan malam pertamanya kalau resepsi mulu?"

"Eh!? Barusan kamu ngomong apa?" tanya Nanda sambil merangkul tubuh Ayu dan mengendus telinga wanita itu. "Udah centil, ya?" bisiknya.

Ayu tertawa kecil sambil menatap wajah Nanda yang menempel tepat di pipinya. "Kamu suka sama yang centil-centil 'kan?"

Nanda tersenyum sambil menarik dagu Ayu dan mengecup lembut bibirnya.

"Lihat tempat! Main cium-cium aja!" dengus Ayu sambil melepaskan tubuh Nanda dan kembali melihat-lihat gaun pengantin yang akan ia kenakan.

"Mbak, aku suka model yang ini. But, motifnya bisa diganti pakai motif batik Solo?" tanya Ayu sambil menunjuk salah satu gaun warna putih yang dihiasi motif batik Borneo yang dibordir dengan benang warna keemasan di bagian bawahnya. Juga dihiasi oleh kristal swarovski di bagian dada dan pinggangnya.

"Bisa banget, Mbak. Ini salah satu model favorite beberapa pengantin. Terlihat lebih bersih dan elegan. Cocok untuk hari pernikahan yang sakral. Akan saya catat dan sampaikan ke designernya. Ada lagi yang diminati?"

Ayu menggeleng. "Satu aja, Mbak. Mmh, budgetnya kira-kira berapa, ya?"

"Nggak terlalu mahal, kok. Yang ini cuma sekitar delapan puluh jutaan aja," jawab pegawai itu sambil tersenyum manis.

Ayu mengangguk dan tersenyum lega. Meski Nanda sanggup membayar gaun pengantin itu, tapi ia juga tidak ingin memberatkan pria itu karena ia tahu kalau kondisi keuangan Nanda tidak begitu baik. Hanya mengandalkan harta dari orang tua karena saat ini ia harus memulai semuanya dari nol. Jika ia memilih gaun yang lebih mahal lagi, Nanda mungkin akan membatalkan pernikahan mereka karena menganggap Ayu terlalu materialistis.

"Kamu mau pilih setelan jas yang mana?" tanya Ayu sambil menatap wajah Nanda.

"Apa pun yang kamu pilih, aku ikut aja," jawab Nanda sambil memainkan ponselnya.

"Kamu ngapain, sih!?" Ayu langsung menyambar ponsel Nanda dan melihat game online yang sedang dimainkan oleh pria itu. "NANDA ...! Yang mau nikah itu kita berdua. Kenapa yang mikir cuma aku doang!?" serunya protes.

"Aku udah kasih modal, Ay. Kamu pilih aja mana yang kamu suka. Aku nggak ngerti beginian," sahut Nanda sambil menarik kembali ponselnya dari tangan Ayu.

Ayu mendengus kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Ya udah, nggak usah nikah. Kalau cuma aku yang mikir, mending aku nikah sama tiang listrik."

Nanda langsung mematikan ponsel dan menyimpan di saku jasnya. "Jangan ngambek, dong!"

"Pulang aja, deh!" ucap Ayu menahan kesal sambil melangkahkan kakinya.



((Bersambung ...))

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang