Bab 79 - Salah Apa?

409 30 0
                                    


Bunda Rindu terus menitikan air mata saat mengetahui keadaan puterinya. Di saat bersamaan, Bunda Yuna dan Yeriko juga datang menghampiri keluarga tersebut. Mereka terkejut mendengar hal buruk yang terjadi pada Roro Ayu dan bayinya.

"Nan, anak Bunda salah apa sama Nanda? Kenapa Nanda tidak mau memperlakukan dia dengan baik. Kalau dia salah, kamu bilang ke bunda supaya bunda yang menegur dia dan memperbaiki dirinya. Kenapa kamu lakuin ini ke Ayu. Dia puteriku satu-satunya, Nan. Kenapa harus Ayu? Dia anak baik. Tidak bisakah kamu bersikap baik dan mencintai puteri Bunda? Kekurangan dia, katakan ke Bunda saja!" pinta Bunda Rindu sambil menatap wajah Nanda yang masih mematung di hadapannya.

"Nan ...!" panggil Bunda Rindu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Nanda. Ia langsung merosot ke lantai dan berlutut di bawah kaki Nanda. "Maafin Ayu kalau dia tidak menjadi istri yang patuh dan berbakti padamu! Maafin Ayu kalau dia punya banyak kesalahan selama menjadi istrimu. Kalau kamu tidak mencintai Ayu, tolong jangan sakiti dia!" pintanya sambil berlinang air mata.

"Dik, kamu nggak pantas berlutut di depan pria bajingan ini!" ucap Edi sambil merengkuh pundak Bunda Rindu dan menarik tubuhnya untuk bangkit dari lantai.

"Mas, Roro gimana? Dia dosa apa sampai harus menanggung beban seperti ini? Kenapa nggak aku aja yang gantiin dia, Mas?" seru Bunda Rindu sambil menangis histeris dalam pelukan suaminya.

Yuna menutup mulutnya yang menganga lebar. Ia ikut menitikan air mata melihat Bunda Rindu yang sangat terluka melihat keadaan puterinya. Sebagai seorang ibu, ia bisa merasakan perasaan yang begitu sakit ketika puterinya dipermainkan seperti ini oleh seorang pria. Roro Ayu yang terlihat baik-baik saja di luar, tidak tahu bagaimana keadaan mental yang sesungguhnya. Suami adalah tempat paling dekat dan harusnya bisa menjadi sandaran, tapi Nanda justru menjadi tekanan bagi Roro Ayu tanpa diketahui oleh semua orang.

Di dinding koridor, Nanda menyandarkan punggungnya. Tubuhnya merosot perlahan dan pikirannya terus hampa. Ia benar-benar tidak menyangka jika perkelahian beberapa jam lalu menyebabkan istri dan anaknya terluka seperti ini.

"Nan, kamu laki-laki. Harus kuat!" pinta Yeriko sambil mengulurkan tangannya ke hadapan pria muda itu agar segera bangkit dari sana. "Kamu harus bangkit! Antarkan anakmu ke peristirahatan terakhirnya! Rawat istrimu dengan baik sampai dia bangun dari komanya. Roro Ayu akan kuat jika kamu juga bisa dengan gigih menjaganya."

Nanda menengadahkan kepalanya menatap wajah Yeriko. Ia menarik napas dalam-dalam sambil mengusap air matanya dan menyambut uluran tangan Yeriko. Ia mengumpulkan kekuatan untuk bangkit dari lantai.

"Dia tidak perlu mengurus anak dan cucuku! Aku masih bisa melakukannya!" tegas Edi dengan nada penuh emosi.

Yeriko langsung memutar kepalanya menatap wajah Edi. "Anak itu darah daging Nanda dan dia punya hak penuh atas anaknya. Bijaklah menjadi orang tua! Anak kalian sama-sama tertekan karena kalian tidak pernah peduli dengan hubungan mereka!" Suara bariton pria itu menguasai lorong koridor meski terdengar tidak begitu keras.

Edi terdiam sambil menatap tajam mata Yeriko. Tidak peduli dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak lagi peduli dengan bisnis yang ia bangun bertahun-tahun. Tak peduli dengan Yeriko yang memiliki kekuatan besar untuk melindungi keluarga Nanda. Ia hanya ingin keadilan untuk puterinya yang telah dirampas dengan paksa kesuciannya, mental dan masa depannya.

((Bersambung...))

Semua orang tua sudah merasa benar dalam mendidik anak dengan caranya masing-masing. Tapi terkadang, kesalahan tetaplah hinggap dan membuat kita merasa gagal menjadi orang tua.

Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bisa membuat anak-anak mengerti akan tanggung jawab dan cara mencintai keluarga.

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang