Bab 99 - Ciuman Hangat

382 28 0
                                    


Nanda semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepasin, Nan!" pinta Ayu sambil berusaha menarik lengan Nanda yang begitu kekar saat mendekap tubuhnya.

"Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kamu jawab pertanyaanku," tegas Nanda sambil menatap wajah Ayu.

Ayu tetap berusaha berkelit. Ia menoleh ke arah kompor yang sudah menyala. "Masakan kita ntar gosong."

"Itu cuma sup, nggak akan gosong," sahut Nanda sambil mengalihkan kedua telapak tangannya, menekan punggung Ayu hingga dada wanita itu merapat ke dadanya. "Jawab pertanyaanku, Raden Roro Ayu Rizki Prameswari!" pintanya.

Ayu menatap wajah Nanda sambil meletakkan kedua telapak tangannya di dada pria itu agar tubuhnya tak langsung bersentuhan. Bola matanya tertuju pada wajah Nanda dan tidak tahu apa yang harus ia katakan karena saat ini perasaan hatinya sedang tak karuan.

Nanda melirik dada Ayu yang ada di bawahnya. Ia melihat rantai kalung yang tersembunyi di balik pakaian wanita itu dan teringat akan salah satu potret Ayu yang terpajang di kamarnya. Potret yang mengenakan kalung dengan liontin cincin yang membuatnya sangat penasaran karena potret itu terlalu jauh dan membuatnya tak bisa melihat jelas.

"Kamu lihat apaan!? Mesum banget, sih!?" dengus Ayu sambil memukul dada Nanda.

Nanda semakin mengeratkan pelukannya. "Aku sudah lihat semuanya, Ay. Aku tahu kamu luar dalam. Buat apa masih malu-malu?" tanya Nanda sambil merogoh rantai kalung dari dalam tubuh Ayu dan mengeluarkannya.

Ayu melebarkan kelopak mata saat liontin cincin pernikahannya tergantung tepat di bawah jari-jari tangan Nanda. Matanya tiba-tiba menghangat dan hatinya bergejolak tak karuan. Ia tidak ingin siapa pun mengetahui kalau ia masih menyimpan cincin pernikahan itu dengan baik di dalam dadanya dan mengenakannya setiap hari, terutama Nanda. Begitu Nanda menggenggam cincin itu ... rahasianya seolah terungkap begitu saja dan tak bisa ia sembunyikan lagi.

"Kenapa kamu masih simpan cincin pernikahan kita?" tanya Nanda sambil menatap lekat mata Ayu yang mulai berkaca-kaca.

Ayu menarik napas kasar sambil mengusap air matanya yang nyaris membasahi pipi.

"Ay, jawab! Kamu masih cinta sama aku 'kan?"

Ayu menggeleng sambil mengusap matanya yang basah.

"Kenapa nangis?"

"Aku nggak tahu, Nan," jawab Ayu sambil menitikan air mata. Semakin ditanya, air matanya malah semakin deras dan tidak sanggup ia bendung lagi. Tumpah begitu saja di saat ia harus mengubur perasaannya dalam-dalam.

Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menengadahkan kepala. Menahan air matanya agar tidak ikut jatuh seperti sepasang mata milik Ayu yang kini sedang banjir. Telapak tangannya menyentuh kepala belakang Ayu dan membenamkan kepala wanita itu ke dadanya.

"Ay, kita pernah tertawa bersama, terluka bersama, menangis bersama bahkan menahan penderitaan bersama selama tiga tahun ini. Aku nggak pernah mengakui kalau aku pernah menyukaimu saat kita masih SMA. Saat pertama kali kamu terluka karena menyelamatkan nyawaku. Saat itu perasaanku benar-benar tak karuan. Aku menyukaimu, tapi kamu adalah wanita kesayangan sahabatku. Sampai akhirnya ... takdir buruk menyatukan kita dengan cara yang begitu menyiksa. Tapi aku tidak pernah menyesalinya, Ay. Aku bahagia dengan penderitaan ini karena aku sempat memilikimu," ucap Nanda sambil menahan rasa sesak di dadanya. Saat kalimat terakhir terucap dari bibirnya, ia merasa sangat lega.

Ayu langsung menengadahkan kepalanya menatap Nanda. "Kamu beneran suka sama aku sejak masih sekolah?"

Nanda mengangguk sambil tersenyum. Ia mengusap air mata Ayu dan menangkup wajah wanita itu perlahan. Nanda menatap lekat mata Ayu dan semakin mendekatkan bibirnya ke bibir wanita itu.

Ayu memejamkan mata perlahan ketika bibir Nanda menyentuhnya begitu lembut. Rasa ini sudah lama tak ia rasakan dan kecupan lembut dari pria ini melepaskan semua beban yang selama ini bergelayut di kepalanya. Tanpa ia sadari, nalurinya terus membawanya menikmati kehangatan yang diberikan Nanda dan membuatnya semakin bergairah membalas perlakuan mesra pria itu.

Nanda tersenyum puas setelah ia melepaskan ciumannya. Ia mengusap lembut pipi Ayu dan berkata, "kita lanjutkan masaknya! Setelah ini ... kita nikmati makanannya di taman. Ada banyak hal yang ingin aku diskusikan sama kamu, Ay."

Ayu mengangguk setuju. Ia segera membantu Nanda menyelesaikan masakannya dan menyiapkan semua hal yang ia butuhkan untuk menikmati sore hari di Cherry Hinton Hall, salah satu taman yang cukup nyaman untuk bersantai di kota tersebut. Ia tidak tahu apa yang akan didiskusikan oleh pria ini. Ia harap, hal ini bisa membuat hubungan mereka menjadi lebih baik lagi.

Semua wanita ditakdirkan untuk menjadi penerima. Apa pun yang akan dilakukan Nanda, ia hanya bisa menerimanya. Sebab, menolak kehadirannya tetap saja tidak bisa membuatnye hidup tenang dan bahagia. Hatinya tetap rindu, rindu pada pria brengsek yang telah berhasil menjadi seorang ayah untuk anak yang pernah tumbuh di rahimnya.

Beberapa menit kemudian, Nanda dan Ayu sudah duduk bersama di bawah pohon pinus yang ada di Cherry Hinton Hall.

"Ay, kuliahmu di sini masih lama?" tanya Nanda sambil menatap serius ke arah Ayu.

Ayu menggeleng. "Aku sudah menyelesaikan S2 aku sekitar sebulan lalu. Aku lulus lebih cepat dari waktu yang seharusnya," jawabnya sambil tersenyum.

"Oh ya? Kenapa kamu tidak kembali ke Indonesia?" tanya Nanda lagi.

"Aku lagi mempersiapkan diri untuk ambil Doctorate," jawab Ayu sambil tersenyum.

"S3?" Nanda mengernyitkan dahi. "Apa kamu nggak berniat untuk kembali ke Indo lagi? Kenapa belajar terus? Nggak capek? Nggak bosan?"

Ayu menggelengkan kepala. "Nggak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain belajar."

"Pulang ke Indonesia dan kita lakukan banyak hal bersama!" pinta Nanda sambil menggenggam tangan Ayu.

Ayu terdiam. Ia sendiri tidak tahu apakah ia harus tetap tinggal di kota ini atau kembali ke Indonesia. Ia sudah lama tidak mengunjungi keluarganya dan ia tidak punya muka untuk menginjakkan kakinya di tempat yang telah memutuskan takdirnya tiga tahun lalu.


[[Bersambung ...]]


Hai, jangan lupa follow akun author, dong! Biar author tuh semangat update tulisan setiap hari.


Much Love,


Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang