Bab 146 - Hadiah Ulang Tahun untuk Kakek

141 13 0
                                    

"Selamat siang, Kakek ...!" sapa Ayu sambil melangkah masuk ke dalam kediaman pribadi Sri Sultan yang berada di pusat keraton tersebut.

"Siang ...!" balas Sri Sultan sambil menatap wajah Ayu.

Ayu tersenyum dan pandangannya malah tertuju pada Nanda yang sedang menikmati secangkir kopi hitam bersama kakeknya dan ada papan catur di tengah-tengah mereka.

"Duduklah!" pinta Sri Sultan sambil menatap Ayu.

Ayu mengangguk. Ia segera duduk di kursi yang ada di sebelah kiri kakeknya itu, ia berada tepat di tengah dua pria berbeda zaman itu.

"Kamu kenal dengan pria ini?" tanya Sri Sultan sambil menatap wajah Ayu.

Ayu mengangguk dan menunduk sopan. "Mantan suami saya, Kakek."

"Masih mencintai dia?" tanya Sri Sultan.

Ayu bergeming sambil menundukkan kepalanya.

"Ay ...!" panggil Nanda lembut sambil meraih jemari tangan Ayu. "Will you marry me?"

Ayu langsung mengangkat kepalanya menatap Nanda. Ia tidak menyangka jika pria ini akan melamarnya di depan sang kakek. Sesepuh sekaligus orang yang paling disegani di keraton ini.

"Ay, kali ini aku memintamu dengan cara baik-baik. Aku ingin menikahimu dengan cara yang baik pula. Bukan karena aku merenggut kesucianmu dan kebahagiaanmu seperti dulu. Banyak hal sulit yang sudah kita lalui bersama. Aku yang terlalu bodoh karena tidak pernah menyadari jika Tuhan menjadikanmu takdirku," tutur Nanda sambil menatap lekat mata Ayu.

Ayu tersenyum sambil menatap wajah Nanda. Pria ini benar-benar membuat perasaannya kacau setiap hari. Dia yang brengsek saja tetap ia cintai, apalagi berubah menjadi selembut dan sebijaksana ini. Terlebih, Nanda mengatakan banyak kalimat indah di hadapan kakeknya.

"Ay, boleh 'kan kalau aku menjadi suamimu lagi?" tanya Nanda sambil menatap lekat wajah Ayu.

Ayu langsung menoleh ke arah kakeknya, meminta persetujuan darinya. Karena pernikahan sebelumnya, dilangsungkan tanpa persetujuan dan restu keluarganya. Ia ingin pernikahannya kali ini mendapat restu dari semua keluarga hingga membuatnya bisa menjalani rumah tangga dengan tenang dan bahagia.

"Kamu mencintai pria ini atau tidak?" tanya Sri Sultan sambil menatap wajah Ayu.

"Ayu mencintai Nanda, Kek," jawab Ayu sambil menatap wajah Sri Sultan.

"Kalau begitu ... ulang tahun kakek yang ke sembilan puluh kali ini, berikan hadiah pernikahan kalian!" pinta Sri Sultan.

"Sungguh?" Ayu menatap wajah Sri Sultan dengan mata berbinar. "Kakek akan merestui pernikahan kami?"

Sri Sultan mengangguk. "Kamu sudah banyak menderita beberapa tahun ini. Dosamu sudah kamu tebus. Jika bersama pria ini bisa membuatmu bahagia, Kakek tidak akan menghalangimu."

Ayu tersenyum dan memerosotkan tubuhnya. Ia bersimpuh di hadapan Sri Sultan dan bersujud di bawah kaki kakeknya itu. "Kakek, maafkan Roro Ayu karena pernah menjadi aib dan mempermalukan seluruh keluarga keraton. Maafkan Ayu karena tidak menjadi anak yang berbakti, tidak bisa menjaga nama baik keluarga dan melukai semuanya."

Sri Sultan mengangguk sambil menyentuh lembut pundak Ayu. "Hal yang sudah berlalu, sesalilah untuk membuatmu lebih baik di masa depan! Hari ini ... pria yang dahulu mengambilmu dari keluarga tanpa permisi, datang baik-baik ke hadapan kakek dan memintamu dengan tulus. Maka, jangan sia-siakan pria yang kamu cintai agar kamu tidak akan menyesal di masa depan."

Ayu menganggukkan kepala sambil menitikan air mata.

"Saat kamu sudah berumah tangga, jadilah istri yang berbakti. Baik-buruknya suami, kamulah yang akan menjaga namanya. Rumah tangga itu bukan tentang keindahan, Nak. Bukan tentang kebahagiaan. Tapi tentang rasa sakit dan bertahan hidup. Kamu tidak lagi bisa memikirkan dirimu sendiri, tapi harus merelakan jiwa ragamu untuk memikirkan suami, anak-anak kalian dan keluarga," ucap Sri Sultan sambil menatap Ayu yang masih sungkem di hadapannya.

Nanda tersenyum. Ia ikut berlutut di hadapan Sri Sultan dan melakukan sungkem bersamaan dengan Ayu. Memohon restu agar ia dan Ayu bisa melangsungkan pernikahan mereka tanpa harus bersembunyi dari semua orang.


((Bersambung...))

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang