Bab 129 : Bantuan dari Karina Part.2

154 18 0
                                    


 "Iih ... nggak mau! Nggak kenal," tutur Karina sambil mengerutkan wajahnya.

"Makanya, kenalan!"

"Kamu kenal sama mereka, nggak?"

"Nggak," jawab Nanda sambil terkekeh.

"Iih ... ogah, ah! Kalau mau carikan aku jodoh tuh yang kamu kenal. Biar tahu bibit, bebet dan bobotnya. Pas gitu, mereka cowok penipu gimana? Zaman sekarang, banyak cowok yang pura-pura kaya biar bisa gaet mertua kaya!" sahut Karina.

Nanda terkekeh sambil menatap wajah Karina.

"Aku serius!? Nggak usah bercanda, deh!" pinta Karina sambil menepuk paha Nanda. "Jodohin aku sama salah satu temen yang kamu kenal aja."

"Aku nggak punya teman."

"Bohong!"

"Serius. Temen-temenku bangsat semua, Rin. Nggak cocok buat kamu."

"Termasuk kamu?" tanya Karina sambil melirik ke arah Nanda yang duduk di sebelahnya.

Nanda terkekeh sambil menganggukkan kepala. "Aku ketua geng-nya. Kalau anak buahnya brengsek, berarti ketuanya lebih brengsek dari mereka."

"Hmm ... kalo ketua geng ganteng kayak kamu, aku mau ... kayak Dilan."

"Dilan siapa?" tanya Nanda.

"Tetangga!" sahut Karina kesal karena Nanda tidak pernah tahu film romansa sekolah yang pernah hits di Indonesia.

"Nah, itu udah punya tetangga yang ganteng. Nikah aja sama Dilan-Dilan itu!" seru Nanda.

"Dilan itu tokoh halu, Nanda! Kamu kudet banget, sih!?" seru Karina kesal.

"Oh gitu?" Nanda tertawa kecil sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena ia tidak mengerti sama sekali maksud Karina.

Karina mengangguk yakin. "Rencana kamu selanjutnya gimana? Beneran mau nolak bantuanku?"

Nanda menghela napas. "Aku nggak mau makin berhutang budi sama keluargamu, Rin."

"Mmh ..." Karina membuka pesan yang tiba-tiba masuk ke dalam ponselnya. "Eh, handphone kamu mana?"

"Aku nggak punya handphone," jawab Nanda.

"Astaga Dragon ...! Kamu handphone aja nggak punya? Kalau mau hubungi orang lain, gimana?"

"Langsung datengin aja," jawab Nanda.

Karina menghela napas. Ia mengeluarkan handphone lain dari dalam tas tangannya. "Pakai ini untuk sementara!"

Nanda menggeleng. "Nggak usah, Rin! Ini terlalu mahal buat aku."

"Gaya banget, sih!?" dengus Karina sambil tertawa kecil. "Nggak baik menolak bantuan dari orang lain," lanjutnya sembari memaksa Nanda menerima ponsel darinya.

"Eh, aku dapet info bagus, nih." Karina langsung menyodorkan layar ponselnya ke hadapan wajah Nanda. "Ada lomba model bisnis dari perusahaan pengembangan marketing. Mau ikutan? Hadiahnya lumayan, loh. Dikasih modal usaha sampai dua milyar."

"Hah!? Serius? Bukan penipuan 'kan?" tanya Nanda.

"Bukan, dong. Ini perusahaan besar dan resmi. Mau ikutan, nggak? Kamu jago bikin Model Bussines Canvas. Pasti menang kalau ikutan."

"Mmh ... tapi untuk kayak gitu, aku harus kerja bareng tim. Aku nggak punya tim apa pun, Rin. Mana mungkin aku bisa."

"Kamu bisa bentuk tim."

"Itu semua butuh modal. Aku punya uang dari mana?" sahut Nanda.

"Aku pinjamkan uang untuk kamu, gimana?" tanya Karina. "Jaminannya, kamu harus dapet juara satu!"

Nanda tersenyum sambil menatap wajah Karina. "Kamu mau bantu aku ... tulus atau modus?"

"Tulus, dong! Aku bukan orang yang berpikiran sempit, Nan. Kalau kamu memang mau perjodohan kita batal, kita harus memikirkan cara untuk membuat perjodohan kita batal tanpa memengaruhi hubungan bisnis keluarga kita," jawab Karina sambil tersenyum manis.

Nanda mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum lebar. "Thank's, Rin ...! Aku janji, akan bayar semua hutangku ke kamu secepatnya."

Karina mengangguk sambil tersenyum. Ia memang menyukai Nanda, tapi ia juga tidak begitu takut kehilangan pria ini. Mungkin, ia belum sampai ke level cinta dengan pria ini hingga membuatnya merasa lebih nyaman berteman daripada harus terikat hubungan bisnis yang begitu formal dan membuat mereka canggung.

((Bersambung...))

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang