Bab 132 - Berteman Lebih Baik

182 18 0
                                    


Nanda menghela napas lega sembari menutup laptop begitu ia menyelesaikan proposal bisnisnya.

"Akhirnya, kelar juga!" seru Karina sembari meliukkan tubuhnya.

"Thank's, Rin ...! Kamu udah bersedia bantu aku. Malam ini aku traktir kamu makan sebagai rasa terima kasihku. Mau atau nggak?"

Karina terkekeh mendengar tawaran dari Nanda. "Kamu belum dapet apa-apa, Nan. Kamu mau traktir aku makan dengan uang hasil utangmu ke aku?"

"Hehehe." Nanda menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum malu.

"Kamu traktir aku setelah proposal bisnis kamu ini goal. Gimana? Sementara, biar aku yang traktir kamu dulu dan aku masukin ke daftar utang," ucap Karina sambil mengusap layar ponselnya.

Nanda tertawa kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Eh, mau reservasi tempat atau order makanannya ke sini?" tanya Karina.

"Order aja, Rin. Aku sembari ngecek ulang MBC yang dikerjain sama tim," jawab Nanda.

Karina menghela napas. "Kamu udah tutup laptop. Mau buka laptop lagi? Mending istirahat, deh! Besok pagi kamu udah harus persentasi. Kalau kamu bangun kesiangan atau sakit, bisa kacau persentasimu, Nan."

"Nggak. Aku nggak akan begadang, kok. Aku tahu cara mengatur tubuhku sendiri. Mmh ... setelah presentasi selesai, aku bisa minta tolong sama kamu?"

"Bisa," jawab Karina sembari melakukan checkout beberapa makanan favorite-nya. "Apa?"

"Antar aku ke Solo!" pinta Nanda.

"Mau ketemu sama mantan istri kamu?" tanya Karina.

"Dia bukan mantan, Rin. Dia masih istriku. Aku nggak pernah ceraikan dia," sahut Nanda.

"Au, ah. Aku pusing mikirin hubungan kalian yang aneh. Kalau kamu sama dia nggak cerai, berarti aku bakal jadi istri kedua dong kalau perjodohan kita lanjut?"

Nanda mengangguk sambil menatap wajah Karina.

"Serius, Nanda! Kamu sama dia itu sebenarnya cerai atau nggak!?" seru Karina kesal. "Kamu tuh susah banget dipercaya!"

"Enggak," sahut Nanda.

Karina mengerutkan wajahnya. "Kenapa ortu kamu bilang kalau kamu udah cerai sama istrimu?"

"Aku bukan cerai, Rin. Tapi pernikahan kami dibatalkan sama orang tuanya Roro Ayu," sahut Nanda.

Karina menahan tawa mendengar ucapan Nanda. "Bukan kamu yang ceraikan istrimu?"

Nanda menggelengkan kepala. "Bukan. Pernikahanku dibatalin sama mertua."

"HAHAHA." Karina tertawa keras mendengar ucapan Nanda.

Nanda langsung menyumpal mulut Karina menggunakan gulungan tisu yang ada di tangannya.

"Bweh ... uweek ...!" Karina langsung menyebrulkan tisu tersebut. "Jahat banget, sih!?"

"Ketawamu ngolok, Rin!"

"Hahaha." Karina tertawa sambil menutup mulutnya. "Abisnya ... kamu selalu bilang kalau kamu adalah playboy paling keren se-Indonesia yang punya banyak cewek dan nggak pernah diputusin sama cewek mana pun. Sekali punya istri, hubungannya diputus sama mertua. Hahaha."

Nanda menatap kesal ke arah Karina yang terus tertawa di hadapannya.

"Serius. Aku pikir, kamu cerai karena kamu yang ceraikan istrimu ... terus kamu nyesel. Ternyata, kamu bisa juga diputusin. Hahaha."

"Heh!? Kamu jangan ngomong sembarangan, ya! Kalau nggak terhalang mertua, Roro Ayu itu cinta mati sama aku!" tutur Nanda.

"Oh ya? Kalau cinta mati, kenapa dia bisa pergi dari kamu dan kamu yang ngejar-ngejar dia?" sahut Karina.

"Enak aja! Dia yang ngejar-ngejar aku. Bukan aku yang ngejar dia!" ucap Nanda.

"Oh ya? Kalau sampai besok kamu yang ngejar dia? Taruhan apa?" tanya Karina sambil mendelik serius ke arah Nanda.

Nanda terdiam mendengar pertanyaan Karina. Pikirannya melayang ke tempat yang semuanya kosong karena saat ini ia tidak memiliki apa pun untuk menjadi bahan taruhan.

"Hei ...! Berani taruhan, nggak?" tanya Karina sambil memukul meja di hadapannya.

"Ck. Makanannya udah kamu pesen atau belum?"

"Heleh, ngeles!"

"Serius! Aku laper banget, Rin."

"Jawab dulu! Berani taruhan atau nggak?" seru Karina.

"Ck. Kamu ini ... masa Nanda nggak berani taruhan?" sahut Nanda sambil menatap wajah Karina. Detik berikutnya, ia mengubah raut wajahnya menjadi masam. "Emang nggak berani, sih."

"HAHAHA." Karina kembali tergelak. Sekali ia memegang kartu as Nanda, ia terus menjadikannya sebagai bahan ejekan yang bisa ia layangkan kapan saja kepada pria itu. Bisa berteman seperti ini dengan Nanda, itu jauh lebih baik dan nyaman daripada harus terlibat hubungan bisnis yang sekedar formalitas.


[[Bersambung...]]

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang