Bab 102 - Pasific in Cambridge

258 21 0
                                    


Nanda tertawa bahagia sambil mengayuh kencang sepeda yang ia gunakan. Setelah menikmati makan sore bersama, ia memilih membakar kalori dengan berkeliling Cambridge dengan bersepeda.

"Nan, pelan-pelan ...!" seru Ayu sambil memeluk erat tubuh Nanda yang ada di depannya.

"Udah lama nggak main sepeda, Ay. Seru banget ...!" seru Nanda sambil terus mengayuh sepedanya dengan cepat. Terakhir kali menggunakan sepeda, dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Membuatnya merasa sangat senang karena bisa mengulang masa-masa remajanya.

"Nan, aku takut ...!" seru Ayu saat Nanda tidak mengurangi kecepatannya ketika berada di jalan turunan. Ia memejamkan mata dan mencengkeram perut Nanda.

"E-eh!?" Nanda langsung berusaha menyeimbangkan sepedanya ketika ban depan sepeda tersebut tiba-tiba menginjak batu yang ada tepi jalan.

"Nanda ...! Aku bilang hati-hati ...!" seru Ayu saat ia merasakan sepeda yang dikendarai Nanda bergerak tak terarah.

"Diam, Ay! Diam ...!" seru Nanda sambil berusaha menahan keseimbangan sepedanya.

BRUG ...!

Hanya dalam hitungan detik, sepeda yang dikendalikan Nanda terjerembab ke rerumputan yang ada di tepi jalan.

"HAHAHA." Nanda tergelak saat ia dan Ayu terjatuh di tanah. Untungnya, ia sengaja melarikan sepeda itu ke rerumputan. Sehingga tidak mengakibatkan cidera saat mereka terjatuh.

"Aw ...! Sakit, Nan!" seru Ayu sambil memegangi pinggangnya.

Nanda tertawa kecil. "Sorry ...! Sorry ...! Aku bantu bangun," pintanya sambil meraih kedua pundak Ayu.

Ayu mengerutkan wajah. Ia mendengus kesal dan memilih berbaring di atas rerumputan.

"Masih sakit?" tanya Nanda sambil memeriksa pinggang Ayu.

Ayu menarik napas dalam-dalam. "Biarkan aku rileks dulu! Ntar juga sembuh sendiri."

Nanda tertawa kecil dan ikut berbaring di sisi Ayu. Ia melipat kedua tangannya di belakang kepala dan menatap langit senja yang ada di atasnya. "Begini juga bagus."

"Apanya yang bagus?" tanya Ayu sambil menoleh ke arah Nanda.

Nanda ikut menoleh dan seketika tatapan mereka saling bertemu. "Menikmati langit sore bersamamu. Kelihatannya sederhana, tapi menenangkan. Aku pikir, adegan dalam film itu tidak ada gunanya sama sekali untuk hidup kita. Ternyata, bisa memengaruhi sisi psikologis seseorang juga," ucapnya.

Ayu tersenyum menanggapi ucapan Nanda. "Jadi, menurutmu ... melihat senja pun bisa membuat suasana hati lebih baik?"

Nanda mengangguk sambil tersenyum.

"Aku harap ... bisa membuat hidupmu juga lebih baik ke depannya."

"Aamiin," sahut Nanda. "Ay, kenapa kamu menuliskan profil tentang aku di bukumu?" tanyanya sambil menatap lekat mata Ayu.

"Karena ..." Ayu terdiam saat mendapati tatapan Nanda yang penuh harap.

"Karena apa?" tanya Nanda penasaran.

"Karena ... kamu juga pebisnis seperti yang lain."

"Ada banyak pengusaha yang jauh lebih sukses dari aku. Kenapa kamu pilih aku?"

"Karena kamu pria payah yang bikin bangkrut perusahaan keluarga," jawab Ayu sambil tertawa kecil.

"Kamu ...!?" Nanda mengerutkan wajah dan mendengus ke arah Ayu. "Kamu ngolok aku, hah!?" Ia langsung memeluk kepala Ayu dan menjepit ke ketiaknya.

Ayu tertawa sambil menatap wajah Nanda. "Tapi hari di mana aku bisa menulis tentangmu yang bangkit dari keterpurukan adalah pertama kalinya aku bangga pernah mengenal seorang pria bernama Ananda Putera Perdanakusuma."

"Serius!?" tanya Nanda sambil menatap lekat mata Ayu yang berada tepat di hadapannya.

Ayu mengangguk sambil tersenyum.

Nanda menarik lengan Ayu agar memeluk pinggangnya. Ia mendekap wanita itu dan membenamkan bibirnya di kening Ayu.

Ayu tersenyum. Ia memeluk erat erat tubuh Nanda sambil memejamkan matanya. Mungkin, bagi orang lain dia terlalu cepat membuka hati untuk Nanda setelah disakiti begitu dalam. Tapi baginya tidak. Sebab, ia sudah berusaha menutup pintu hatinya rapat-rapat untuk Nanda. Tapi ... ia tidak pernah bisa menemukan daun pintu yang bisa ia gunakan untuk menutup pintu itu. Membuat Nanda, bisa keluar-masuk ke dalam hati Ayu sesukanya.

[[Bersambung...]]

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang