Bab 27 - Pria yang Bijaksana

371 29 0
                                    


"Nggak perlu, Nad. Ayu sudah menikah. Tidak pantas kalau aku hanya bicara berdua dengannya saja. Kamu bisa jadi saksi pembicaraan kami. Dengan begini, aku akan lebih mudah menjelaskan pada Nanda jika dia mempertanyakan pertemuan ini," tutur Sonny.

"Aku sudah bilang ke Nanda kalau ketemu kamu di sini. Dia juga lagi pergi sama Arlita," ucap Ayu lirih.

"Arlita siapa?" tanya Nadine.

"Pacarnya Nanda," jawab Sonny.

Nadine mengernyitkan dahi. "Hubungan kalian ini gimana, sih? Aku nggak paham. Asli. Roro nikah sama Nanda. Tapi dia jalan sama Sonny. Terus, suami kamu itu masih punya pacar? Aku pusing mikirinnya, Ro." Ia mengaduk-aduk orange juice di hadapannya dan menyesapnya perlahan sambil menatap wajah Ayu.

"Nggak usah dipikirin, Nad. Kalau bukan karena desakan keluarga, aku nggak akan nikah sama Nanda, sementara aku sudah tunangan sama Sonny. Aku ..." Ayu menghentikan ucapannya sambil melirik ke arah Sonny.

Nadine menaikkan kedua alisnya, menunggu Ayu melanjutkan ucapannya.

"Aku hamil anak Nanda, Nad," ucap Ayu lirih sambil menundukkan kepala. Ia tidak bisa lagi menutupi hal ini dari Nadine. Toh, Sonny juga sudah mengetahui jika ia sudah mengandung anak dari Nanda.

Slrrrr ...!

Orange juice yang ada di dalam mulut Nadine langsung keluar begitu saja tanpa bisa dikendalikan.

"Nadine ...!" seru Ayu kesal saat tangannya ikut terkena percikan jus dari mulut Nadine.

"Sorry ... sorry ...!" Nadine langsung menarik tisu dan memberikannya pada Ayu. Ia menoleh ke arah Sonnya yang duduk di samping Ayu. "Son, kamu diam aja? Tunanganmu hamil anak orang lain dan kamu masih bisa baik sama dia? Hebat kamu, Son!" Ia mengacungkan jempol ke arah Sonny.

"Aku nggak punya alasan buat jahat sama Ay. Ini kecelakaan, Nad. Daripada keluarga ribut, lebih baik membiarkan Ay menikah dengan Nanda," jawab Sonny.

Nadine menghela napas. "Hubungan kalian ini bikin aku sakit kepala."

"Nggak usah ikut mikirin, Nad! Aku baik-baik aja, kok. Aku sama Sonny, masih bisa berteman meski kami nggak bisa bersama. Mungkin, jodoh kami hanya sampai bertunangan dan Tuhan punya rencana lain untuk kami," ucap Ay sambil menatap wajah Sonny. Ia terus menyunggingkan senyuman ke arah pria itu. Jujur, ia sangat merindukan pria ini. Rindu tertawa bahagia bersamanya sembari melakukan banyak hal.

Sonny balas tersenyum ke arah Ayu. "Mungkin ... ini yang dibilang mencintai tak harus memiliki. Sekalipun aku nggak bisa miliki kamu, aku akan tetap cinta sama kamu."

Ayu tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Roro, nggak usah sedih! Jangan nangis!" pinta Nadine sambil menggenggam tangan Ayu. "Son, kamu jangan bikin Roro Ayu sedih, dong! Udahlah, kalian ikhlas dan hidup untuk masa depan masing-masing. Masih bisa berteman kayak dulu 'kan?" Nadine tersenyum sambil mengerdip-ngerdipkan matanya.

Ayu dan Sonny saling pandang. Kemudian tersenyum dan mengangguk setuju.

"Nggak ada gunanya kalau kalian saling membenci. Lebih baik, saling support. Itu bisa bikin masa depan kita jauh lebih tenang. Aku tahu, kalian pasti jadi canggung. But, lama-lama akan terbiasa, kok," tutur Nadine sambil tersenyum manis.

Ayu mengangguk setuju. Ia tidak memiliki pilihan lain. Bisa melihat Sonny dari dekat saja, ia sudah bahagia meski tidak bisa memiliki pria itu.

"Gitu, dong. Kamu jaga anak itu baik-baik, Ro. Meski kamu tidak menginginkannya, tapi Tuhan sudah mengirimkannya untukmu. Di luar sana, ada banyak orang yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Kamu bersyukur karena Tuhan memberikanmu amanah. Kesempurnaan seorang wanita adalah menjadi seorang ibu," tutur Nadine.

Ayu mengangguk tanda mengerti.

"Aku dokter kandungan dan Sonny dokter spesialis anak. Kamu bisa konsultasi sama kami sejak dini. Perkembangan anak harus diperhatikan dari seribu hari pertama kehidupan. Mulai dari dalam kandungan sampai usia dua tahun adalah saat-saat terpenting. Harus perhatikan asupan nutrisinya. Ibu hamil juga nggak boleh setress. Singkirkan semua masalah yang sedang kamu hadapi dan fokus untuk perkembangan anakmu dulu. Oke?" pinta Nadine sambil tersenyum manis.

Ayu mengangguk lagi. Ia merasa beruntung mendapatkan teman seperti Nadine. Andai saja ia bertugas di Surabaya, akan terasa lebih baik karena setiap hari bisa bertemu dan memiliki teman untuk berbagi. Sebab, Nanda yang masih terus bersama Arlita ... memang cukup mengganggu pikirannya.

"Selamat siang, Dokter Cantik ...!" sapa Rocky sambil berbisik di telinga Nadine.

Nadine langsung memutar kepalanya dan bibirnya tak sengaja menempel di pipi Rocky.

Rocky tersenyum manis. "Makasih ciuman sambutannya!"

Nadine buru-buru menarik wajahnya. "Kamu bener-bener cari kesempatan, hah!?" dengusnya.

"Mmuach ...!" Rocky langsung mengecup pipi Nadine dan merangkul pundak wanita itu. "Kangen sama aku? Makanya datang ke sini?" bisiknya.

"Kepedean banget, sih? Aku ke sini mau lihat kakek," jawab Nadine.

"Sekalian ketemu aku 'kan?" tanya Rocky sambil memainkan alisnya.

Nadine mengerutkan wajah sambil memutar bola matanya.

Menikahi Lelaki BrengsekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang