Satu-satunya alasan Harish 'menyisakan' dirinya adalah untuk menghukumnya dengan sangsi sosial karena telah menjadi gadis jalang. Bukan tak pernah, Sabine telah memohon sambil menangis dan berlutut pada Harish agar mempercayainya seolah mereka sedang mempertahankan sebuah hubungan. Tapi, Harish tetap saja bersikap seperti seorang kekasih yang cintanya telah dikhianati. Dia tidak pernah mau mendengarkan Sabine karena bukti yang dimilikinya tentang hubungan menjijikan itu juga tidak dapat terbantahkan. Tidak peduli rumor itu benar atau tidak, Sabine akan terus menyandang gelar penghinaan itu.
Beginilah rasanya bekerja di tempat yang bagus tapi diterima lewat jalur orang dalam. Mati, rasanya tidak akan lebih baik untuknya. Walau semakin umurnya bertambah, semakin pikiran untuk mati tumbuh meski kadang takut –alasan mengapa Sabine tidak cukup nekat untuk bunuh diri; ia tahu bukan itu caranya akan mati. Pikiran itu selalu berputar-putar bahkan saat ia naik bus malam menuju pulang setelah hari-hari di kantor yang berat dan menyebalkan. Saking lelahnya batin dan pikirannya, ia sampai ketiduran dan tahu-tahu sudah tiba di perhentian terakhir kalau penumpang lain yang tidak cukup baik tidak membangunkannya sebelum tersasar jauh lagi.
Begitu tiba di rumah ia langsung melompat ke ranjangnya yang dingin; dengan pakaian utuh. Lalu paginya terbangun dengan betis pegal yang yang berlangsung selama seharian di kantor di mana ia lebih sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari mereka yang mencemooh seakan dirinya adalah makhluk paling hina. Hanya ada beberapa orang di kantor yang mau mengajaknya mengobrol dan duduk di kafetaria bersama saat makan siang; namun karena ia selalu bertemu dengan orang yang memanfaatkan dirinya, Sabine berusaha untuk tidak terlalu akrab dengan mereka.
Setiap pulang entah dari mana; ia selalu kembali lagi ke jembatan penyebrangan itu untuk menangis; berharap kali ini ia memiliki keberanian untuk melompat. Tapi, tidak. Sabine hanya terdiam di sana sangat lama dan menangis terisak-isak. Mengingatkannya pada saat seperti inilah Tuhan mempertemukannya dengan Jessica –sumber dari segala hal yang terjadi padanya kini.
Tapi sebelum hidupnya dipenuhi oleh orang-orang toxic semacam Jessica, Harish, Roland dan figuran lainnya, Sabine adalah seorang putri yang baru saja terhempas dari kerajaannya.
***
Oktober 2013....
"Pa, aku mau pergi balet dulu," Sabine berpamitan dengan hati-hati di belakang sosok ayahnya yang duduk di sofa menghadap foto keluarga mereka yang terpapang besar pada dinding di hadapannya.
Pria itu sudah memandanginya sejak beberapa jam lalu. Sabine sering menemukannya seperti itu sejak hari ketiga orang lain selain Sabine dan ayahnya di foto itu dimakamkan; ibunya, adik perempuannya yang bernama Denise dan si bungsu laki-laki bernama Robyn. Mereka bertiga mengalami kecelakaan lalu lintas di mana hanya Sabine yang berhasil selamat.
Sang ayah tidak menjawabnya –tapi Sabine tahu Papa-nya itu mendengarkannya. Jadi ia langsung pegi saja. Semakin hari, Sabine makin terbiasa dengan sikapnya yang mendingin dan bahkan cenderung acuh terhadapnya. Kerabatnya bilang, sang ayah hanya perlu waktu untuk menerima kehilangannya. Sabine yang tak ingin menambah beban kesedihan sang ayah memahami itu dan membiarkannya sebagaimana kemudian a juga berusaha untuk melanjutkan hidupnya. Ia berusaha untuk tidak menangis; paling tidak, di depan ayahnya. Meski kadang ia menangis juga karena tak tahan terlalu merindukan ibu dan adik-adiknya. Itu adalah masa-masa tersulit bagi Sabine dan ayahnya.
Tapi, Sabine tetap datang ke kelas balet dan fokus pada seleksi grup khusus profesional yang akan tampil di Rusia atau teater besar di Eropa lainnya. Sabine setelah mengikuti seleksi itu berkali-kali sebelumnya. Tapi, setelah menampilkan yang terbaik dengan optimis, ia masih tidak mendengar namanya disebut untuk siswa yang berhasil lolos. Entah apa lagi yang kurang darinya. Karena kesal dan putus asa, ia pun menemui manajer Eloise untuk protes.
"Dengar, Sabine, keputusan itu bukan saya sendiri yang ambil. Ada dua orang lainnya yang merasa kamu belum cukup bisa untuk tampil secara profesional," jelas sang manajer padanya dengan nada yang persuasif.
Pria itu bernama Jonny; salah satu orang terdekat pemilik yayasan seni yang menaungi kelas balet Eloise. Dia punya pengaruh yang besar terhadap apa pun keputusan yang diambil oleh Eloise. Walaupun penilaian saat seleksi adalah yang utama, tapi dia bisa meloloskan siapa pun yang dia mau; sejenis wild card yang sepertinya hanya didapatkan dengan cara tertentu. Sabine pernah dengar sogokan berupa uang atau sesuatu yang 'lain' dari anak-anak perempuan yang nekat.
Salah satu teman baiknya di kelas balet, Frans Sevanni, mengetahui sesuatu yang membuat dia dikeluarkan oleh Jonny sebelum dia berangkat ke Chelyabinsk untuk pertunjukan teater di sana. Frans sempat berkata pada Sabine bahwa selagi masih ada Jonny, jangan harap akan ada kesempatan yang adil untuk semua orang. Saat Frans keluar, Sabine merasa sedih; kabarnya tak terdengar lagi sejak itu. Frans Sevanni adalah cinta pertamanya.
"Tapi, saya...."
"Saya mengerti bahwa ini adalah masa-masa yang berat bagi kamu. Tapi, kamu harus menenangkan diri kamu dulu," ujar Jonny, mendekat dan tiba-tiba menyentuh ujung rambut Sabine yang menjuntai di bawah telinganya. "Masih banyak kesempatan lainnya yang bisa kamu coba nanti. Sekarang kamu hanya perlu berlatih lebih keras lagi."
Sabine tertunduk; menghindari tatapannya yang membuat Sabine merinding sampai ia harus mundur beberapa langkah untuk menjauh.
Apa-apaan orang ini?
"Atau kamu mau saya tetap meloloskan kamu tapi dengan satu syarat?" tanya dia.
"Sya...syarat apa?" tanya Sabine ragu-ragu; tubuhnya sudah lebih dulu merasakan hawa tidak mengenakan itu. Tiba-tiba dia mengangkat dagu Sabine yang langsung terkejut setengah mati. Ia langsung menepiskan tangan itu darinya.
"Saya kira kamu tahu apa yang saya maksud. Itu hal yang mudah untuk gadis-gadis seperti kamu," katanya menatap Sabine dengan seringai laparnya. "Saya yakin kamu juga sudah pernah melakukan hal-hal semacam itu sebelumnya."
Apa maksudnya?
"Lepaskan!" teriak Sabine dengan sekuat tenaga mendorong pria itu saat dia mendekatkan wajahnya.
"Sialan...," umpat dia marah dan hendak meraih Sabine lagi tapi terlambat.
Sabine langsung berlari keluar dari ruangan dengan ketakutan. Semua orang yang berada di sepanjang lorong itu langsung memandanginya dengan heran dan saat itu lah pria itu juga keluar dari ruangannya dan berteriak.
"Kalau kamu belum lolos artinya kamu belum cukup pantas! Kamu pikir dengan merayu saya kamu bisa mengubah keputusan saya!"
Sabine berdiri di keramaian; suasana setelah seleksi di mana semua penari Eloise berkumpul dan pria itu tampak menguasai keadaan –dia baru saja menuduh Sabine merayunya hanya agar lolos seleksi sialan itu. Hanya butuh beberapa detik untuk reaksi yang besar dari orang-orang yang mendengarnya; mereka saling berbisik memandangi Sabine dengan jijik pada detik yang sama –seperti sekumpulan gagak kelaparan yang baru saja dilempar dengan bangkai yang langsung mereka santap dengan lahap.
"Kalau kamu ingin lolos harusnya kamu berusaha dengan lebih keras lagi. Jangan memanfaatkan wajah kamu dan menjual kesedihan soal kematian keluarga kamu untuk mendapatkan apa yang kamu mau!" teriaknya lagi sementara Sabine belum mengatakan sepatah kata pun untuk membantahnya.
Sebuah ambisi memang mengerikan.
Tapi, tatapan orang-orang di sini terlalu menakutkan; dan Sabine dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan untuk membela diri. Lututnya terlalu gemetaran, detak jantungnya terlalu keras saking terkejutnya dan yang membuatnya merasa begitu sedih bukan lagi karena tidak lolos seleksinya, tapi tuduhan menjual kesedihan. Sabine baru tahu ternyata ada orang yang sekejam itu –bahkan ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk dirinya sendiri.
***
Reminder:
Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)
Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.
Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...