CH. 78 - FORGIVENESS

165 4 0
                                    

"Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?" tanya Laura dengan perasaan gelisah.

Sejak Kellan membawanya pergi, Laura selalu merasa gelisah. Meski begitu ia seolah tak pernah menyerah. Ia terus menghubungi Kellan untuk memastikan bahwa Harish baik-baik saja dan akan kembali padanya.

"Ya, dia baik-baik saja...," jawab Kellan yang kedengaran enggan menjawab pertanyaannya. "Dia berada di rehabilitasi sekarang."

"Rehabilitasi?"

"Ya, aku terpaksa melakukannya karena aku tidak ingin dia berakhir dengan HIV atau penyakit seksual menular lainnya," tegas pria itu, sinis, ketus dan sadis. "Dan beruntung setelah melakukan pemeriksaan, tes darah dan segala macam, dia tidak terjangkit salah satunya."

"Apa dia bertanya soal aku?"

Kellan mendengus keras. "Sudahlah, Laura," ujarnya. "Hentikan. Semuanya sudah berakhir."

"Ini tidak akan berakhir kalau seandainya kamu tidak membawanya pergi dan kamu tidak melibatkan aku dalam rencana kalian," celetuk Laura kesal.

"Kamu dan Harish sama-sama sakit jiwa! Aku tidak bisa membiarkan dua orang sakit jiwa hidup bersama dan berpikir mereka bisa mengatasinya sendiri! Kalian butuh bantuan orang normal!" tegas pria itu. "Kenapa kamu tidak mencoba membenahi dirimu sendiri mulai sekarang? Kamu sudah menyia-nyiakan seorang pria baik-baik hanya untuk sampah seperti Harish, jangan mengulanginya lagi dengan terus mengharapkan dia kembali. Lakukan hal yang benar mulai sekarang, Laura!"

Tanpa Harish, dirinya bukan apa-apa. Kellan tak akan mengerti.

"Kamu punya karir dan reputasi yang bagus. Banyak wanita di luar sana yang ingin menjadi seperti kamu! Fokuslah dengan apa yang kamu miliki sekarang! Jangan memaksa untuk memiliki apa yang tidak bisa kamu miliki!"

Meski semua yang Kellan katakan benar, ia tidak bisa menerimanya. Ia tidak sanggup melakukannya. Segala hal di depannya tampak seperti jalan buntu sejak Harish pergi darinya.

"Begini saja...," kata Kellan kemudian. "Kalau kamu benar-benar mencintainya, kenapa kamu tidak membiarkannya selesai dengan dirinya dulu?"

Laura diam saja.

"Itulah yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuknya," ujar pria itu lagi. "Aku rasa setelah kalian sama-sama waras, kalian bisa membicarakannya seperti orang dewasa."

Terhibur dengan ucapan Kellan, Laura akhirnya mengalah. Sejenak ia melupakan obsesinya terhadap Harish. Ia kembali bekerja dan melakukan apa saja untuk meredam kekecewaannya. Ia masih menghubungi Kellan sesekali untuk menanyakan kabar Harish dan pria itu memberinya jawaban yang sama.

Hingga kemudian sesuatu telah terjadi antara Harish dan Kellan selama di Frankfurt.

Menjelang 2012 berakhir, Laura kembali menghubungi Kellan, pria itu memberi jawaban yang berbeda.

"Aku tidak tahu. Untuk selanjutnya jangan menanyakannya lagi padaku. Dia sudah tidak di sini dan aku juga sudah tidak peduli lagi," suara Kellan terdengar cukup tertekan.

"Apa yang terjadi?"

"Kamu bisa bertanya langsung padanya begitu kalian bertemu. Tapi, sekarang jangan membawaku lagi dalam urusan kalian. Anggap saja... aku sudah mati."

Teleponnya terputus. Kellan mengganti nomor telpon dan tak pernah lagi bisa dihubungi.

Setelah cukup lama menenangkan dirinya, Laura mengumpulkan keberanian dan sisa harga dirinya untuk menemui mantan suaminya. Meski terkesan tidak tahu malu, ia berharap Ryan bisa menerimanya kembali karena ia sadar, Harish tak layak untuk semua pengorbanannya.

Ryan tidak marah; pria itu tersenyum; senyum yang menahan kepedihan.

"Paling tidak sekarang aku tahu semuanya," ia berkata dengan tenang. "Karena selama ini aku selalu menyalahkan diriku yang tidak bisa membahagiakan kamu, Laura...."

"Ryan, bisakah kita... kembali seperti dulu lagi? Aku bersumpah, kalau kamu memberiku kesempatan... aku akan melakukannya dengan baik... aku... berjanji tidak akan pernah mengecewakan kamu lagi...."

Ryan menatapnya lembut. Berharap raut menenangkan itu memberinya jawabanya yang paling ingin ia dengar.

"Kamu sudah melakukan hal yang benar dengan menceraikanku," kata dia. "Setidaknya kamu berpegangan pada prinsip bahwa jika kamu pergi dengan pria lain, itu artinya kamu sudah tidak mencintaiku lagi. Bagus kamu melepaskanku sedari awal."

Tidak sepenuhnya demikian. Setelah dipikir lagi, semuanya tak seperti itu.

"Jika kita tetap bersama, mungkin akan lebih menyakitkan bagiku mengetahui istriku pergi dengan pria lain daripada diceraikan tanpa sebab...."

Kata-kata Ryan yang tenang sekaligus pedih menusuk hatinya dengan penyesalan.

"Tapi, maaf, Laura... aku sudah mengikhlaskan kamu dan untuk saat ini... aku merasa sudah jauh lebih baik...," katanya. "Aku tidak ingin kamu kembali dan semua usahaku untuk melupakan rasa sakit karena pengkhianatan kamu menjadi sia-sia."

Sesuatu baru terasa berharga setelah kita kehilangannya.

"Lagipula aku tidak bisa mempercayai kamu karena pria itu adalah putra dari bos kamu sendiri di mana kamu masih bekerja untuk keluarganya. Kamu datang padaku hanya karena dia telah mencampakan kamu. Aku yakin kamu pasti akan mengulanginya lagi begitu kamu bertemu dengannya."

Pada akhirnya ia tidak mendapatkan apa-apa.

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana. Jangan khawatir, tampilan blog aku hampir sama seperti interface webnovel pada umumnya.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks

MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang