Ch. 74 - RULES

127 7 0
                                    

Seperti yang Kellan cemaskan; kedua teman perempuannya memang mencekoki Harish dengan alkohol dan mereka menari-nari seperti cacing kepanasan. Saat Kellan menemukan ketiganya, Harish sudah benar-benar teler. Anak itu benar-benar kehilangan ingatan tentang siapa dirinya.

"Hai, Kellan," dia menyapa Kellan dengan senyum bodoh di wajahnya.

"Tenang saja, dia tidak apa-apa," Gretha berujar sambil membawanya ke tempat lain dan membiarkan dua orang itu bersenang-senang dengan minum dari gelas yang sama.

Pada akhirnya ia juga bergabung dengan mereka, meski ia tetap pada pendiriannya –tidak akan mencicipi alkohol lagi walaupun setetes.

"Dia cukup tangguh," kata Gretha memuji Harish. "Aku rasa ini bukan pertama kali dia minum alkohol. Kamu saja yang terlalu overprotektif."

"Aku hanya tidak ingin dia dalam masalah," tegas Kellan.

"Dia sudah tujuh belas tahun. Aku yakin di umur yang sama kamu juga tidak benar-benar jadi anak yang baik," kata Gretha mengejeknya. "Jangan bersikap tidak adil padanya."

"Ya, kamu benar. Tapi, aku hanya orang biasa. Apa pun kesalahan yang aku lakukan tidak akan jadi berita yang mencoreng nama keluargaku," Kellan menjelaskan.

"Maksudnya?"

"Orang yang kalian cekoki alkohol itu adalah anak dari salah satu keluarga terkaya di Indonesia," Kellan menjelaskan. "Ayahnya mengawasi dia setiap saat."

"Kenapa kamu tidak mengatakannya daritadi?"

"Kalian terlalu keras kepala."

"Sekarang apa yang akan kita lakukan padanya?"

"Aku juga tidak tahu."

Kellan dan Gretha saling tatap.

"Mau minum?" Gretha menyodorkan gelas di tangannya.

Kellan tampak ragu; dia sudah berjanji tidak akan menyentuh alkohol lagi. Tapi, kemudian ia menghembuskan nafas lelah dan menerima gelas itu untuk langsung menenggaknya sampai habis. "Kamu harus bertanggung jawab kalau aku masuk rumah sakit gara-gara ini."

Apa yang terjadi terjadilah. Keempatnya kemudian mabuk dan berakhir di tempat yang terpisah.

***

Keesokan harinya Harish terbangun di tempat asing dengan kepala berdenyut seakan ingin meledak. Namun, ia kaget setengah mati menemukan gadis impiannya di pesta tak lagi mengenakan kostum kucing seksi, justru telanjang di bawah sinar matahari yang masuk lewat jendela menyindari kulitnya yang eksotis hingga tampak berkilauan. Memori tentang pesta Halloween itu kembali lam ingatannya tentang bagaimana mereka bisa berakhir di sini dan Harish tidak percaya bahwa ia dan gadis itu melakukannya dengan cara yang liar.

"Kamu kelihatan menyeramkan, pria kecil," tegur Laura yang terbangun dan mendapati Harish bersemu merah. Gadis itu tersenyum seakan kembali menggodanya dengan tubuh telanjangnya.

Harish menatapnya dan berpikir untuk kembali mendekatinya; mungkin untuk sebuah ciuman selamat pagi. Tapi, gadis itu mendorongnya dengan cukup keras.

"Apa kamu serius?" tanya Laura, ekspresinya berubah jengkel. "Cukup!"

Penolakan itu cukup membuat Harish terhenyak sekaligus kecewa. Dia pikir gadis itu akan membalasnya.

"Sekarang, kamu harus bersiap-siap," kata Laura turun dari tempat tidur. "Aku tidak mau pacarku menemukan kamu di sini dan akan ada pertumpahan darah."

Harish masih bingung. Laura sudah memiliki pacar?

"Ya, maaf membuat kamu kecewa, pangeran. Pestanya sudah selesai dan sekarang aku akan mengembalikan kamu ke baby sitter-mu," kata dia, segera berpakaian.

"Apa?"

Laura mendengus lalu memutar matanya. "Cepat, tunggu apa lagi?" katanya memerintah sambil menjentik-jentikan jari. "Cepat bangkit, pakai celanamu dan kita pergi."

Dengan patuh Harish menuruti semua perintah Laura. Ia bersiap-siap untuk kembali ke asrama Kellan dan Laura pun mengantarkannya dengan mengendarai mobil. Sepanjang perjalanan mereka tak bicara; Laura memutar musik dan sesekali ia bernyanyi sambil menyetir dengan serius. Ia seolah menganggapnya tidak ada.

Setengah jam kemudian, mereka sampai di asrama.

Harish masih tak ingin turun karena ia membutuhkan sebuah penjelasan; karena semalam berarti sesuatu baginya.

"Apa lagi? Cepat turun," tegur Laura. "Aku harus segera ke kampus."

"Tapi...,"

"Hei, dengar, kamu bukan tipeku. Itu yang pertama. Kedua, aku punya pacar. Ketiga, semalam kita mabuk. Keempat, kembali ke peraturan pertama," kata gadis itu dengan cepat. "Sekarang turunlah sebelum aku terlambat ke kampus."

Dengan terpaksa Harish turun dari mobil. Ia bahkan tidak diberi kesempatan untuk mengatakan apa pun. Laura langsung melaju dengan mobilnya dan meninggalkan Harish begitu saja.

Begitu ia sampai di kamar asrama Kellan, ia cukup terkejut mendapati Kellan dan Gretha yang baru saja selesai berpakaian. Ternyata semalam bukan hanya dia dan Laura yang menggila.

Kellan agak panik melihat Harish masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Kamu dari mana saja?!" teriak Kellan padanya jengkel.

"Oke, sebaiknya aku pergi sekarang. Aku harus ke kampus," kata Gretha pamitan dan langsung pergi. Ia hanya tersenyum sekilas pada Harish sambil lewat. "Dah!"

Harish menyaksikan Gretha meninggalkan mereka sebelum ia menyipitkan matanya pada Kellan yang masih panik.

"Kenapa kamu menatapku begitu?" tanya dia agak gelisah.

"Bukannya Tante Esther melarang kamu melakukan seks di luar nikah?" ledek Harish.

"Diam!" cetus Kellan. "Jangan mengomentari hidupku!"

Harish dusuk dengan lesu di sisi tempat tidur karena kepalanya masih sakit. Perasaannya sama sekali tidak nyaman sejak turun dari mobil Laura. Gadis itu seolah membuangnya di pinggir jalan begitu saja setelah malam yang begitu menyenangkan di mana ia mendapatkan pengalaman pertamanya.

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana. Jangan khawatir, tampilan blog aku hampir sama seperti interface webnovel pada umumnya.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks

MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang