"Kamu berantakan sekali, Sabine," suara dingin Jessica menyambutnya saat Sabine membuka pintu apartemennya dengan kunci. "Kamu tidur di mana semalam?"
Sabine hanya menatapnya sambil mendengus; ia benar-benar tak ingin bicara dengan siapa pun pagi ini setelah malam yang melelahkan dan berakhir dengan begitu pahit. Ia tak berminat untuk curhat dengan sahabatnya itu walaupun rasanya ingin bercerita dan menangis di pundak seseorang. Tapi, jelas itu bukan Jessica.
"Ada apa ?" tanya Jessica mencurigai Sabine seperti seorang pencuri yang tak mau mengaku dan itu membuat Sabine jengah. "Apa yang membuat kamu mengabaikan teleponku dari semalam?"
Kepalanya sudah dipenuhi oleh peristiwa yang membuatnya masih tidak nyaman dan kebingungan yang bercampur kekecewaan. Sikap Harish yang berubah drastis lebih buruk dari sebuah penolakan dengan kata 'tidak'.
"Apa susahnya kamu terus terang padaku kalau semalam kamu tidur dengan si brengsek?" tandas dia.
Jessica mungkin... sedang cemburu. Siapa yang tahu bahwa Sabine-lah di antara mereka yang 'dipilih' oleh lelaki itu –meski ia seorang bajingan; faktanya seorang bajingan memang punya bakat untuk mengirim seseorang ke neraka setiap saat.
Sabine hanya menatapnya lelah.
"Kamu menikmatinya?" tanya Jessica menghampiri Sabine seperti hendak menjambak rambutnya. "Seperti apa rasanya? Apa dia memuaskan? Apa dia bercinta dengan keras?"
"Kenapa kamu jadi begini?!" timpal Sabine mulai emosi dan terpancing oleh kata-kata kotor Jessica yang cemburu.
"Aku tidak habis pikir kenapa kamu masih bisa sepalsu ini di depanku. Bukankah kalian memang sudah punya hubungan?"
"Hubungan apa, Jessica?! Hubungan apa?!" teriak Sabine marah.
"Masih saja pura-pura bodoh, Sabine?! Aku melihat bagaimana dia menyeret kamu keluar seperti pacar yang cemburu pada gadis yang disukainya!" tandas Jessica lagi, berteriak. "Aku tidak menyangka, di depanku kamu terlihat begitu merana karena dia tapi di belakangku ternyata kamu mau menjalin hubungan dengannya untuk cari aman!"
"Cari aman?"
Keamanan macam apa lagi setelah semuanya benar-benar berantakan?
"Memangnya apa lagi?!"
"Ya, aku memang tidur dengannya!" balas Sabine tak lagi dapat menenangkan dirinya.
Jessica terdiam; memandang ke segala arah kecuali Sabine. Walau ia sudah tahu itu, tapi saat Sabine mengakuinya dengan lantang, hatinya begitu sakit. Bukan seperti ini yang ia inginkan. Ia memang merencanakannya; seperti yang disuruh oleh Roland yang menaruh curiga lebih dulu bahwa Harish tertarik pada Sabine. Meski ia sudah meyakinkan Roland bahwa itu tidak mungkin namun Roland dengan cukup keras memaksanya untuk memastikannya. Tidak akan ada ruginya, itulah yang Roland katakan. Jessica percaya kemungkinan besar Harish tidak akan bereaksi melihat Sabine dikelilingi banyak lelaki dan teman-teman bajingannya. Tapi, ia keliru –hal inilah yang membuatnya marah. Karena tak sesuai rencana.
"Kalau seandainya kamu tidak berurusan dengan Roland, tidak satu pun dari semua ini akan terjadi ke kita! Sekarang seenaknya kamu menyalahkanku?!"
Tidak ada jawaban lagi. Jessica hanya menatapnya dengan emosi tertahan di bibirnya yang gemeretak. Sebenarnya ia tak membenci Sabine. Apa yang dia rasakan sebenarnya saat ini tak lebih dari sekedar cemburu. Mereka hanya sama-sama terjerat di akar yang sama. Dua orang teman yang menyukai orang yang sama selalu tidak berakhir menyenangkan –biar dalam fiksi apalagi dunia nyata.
Tapi... kenapa harus Sabine?
"Kamu tidak bisa terima aku tidur dengan orang yang pernah kamu kejar setengah mati tapi faktanya dia hanya menganggap kamu sampah?! Apa itu masalahnya sekarang?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...