Ch. 64 - OBSESSIVE

190 12 0
                                    

"Aku akan ke Singapura selama dua minggu," Harish memberitahunya tak lama setelah ia menyelesaikan satu putaran yang begitu menguras tenaga. Ia kembali berbaring di sisi Sabine yang tidur dengan posisi tengkurap di bawah selimut.

Sabine diam saja; seperti biasanya ia hanya menatapi perabotan kamar hotel yang bisa ia tangkap dengan matanya yang setengah mengantuk. Mendengar Harish akan pergi ke Singapura dua minggu, ia sedikit senang. Artinya ia akan punya sedikit kebebasan selama Harish pergi. Ia mulai muak dengan Harish yang mulai melancarkan pemaksaan terhadapnya setiap kali ia menghindar dan menolak.

"Selama aku pergi jangan pernah mengabaikan pesanku lagi," dia kembali memperingatkan.

"Kamu pasti akan lupa mengirim pesan karena kamu sibuk," gumam Sabine.

"Aku memang sibuk tapi aku selalu punya waktu untuk kita," kata Harish, memandangi punggung telanjang gadis itu sejenak sebelum mengecupnya satu kali. "Kamu bisa menghitungnya dengan jari saat aku benar-benar sibuk dan tidak bisa menemui kamu."

Kita? Betapa ganjilnya kata itu bagi Sabine.

"Kamu mengajakku ke sini hanya karena kamu sedang bosan dengan orang sebelum aku."

Dan begitu Harish bosan dengannya, setelah itu akan ada perempuan baru lagi. Itulah yang Sabine pahami dari pertengkaran Harish dan Laura tempo hari.

"Sudah aku katakan, Sabine. Aku tidak menginginkan yang lain."

"Ada lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Sabine kemudian. "Aku mengantuk dan ingin tidur."

Harish tersenyum. Kali ini rautnya melunak. Seperti seorang pria yang hangat, ia membelai rambut Sabine yang terurai di atas bantal dengan lembut. "Sebenarnya aku tidak mau pergi," dia berkata.

Terserah.

Sabine benar-benar berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkan dirinya dari pria ini. Sikapnya yang membingungkan dan pesonannya yang mematikan; seperti dua sisi mata uang.

"Sekarang tidurlah. Aku tidak akan melakukan apa-apa," ujar dia lalu kembali mendekap Sabine yang tidak lagi menahan kantuknya untuk waspada.

Lalu hening.

Harish memandanginya, sesekali membelai rambut panjangnya dan tersenyum layaknya seorang pria yang hatinya dipenuhi cinta.

"Aku benar-benar berharap, Sabine, seandainya... kita bisa melarikan diri dari semua ini...," katanya, dengan getir. "Mereka semua... membuatku gila...."

Roland, Jessica, Laura, Kellan dan bahkan ibunya.

"Aku tidak ingin kamu menyerah padaku."

Tapi, Sabine tidak pernah mendengarnya.

Harish tidak tidur walau sepejam pun. Ia hanya memeluk Sabine sampai ia mendengar suara bel pintu.

Sudah pukul empat pagi.

Ia turun dari ranjang untuk membuka pintu. Felix sudah datang; seperti biasanya untuk membawakan semua yang ia butuhkan; kali ini untuk berangkat ke Singapura.

Lalu sebelum ia meninggalkan kamar hotel itu, Harish mengecup dahinya. Rasa lelah telah menghukumnya untuk tidur dengan nyenyak sampai keesokan pagi di mana ia harus bangun kesiangan dan terlambat ke kantor.

Saat Sabine berlari mengejar elevator yang akan naik, Harish sudah berada di private jet menuju Singapura. Mungkin akan sulit baginya meninggalkan Sabine yang selalu berpikiran buruk tentang dirinya terlebih sejak hari ia menyaksikan kejadian tidak mengenakan dengan Laura.

***

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks

MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang