Sabine hanya menatapnya, menantikan apa yang selanjutnya yang akan dilakukan oleh kedua tangan Harish yang mahir. Ia sudah menduga segala kemungkinan itu; Harish akan menurunkan celana dalam di balik roknya untuk mengetahui apakah beberapa ciuman yang cukup berat tadi mempengaruhinya. Ia menahan nafas dan menatapnya dengan tegang saat ia mulai menyentuh rahasia kecil di antara kedua kakinya yang terlalu jujur di saat yang sama bibirnya mengecap kulit di leher Sabine yang terbuka.
Ketika dia menyeringai di depan Sabine yang gelisah seperti pencuri yang baru ketahuan, Harish tampak bersemangat. Sekalipun ekspresi wajah Sabine kurang menyenangkan untuk dilihat, tubuhnya hampir tidak bisa melawan pikirannya sendiri ketika lelaki itu mengangkatnya hingga kedua kakinya tidak lagi menyentuh lantai. Sebelah sepatunya terlepas dan suara jatuhnya sempat membuat perhatiannya teralihkan; tapi Harish tidak membiarkannya menoleh sedikit pun dari dirinya dengan ciuman yang lebih dalam. Tanpa kata-kata yang memancing; ia hanya meminta Sabine untuk berpegangan. Dan gadis itu menurutinya begitu saja. Dengan kedua siku bertahan di bahunya dan punggung yang bersandar ke dinding agar tidak jatuh, Harish mendapatkan bagian favoritnya.
Sejenak, saat ia mengamati Harish, ia mulai berpikir tentang apa yang sebenarnya salah dari semua ini. Apa yang sebenarnya ia simpan di hatinya untuk Harish saat ini?
Jika itu cinta, kenapa aku malah ingin pergi darinya saat dia mulai menunjukan perubahan sikap yang begitu drastis? Jika itu hanya nafsu, kenapa aku hampir tidak bisa lagi menikmati apa yang sedang kami lakukan?
Begitu Harish mendapatkan puncaknya, tak ada apa-apa lagi. Harish menurunkannya dan saat kedua kakinya kembali menyentuh lantai, ia hampir tak bisa berdiri sampai harus berpegangan pada dinding tempat Harish baru saja menyerangnya.
"Aku sudah memesan hotel untuk malam ini," Harish berkata padanya saat ia kembali memeluk Sabine dengan erat dan bernafas di lehernya untuk dua menit yang cukup intens dan menegangkan tadi. "Aku ingin kamu menemuiku di sana setelah pulang dari sini."
Sabine tidak menjawabnya dan terlihat cukup dingin.
"Aku punya hadiah."
Selangkah Sabine keluar dari ruangan CEO, Della menyambutnya dengan tatapan dan senyuman sinis yang biasa. Ia duduk di belakang mejanya dan memperhatikan Sabine yang melangkah keluar dari kantor Harish dengan tenang; mungkin ia sempat melihat Sabine menghembuskan nafas keras setelah menutup kembali pintunya.
Della tampaknya tahu; pintu di mana Sabine baru saja keluar sempat dikunci dari dalam selama sepuluh menit. Sesuatu telah terjadi di dalam sana dan andai saja ruangan itu tidak kedap suara, mungkin ia bisa mendengar seberkas suara untuk mengetahui apa yang mereka lakukan. Della sudah menduganya.
"Aku jadi benar-benar kasihan pada Helena Salim," dia berkata dengan ekspresi melecehkan. "Kamu dapat suaminya, sekarang juga dapat adiknya. Andai aku terlahir secantik dan sepintar kamu, Sabine...."
Meski pun kata-kata Della sempat membuatnya hampir ciut, ia tetap berdiri dengan tegak.
"Bukan salahku kamu terlahir jelek... dengan sifat yang jelek," tandas Sabine, membalas tatapan mengintimidasi mata Della yang dirias dengan make up nuansa gelap, "dan... dengan otak yang juga bodoh."
"Apa?" bibir merah cabenya gemeretak menahan kesal; sekaligus tidak percaya gadis kecil yang dulu ia rundung kini sebegitu berani terhadapnya; seakan gadis itu tak takut apa-apa lagi setelah dia menaklukan Harish.
Della pernah mendapat peringatan keras dari Harish untuk menjaga mulutnya sebelum ini.
"Sebenarnya kamu kesal karena apa? Karena aku dapat semuanya, tapi kamu tidak dapat apa-apa?" celetuk Sabine lagi.
"Sekarang kamu bisa lancang juga ya...," Della bergumam; segaris senyum kesal terlihat di bibirnya.
"Kenapa aku harus takut dengan kamu?" Sabine menimpali lagi.
Jika ia mengadukannya pada Harish, karir impiannya akan hancur.
"Oke, Sabine. Silakan nikmati hari-hari yang kamu punya sekarang. Selagi kamu masih bisa tertawa. Karena biasanya... pegawai yang merangkap sebagai pelacur tidak akan bertahan lama," balas dia.
Pelacur. Musuh publik. Kata itu memukul Sabine dari dalam. Kali ini dia tidak membalas ucapan Della karena hatinya sendiri juga tidak bisa membantah. Pelacur; barangkali itu kata yang tepat untuk mendefinisikan posisinya di sisi Harish sekarang. Karena Harish menemuinya hanya untuk bersenang-senang. Bagi Harish, Sabine hanyalah mainan baru yang terbungkus rapi dan bersegel dari pabrik. Tapi, barang baru, akan tetap usang dan ditinggalkan suatu hari nanti. Lalu kemudian ia akan kembali pada perempuan favoritnya.
Perempuan itu kini berpapasan dengannya saat ia ingin turun dengan elevator. Wajahnya tampak lesu. Laura tampak cukup terkejut menemukan Sabine di tempat yang tak seharusnya.
"Kenapa kamu masih ke sini?" perempuan itu bertanya; dia tidak sesinis Della. Namun, bukan berarti dia sedikit lebih menyukai Sabine.
Sabine menatap ke wajah Laura yang tenang itu tanpa jawaban. Rasanya tidak perlu menjawab pertanyaan itu karena Laura pasti tahu bahwa Harish memanggilnya bukan untuk urusan pekerjaan. Mengabaikan Laura, Sabine melewatinya begitu saja. Saat itu ia sempat melihat raut perempuan anggun itu ketika ia memutar badannya untuk menyaksikan Sabine masuk masuk ke elevator. Mereka seperti sedang bercermin ketika saling berhadapan satu sama lain; nasib mereka sama, mencintai seseorang yang tidak bisa mencintai siapa pun atau apa pun dalam hidupnya.
Pintu elevator menutup; lalu hening. Sabine menghembuskan nafas kasar lagi sambil menyandar ke sisi kanannya.
Laura bukanlah perempuan antagonis di kebanyakan sinetron dan drama yang berperan untuk merebut pemeran utama pria dari pemeran utama perempuan; Sabine tahu itu. Kebanyakan dari mereka selalu menimbulkan konflik yang berat dalam cerita. Tapi, dalam kisah ini, justru Sabine sendirilah tokoh jahat yang muncul untuk merebut seorang pria dari kekasihnya.
Reminder:
Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)
Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana. Jangan khawatir, tampilan blog aku hampir sama seperti interface webnovel pada umumnya.
Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...