Ch. 21 - ENIGMATIC

259 17 0
                                    

November 2014....

Roland adalah menantu di Keluarga Salim; ia memimpin Athlon setelah wasiat ayah mertuanya, Andreas Salim, yang meninggal dua tahun lalu memintanya mengurus perusahaan itu –padahal dia memiliki seorang adik ipar laki-laki, tapi kabarnya orang itu lebih banyak membuat masalah sehingga perusahaan dipercayakan kepada Roland. Ia juga mendapatkan dukungan penuh dari ibu mertuanya, Vivian Salim.

Ternyata tidak ada satu pun anak-anak Keluarga Salim yang bekerja di Athlon. Setiap posisi yang penting diisi oleh orang-orang luar. Sebenarnya itu cukup 'amis'.

Istrinya, Helena, adalah seorang wanita yang cantik; Sabine melihat foto pernikahan mereka terpajang di atas meja kerjanya. Roland hampir selalu menjeda rapatnya untuk mengangkat telepon istrinya itu dan selalu berbicara dengan lembut padanya. Pernikahan mereka tampak begitu bahagia walaupun sampai saat itu belum juga dikaruniai seorang anak.

"Istri saya meminta saya pulang lebih awal hari ini," dia berkata pada Sabine setelah satu rapat seharian berlalu dan Sabine sedang membersihkan ruangannya. "Karena hari ini ulang tahunnya. Menurut kamu apa kado yang cocok untuknya?"

"Kenapa Pak Roland malah bertanya ke saya? Pak Roland pasti lebih tahu apa yang disukai Bu Helena," jawab Sabine sekenanya sambil tersenyum lucu.

Roland hanya tersenyum simpul. "Dia wanita yang punya segalanya, Sabine," jawab dia. "Apa lagi yang bisa diberikan oleh orang seperti saya?"

"Jangan berpikir begitu, Pak," ujar Sabine. "Saya jadi ingat almarhum Mama saya. Di hari ulang tahunnya, Papa saya hanya membawakan bunga dan sekotak coklat. Mama saya senang sekali."

"Oh ya?" Roland agak tertegun. "Sepertinya ibu kamu wanita yang beruntung."

Sabine mengangguk; tersenyum getir. Tapi nasibnya berakhir tragis di jalan raya bersama dua orang anaknya. Mereka tewas di tempat dan Sabine menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri.

"Baiklah, Sabine. Setelah pekerjaan kamu selesai kamu boleh pulang," katanya lalu pergi meninggalkan kantor lebih dulu.

Tapi, kemudian Sabine tahu bahwa Roland adalah pria dengan banyak sisi. Dia tampak begitu menyayangi istrinya. Namun, dia bukanlah lelaki yang setia. Dia memiliki wanita lain bernama Nadia, seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun yang sudah menikah dan punya satu orang anak selaligus kepala departemen pemasaran Athlon yang kantornya berada di lantai bawah –ini juga yang membuat Sabine meragukan bahwa ia adalah pacar rahasia Jessica. Hubungan Roland dan Nadia sudah lama menjadi rahasia umum di kantor.

Satu-satunya alasan yang membuat Roland memiliki wanita lain adalah Helena yang ternyata menderita depresi; bahkan sebelum menikah dia sudah seperti itu. Tuduhan buruk lainnya pun mengikuti; Roland sengaja menikahi perempuan 'sakit jiwa' itu hanya demi harta keluarganya dan pantas begitu dibenci oleh adik iparnya.

Di satu sisi lagi, ia bisa terlihat tegas dan bijaksana di depan semua pegawainya saat rapat umum. Di satu sisi yang lainnya ia juga bisa terlihat bengis dan orang yang selalu menjadi pelampiasan kekesalannya adalah asisten pribadinya –seorang laki-laki berusia tiga puluhan bernama Antoni.

Seringkali dengan emosi, Roland melempar Antoni dengan apa pun yang ada di tangannya.

"Begini saja kamu tidak becus!" cercanya, diikuti dengan makian kasar lainnya yang membuat Sabine merinding.

Butuh waktu lama bagi Roland untuk meredakan emosinya sampai ia kembali tenang lalu bersikap seolah tidak ada kejadian apa-apa.

Tapi, ia adalah sosok yang berbeda lagi saat berhadapan dengan ibu mertuanya, Vivian Salim. Ia seperti seorang anak baik yang patuh pada ibunya.

Vivian sendiri, seperti kebanyakan ibu-ibu keturunan taipan pada umumnya terkesan angkuh, dingin dan tegas; seringkali tanpa ekspresi. Sosoknya yang klimis dan rapi, mengingatkannya pada Anna Wintour tapi versi oriental dengan rambut model bobnya berwarna hitam pekat. Dia adalah putri tunggal dari keluarga Hadidjati yang menguasai bisnis di sektor perbankan.

Namun pertama kali Sabine bertemu wanita itu ia memandangi Sabine cukup lama seolah ada sesuatu di wajahnya sampai gadis itu kebingungan dan salah tingkah.

"Ada apa, Ma?" tegur Roland yang memperhatikan sikap aneh ibu mertuanya itu.

Ia menggeleng; mengalihkan pandangannya dari Sabine yang baru saja menaruh teh chamomile untuknya yang ia lirik dengan perasaan jijik.

"Tidak ada," jawab dia, menoleh pada menantunya yang heran. "Sejak kapan asisten kantor kamu diganti?"

"Sejak sebulan yang lalu," jawab Roland. "Yang lama mengundurkan diri karena menikah."

"Siapa yang merekomendasikan dia?" tanya wanita itu, sedikit mengawasi Sabine yang sudah kembali ke mejanya yang berada di sudut dan sesekali menatap Vivian dengan khawatir.

"Dia melamar dan lolos kualifikasi. Mama tidak menyukainya?"

"Bukan. Hanya saja...," Vivian melirik Sabine lagi yang kini sedang menyortir lembaran surat di mejanya. "Ada baiknya kamu menyeleksi pegawai kamu dengan teliti termasuk latar belakangnya."

Roland hanya mengangguk-angguk; mengamati Sabine sebentar sebelum mereka mulai bicara masalah perusahaan.

Sebenarnya Sabine mendengar omongan Vivian yang agak menyinggung itu. Memangnya ada apa dengan latar belakangnya?

Vivian bahkan masih menatapnya sinis saat ia akan meninggalkan kantor Roland dan bahkan sama sekali tidak menyentuh teh yang ia bawakan seperti takut diracun.

Namun, di depan Sabine, ia adalah pria yang ramah. Dia tidak pernah memarahi Sabine seperti ia memarahi Antoni. Karena itu... Sabine begitu menghargainya dan bahkan menganggap Roland seperti ayahnya sendiri.

***

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks

MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang