Masa 'cuti' telah selesai. Sabine datang lebih awal karena khawatir Harish sudah lebih dulu sampai di kantor. Orang itu biasanya datang lebih pagi dari yang lain. Kadang dia menginap kalau pekerjaannya belum selesai. Ia tidak mau orang itu menyindirnya lagi karena terlambat.
Setiap pagi, biasanya Sabine akan memastikan ruangan CEO bersih dan rapi. Tapi, sebelum ia mendorong pintunya dan masuk, Sabine memastikan pakaiannya sendiri sudah rapi dan tepat. Karena tatapan Harish yang seringkali memandanginya dari ujung kaki ke ujung kepala cukup membuatnya tidak nyaman.
Ya, buatlah ini menjadi wajar, Sabine.
Ia tengah membayangkan Harish duduk di sana dan sudah mulai bekerja. Tidak menutup kemungkinan dia akan mengatakan hal-hal yang menyinggung lagi begitu melihat Sabine masuk. Tapi, ternyata ruangan itu kosong. Harish belum datang. Di atas meja ada setumpuk dokumen yang harus ditanda tangani.
Saat Sabine mulai memeriksa dokumen itu untuk mengurutkan prioritasnya, seseorang terdengar membuka pintu dan masuk. Sabine pun terkesiap. Akhirnya Harish datang; pikirnya dan refleks menoleh ke belakang.
Ternyata hanya Della, sekretaris Harish yang masuk tanpa mengetuk pintu. Seorang perempuan berusia sekitar dua puluh empat atau dua puluh lima yang selalu datang ke kantor dengan dandanan penuh lengkap dengan riasan mata nuansa gelap dan bulu mata palsu.
"Pak Harish pergi dalam perjalanan bisnis selama seminggu ke Beijing," Della memberitahunya dengan nada yang sama sekali tidak ramah. Belum lagi caranya menatap remeh Sabine yang langsung berubah gusar. "Jangan mengatakan kamu tidak tahu."
Beijing?
"Aku hanya asisten kantor, bukan sekretaris yang harus selalu tahu jadwal," balas Sabine kesal; tapi sebenarnya agak lega untuk seminggu ke depan ia tidak akan bertemu Harish.
Della masih menatapnya sinis lalu memutar matanya. Sejak awal mengenalnya, Della memang tidak menyukai Sabine. Dulu Roland begitu membanggakan asisten kantornya itu. Selain karena cantik, Sabine tidak seperti kebanyakan fresh graduate lainnya.
Harus diakui gadis dua puluh tahun itu seperti daun pada pucuk tanaman yang terlihat lebih hijau dan segar dibandingkan daun-daun pada bagian bawahnya. Sabine mempunyai sepasang bola mata coklat terang dan hidung mancung yang kecil. Dari perawakannya, orang sudah bisa menebak bahwa dia punya darah campuran. Rambutnya panjang dan bergelombang dan sedikit pirang; bahkan saat ia menguncirnya dengan berantakan pun, ia tetap menawan. Tubuhnya langsing dan lumayan tinggi. kabarnya dulu ia seorang penari balet di salah satu sekolah balet ternama di Jakarta.
Tampilannya lugu seperti seorang gadis baik-baik yang pakaian dan tutur katanya sopan. Bahasa Inggrisnya fasih seperti native speaker; dia juga bisa menerjemahkan dokumen bahasa Inggris dengan akurat. Pernah juga ia terdengar berbahasa mandarin dengan salah satu tamu yang berasal dari Tiongkok. Bahkan juga ada yang pernah mendengarnya berbahasa Prancis saat ia mengantarkan tamu asing lainnya ke lobi. Dia juga bisa mengetik dengan cepat.
Dengan visualnya yang menarik, seharusnya dia menjadi model atau selebriti. Biasanya anak-anak blasteran akan lebih mudah terkenal. Hanya saja Della menilai Sabine yang tidak pernah terlihat bergaul dengan pegawai lain tampak begitu sombong. Sepertinya gadis itu sengaja tidak berteman dengan siapa pun supaya rahasia kotornya tetap aman. Della juga curiga ada sesuatu antara Sabine dan Harish karena ia tidak pernah mendengar Sabine memanggil Harish dengan sebutan 'Bapak'; ia bahkan pernah mendengar sepintas Sabine memanggil bos mereka dengan nama saja. Mengingat riwayat bos baru yang punya reputasi buruk soal berurusan dengan wanita, mungkin saja pernah ada sesuatu di antara mereka sebelumnya.
"Seharusnya kamu bersyukur, pengunduran diri kamu masih ditangguhkan bahkan setelah kamu sengaja bolos dua minggu lebih dan berkelakuan seenaknya. Tidak ada karyawan yang nasibnya sebaik kamu," celetuk Della ketus.
"Bukan salahku aku tidak dipecat sampai sekarang," timpal Sabine yang tak kalah ketus dan menatap perempuan itu dengan menantang.
Menjadi gadis jalang bahkan tak cukup untuk dipecat secara tidak hormat; yang ada Harish tetap menyuruhnya bekerja. Justru Sabine benar-benar ingin dipecat dari pekerjaan ini supaya tidak perlu berurusan dengan Harish dan sekretarisnya yang menyebalkan; ini baru satu. Harish juga punya asisten pribadi yang bernama Laura yang hampir tidak pernah bertegur sapa dengan Sabine karena ia berkantor di perusahaan keluarga yang lain.
Harish bersikap biasa saja terhadap Della, tapi dengan Laura mereka lebih terlihat seperti teman dekat daripada partner kerja; semua tahu itu dan beranggapan mungkin mereka punya hubungan yang cukup serius.
"Apa yang kamu lakukan kali ini?" tanya Della, padanya tampak mencurigai. "Kamu juga merayunya?"
Merayu?
"Tapi, biar aku beri tahu. Apa pun yang kamu lakukan akan sia-sia," katanya lagi, sambil tertawa penuh hinaan. "Tidak ada yang lebih pantas didapatkan oleh gadis jalang seperti kamu selain hukuman. Semua orang di sini membenci kamu, Sabine."
Inilah alasan Sabine benci pergi ke kantor. Padahal sudah bagus ia tetap berada di rumah. Ini hanya satu dari sekian banyak kepala yang terlanjur menuduhnya dengan hal-hal yang tidak pantas. Tapi, laki-laki itu tetap memaksanya datang di saat semua pekerjaannya bisa dilakukan orang lain.
"Kalau kamu pikir... kamu bisa memanfaatkan wajah kamu yang cantik dan tubuh kamu yang murahan untuk cari aman, itu tidak akan bertahan lama. Seperti yang biasa dia lakukan, dia mungkin tidur dengan kamu karena kamu cantik, tapi... dia akan membuang kamu begitu dia puas memberi kamu pelajaran."
Semua orang tahu kebiasaan buruk bos baru mereka. Dulu, Harish suka sekali menggoda sekretaris ayahnya sampai ada yang dipecat karena tertangkap basah bermesraan di kantor. Dia memang sengaja melakukannya untuk membuat ayahnya kesal. Dia tidak terlalu peduli perasaan gadis-gadis yang telah diberinya harapan palsu asalkan tujuannya tercapai. Sama seperti yang ia lakukan pada Sabine saat ini. Meski Harish tidak pernah menyentuhnya, tapi dengan terus membuatnya datang ke kantor dan mendapatkan perlakuan tidak adil semacam ini juga tidak ada bedanya daripada diberi harapan palsu, ditiduri, kemudian dicampakan.
Setelah ia kembali ke meja-nya untuk mulai bekerja, ia menerima telepon dari bagian HRD; biasanya itu adalah panggilan yang selalu membuat karyawan manapun langsung berfirasat buruk. Tapi, saat Roland masih jadi CEO, Sabine hampir tidak pernah masuk ke ruang manajer HRD karena melakukan kesalahan. Jadi, Sabine tidak tahu apa yang sebenarnya akan ia terima selain dari penghinaan yang berlarut-larut ini.
Reminder:
Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)
Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.
Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...