Kehidupan seorang Harish Andreas Salim yang tak benar-benar dimulai sejak ia lahir; justru ketika ia telah berusia delapan tahun.; 1996. Hari di mana ia harus meninggalkan rumah tempat ia tumbuh dalam keluarga yang harmonis yang ia kira adalah keluarganya. Tapi, semua itu adalah kebohongan.
Ketika mengingatnya lagi seolah baru kemarin. Hari-hari yang menyenangkan di tempat yang sebenarnya adalah pengasingan baginya, ia dibawa pulang ke rumah Keluarga Salim dan disambut oleh pria yang selalu mengaku sebagai ayahnya. Harish baru menyadari bahwa sejak lahir hingga saat itu ia telah dititipkan di rumah kerabatnya untuk menghindari konflik antara ayah dan ibunya yang telah berlangsung bahkan sejak mereka menikah. Tapi, itu masih bukan yang terburuk dari segalanya.
Di suatu siang; usianya tiga belas; tahun 2001, Harish dan ayahnya sedang bermain bola di stadion bersama beberapa orang bodyguard. Tapi, karena terlalu asyik bermain dengan bodyguard-nya ia sampai tidak menyadari bahwa sang ayah menghilang dari pandangan. Lalu dari kejauhan Harish melihatnya dijemput oleh dua orang pegawainya untuk pergi ke sisi lain stadion. Harish yang beralasan ingin ke toilet, pergi meninggalkan permainan hanya demi ingin tahu ke mana dia pergi; yaitu sebuah ruangan rahasia di mana beberapa orang sudah menunggunya.
Ada Roland juga di sana; orang ini sudah bekerja cukup lama dengan ayahnya. Tapi, bersama mereka, Harish melihat seorang laki-laki lain yang duduk di kursi dalam keadaan terikat. Wajahnya sudah babak belur. Harish tidak tahu apa yang ayahnya katakan pada orang yang disekap itu. Roland menyerahkan sepucuk senjata api padanya dan ia menyaksikan bagaimana sang ayah menghabisi nyawa laki-laki malang itu dengan satu tembakan di kepala.
Bagaimana itu tidak akan menjadi sebuah trauma? Seorang anak kecil yang baru belajar menyayangi sang ayah yang telah menelantarkannya selama delapan tahun juga baru tahu bahwa ia juga adalah seorang pembunuh.
Roland melihat Harish ada di sana. Tapi, ia tak tahu alasannya tidak memberitahu sang ayah bahwa Harish melihat semuanya. Tidak lama setelah itu sang ayah menikahkan Helena dengan Roland. Dari sekian banyak pria yang jauh lebih baik dan mapan daripada dia, Harish tidak mengerti mengapa mereka malah memilih orang itu.
Untuk tahun-tahun selanjutnya, keinginannya tidak lagi sama. Harish ingin menjadi apa saja asal tidak menjadi seperti ayahnya. Ia tidak pernah lagi ikut dengannya atau menghabiskan waktu bersama. Harish selalu mengatakan tidak terhadap semua yang ayahnya inginkan untuk ia lakukan. Kecuali ketika ia mengirimnya ke sebuah boarding school di Amerika, ia langsung menyetujuinya karena ingin melarikan diri dan bebas. Masa remajanya lebih banyak dihabiskan untuk pergi dengan teman-temannya berusaha melenyapkan kengerian yang terjadi di stadion itu dari benaknya.
Saat ia menemukan apa yang ia cari, kebebasan dan lepas dari bayang-bayang sang ayah, ia memutuskan untuk tidak kembali lagi bahkan setelah lulus kuliah. Tapi, sang ayah tidak pernah melepaskannya dan mengira bahwa pemberontakan yang ia lakukan hanya kenakalan biasa anak laki-laki di masa puber. 2007, ia mengutus Roland untuk membawa Harish pulang.
Itu pertama kali Harish bicara serius dengan kakak iparnya. Namun yang ia lihat saat itu datang padanya bukanlah Roland yang selalu ingin ia bunuh. Dia hanya seorang pria yang ingin meminta kebebasannya, tapi, Harish malah menganggapnya omong kosong.
"Saya tidak punya banyak waktu untuk ini...," gumamnya. "Dewasalah, Harish. Apa yang kamu tahu soal pahlawan hanya karena dia menyelamatkan orang-orang? Kamu... sama sekali tidak melihat bahwa untuk menyelamatkan orang-orang terkadang pahlawan juga harus membunuh?"
Pertanyaannya membuat Harish tertawa. "Orang di stadion itu tidak kelihatan seperti seorang penjahat," tukasnya. "Dia kelihatan seperti kamu jauh sebelum sekarang... seorang gelandangan. Dan apa yang bisa diperbuat seorang gelandangan sampai dia harus ditembak mati?"
"Jadi semuanya masih soal hari itu?"
"Kamu kira apa?"
"Ayahmu mengira bahwa kamu akan mengetahui hal-hal seperti itu setidaknya setelah kamu cukup dewasa dan mengerti; untuk semua kesenangan yang kamu nikmati sekarang ada banyak cerita di baliknya...."
"Kesenangan macam apa, Roland? Kamu, ayahku, dan aku tahu bahwa semua yang kita lihat di makan malam keluarga itu palsu. Aku rasa justru kamu yang menikmati kesenangan semacam itu. Bukannya kamu senang saat menjadi diriku ketika aku sedang tidak ingin bermain 'keluarga bahagia'? Kamu menjadi sosok anak laki-laki yang begitu diinginkannya...."
Rautnya mengeras; Roland yang biasanya berwajah datar dan dingin terlihat marah. Dia menatap Harish tajam. "Harish... kamu sama sekali tidak tahu apa yang harus saya tinggalkan dengan terpaksa... dan apa yang mungkin akan terjadi jika saya... tidak bersedia untuk duduk di sana bersikap saya begitu mencintai kakak perempuan kamu yang menderita sakit jiwa...."
Harish malah tertawa meledeknya di saat yang sama mendengarnya menyebut Helena sakit jiwa hatinya tercabik menjadi potongan kecil–meski dia memang benar soal itu.
"Kamu bersedia melakukan apa saja.... tapi apa pun itu... semuanya sudah terbayar. Kamu bukan lagi gelandangan yang dipungut Papa-ku dari jalanan. Sekarang kamu juga memanggilnya ayah. Di mana lagi kamu bisa mendapatkan hal seperti itu?"
"Harish, kamu harus tahu satu hal tentang saya. Sebenarnya saya sama sekali tidak mau menjadi bagian dari kalian... sungguh. Kamu saja yang keturunan ayahmu, berusaha menolak mati-matian semua itu 'kan?"
Tak bisa diingkari karena itu benar.
"Saya datang ke sini, membuang waktu saya yang berharga demi untuk bicara dengan seorang anak kecil yang masih mencari jati dirinya hanya karena saya ingin melepaskan diri dari keluarga kalian yang mengerikan. Dengar, anak kecil, saya... juga punya kehidupan di luar sana.... saya... tidak mau mempertaruhkan sesuatu yang berharga bagi saya demi harta warisan keluargamu yang didapatkan dari darah orang lain...."
"Kalau begitu pergilah tanpa perlu menyeretku pulang. Jangan membodohiku. Aku tidak pernah peduli kamu mengambil semuanya dariku sekali pun!" kataku."Aku tidak mau menjadi seorang pembunuh dan bersikap seolah-olah ayahku adalah seorang pria yang mencintai keluarganya. Aku sudah tahu semua kepalsuan ayahku!"
Naif dan bodoh. Harish melarikan diri sejauh yang ia bisa walaupun itu hampir tidak mungkin. Tanpa pernah tahu kemudian ia ingin menarik kata-kata itu lagi.
Reminder:
Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)
Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.
Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks
![](https://img.wattpad.com/cover/305415491-288-k785239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...