Ch. 58 - ENCOUNTER

154 10 0
                                    

Sebatang rokok tidak cukup membuat Harish lega setelahnya. Ia benar-benar berpikir untuk pergi dari tempat itu karena besok ia harus kembali bekerja dan melakukan banyak hal melelahkan. Dirinya pikir, klub dan pesta, minuman dan gadis-gadis, harus ia buang dari hidupnya. Mungkin kokain juga. Masalah dengan perempuan gila itu cukup membuatnya tidak tenang dan ia sedikit jera karena itu menyulut kemarahan besar dari ibunya. Bermain-main ternyata juga sangat melelahkan; dan tidak ada gunanya lagi. Sang ayah telah membawa mati semua kekecewaannya dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain terus hidup untuk dirinya sendiri.

Pada dasarnya Harish merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling kesepian di dunia ini. Tapi, ia tidak bisa mengisi hatinya dengan segala hal yang membuatnya lemah –terutama cinta. Meskipun Laura seringkali memperingatkan –selama seseorang masih mempunyai hati, dia pasti akan jatuh cinta, tak terkecuali itu dirinya. Dan hanya waktu yang bisa menjawab kapan dan siapa.

Namun, hatinya terasa hampa. Sangat mudah menyukai seorang gadis dan kemudian melupakannya di hari berikutnya. Harish bahkan bisa lupa namanya tak lama setelah tidur dengannya. Ia tak yakin, orang seperti dirinya bisa mencintai seseorang –ia tidak pernah merasakan keinginan yang begitu besar terhadap seseorang. Itu adalah kutukan. Dan di usia yang mulai dekat dengan kepala tiga, Harish tak tahu seperti apa rasanya benar-benar jatuh cinta. Yang ia tahu hanya dorongan di dalam dirinya yang hanya menginginkan hubungan fisik dan tak pernah lebih. Saat seseorang mencoba mencintainya, ia menjauhinya karena tak mau terikat dengan mereka. Kecuali Laura, dia membutuhkan sekretaris almarhum ayahnya itu untuk banyak hal di luar nafsu dan sejenisnya. Tapi, akhir-akhir ini, dengan Laura semuanya lama kelamaan menjadi semu.

Harish juga tak percaya pada cinta kalaupun itu sesuatu yang nyata dan pernikahan hanyalah omong kosong di atas kertas. Yang paling nyata adalah kebutuhan biologis dan egoisme diri untuk bisa merasa puas. Baginya... perasaan semacam itu mudah terpuaskan; mungkin itulah yang membuatnya mulai 'bosan' dengan Laura. Ia tidak ingin terjebak dalam perasaan yang ambigu terhadap wanita yang terlanjur hadir dalam hidupnya karena keisengannya saja.

Namun di tengah rasa frustasi yang tiba-tiba lewat di kepala, sosok berambut merah itu lewat di depannya saat ia pikir ingin pulang dan beristirahat. Harish langsung menyukainya; tentu. Siapa yang tidak akan tertarik dengan gadis secantik itu? Saat melihatnya hampir rubuh di depan toilet wanita, kakinya tiba-tiba berlari mengejarnya setelah ia membuang puntung rokok yang masih menyala begitu saja.

"Kamu tidak apa-apa?" tegurnya dan saat itu dia menoleh dengan wajah yang benar-benar merah; merah karena dia mabuk dan sepertinya mengalami gejala yang biasa pada orang yang tak terbiasa dengan alkohol.

Gadis itu memiliki sepasang mata bulat seperti boneka. Make up tebal akhir-akhir ini memang digunakan untuk menyembunyikan kekurangan di wajah. Tapi Harish yakin –tanpa make up tebal di matanya yang hitam dan bibirnya yang merah menyala itu dia memang cantik. Hidung kecil yang mancung dan bibir yang penuh; dan kulitnya yang terasa lembut.

Begitulah Harish bertemu dengannya.

Gadis itu memperbaiki rambutnya yang dikuncir ke atas; Harish bisa melihat tetesan keringat mengalir di pelipisnya dan butiran-butiran basah itu juga terlihat di leher hingga ke dadanya yang sedikit terbuka.

Matanya terlalu jeli untuk menangkap hal-hal semacam itu. Dan Harish tidak bisa mengingkari bahwa yang pertama kali ia lihat darinya adalah wajah dan bentuk tubuh yang membuatnya berfantasi kalau saja ia segera membawanya pergi dari sini dan singgah di hotel terdekat untuk... yah, melihat semua yang terhalang oleh setelannya yang terlalu menggoda.

Tapi, gadis ini terlihat amat canggung. Dan dia duduk dengan amat sopan seperti peserta kelas etiket –Harish pernah ikut kelas semacam itu sejak kecil dan itu adalah kelas yang paling membosankan yang pernah ia ikuti. Lalu mulai menebak-nebak; siapa orang tuanya, dari perusahaan mana, dari bisnis di bidang apa.

Dia berbeda; Harish tahu itu. Karena dia terlihat tidak nyaman; dia beberapa kali mengusap tengkuknya dan berusaha menghindari tatapan Harish. Sikapnya sangat mengusik ego; di saat biasanya para gadis akan menunjukan kemampuan terbaik mereka jika dirinya telah menentukan pilihan dengan mendekat. Tapi, gadis ini, sepertinya tidak menjadikan dirinya pilihan. Memang ia sedang memandanginya seperti ia akan menelanjanginya saat ini; ini sesuatu yang normal bagi lelaki tapi...

Ketika akhirnya mereka menari di tengah kerumunan dia menari lagi dan karena dia atraktif; beberapa orang di sekitarnya mulai memutar badan mereka ke arah si rambut merah yang tampaknya tidak peduli. Ujung mini dress-nya ikut bergoyang ke sana kemari; dan kakinya lincah mengikuti gerakan tangannya saat dia menari.

Harish akan benci ini; ia mendekatinya hanya untuk menunjukan pada mata-mata yang lapar itu bahwa gadis cantik itu tidak sendirian; yah, dirinya juga tidak berbeda dengan mereka –ingin merangkulnya saat dia menari seperti itu.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya dia setengah berteriak ketika Harish berhasil menyusulnya.

"Mengusir lalat," jawabnya dan ia tertawa sambil memperhatikan sekitarnya.

"Aku pikir kamu merindukan masa muda," katanya.

"Kenapa kamu berkata begitu seolah aku tidak muda lagi?" balasku sambil mendengus. "Aku belum tua."

Dia berada dalam jarak yang sangat dekat saat dia menarik lengan Harish; mengajaknya ikut menari. Lalu setelah rasanya cukup kehilangan dirinya di dalam 'time loop' dari eforia musik klub seolah ia berada di Prom Night SMA dengan gadis yang menarik, tatapan mereka bertemu dalam jarak yang dekat; dalam langkah-langkah kecil yang sedikit kelelahan. Untuk sesaat Harish tenggelam dalam hitam bola matanya yang memantulkan kembali bayangannya seperti menunggunya sedikit merendahkan kepala agar dapat meraih bibir nya yang terbuka.

Harish percaya dia akan menerima dirinya. Harish penasaran, akan seperti apa jadinya saat ia akhirnya menari di tempat tidur dengan gadis ini. Ia benar-benar ingin menikmatinya seperti seorang lelaki mesum.

Namun tepat sebelum bibir saling bertemu, dan Harish pikir telah mendapatkannya, ia harus menerima kenyataan bahwa di depannya saat ini kosong; seolah ia baru saja menari dengan hantu atau seseorang dari halusinasinya –karena gadis itu terlalu sempurna, bahkan untuk orang seperti dirinya.

Gadis itu telah menghancurkan malamnya saat ia kira ada sesuatu yang berbeda dari malam-malam yang pernah berlalu. Namun, setelah acara selesai, Harish mencari si rambut merah dan bahkan menanyakannya pada orang lain tapi, dia telah menghilang sepenuhnya seolah gadis itu tak benar-benar pernah ada; hanya fantasinya saja.

Lagu semalam terus terngiang di telinganya sampai keesokan pagi ketika ia terbangun sendirian di salah satu kamar hotel terdekat; itu malam yang berbeda dari yang telah berlalu –Harish tidak membawa siapapun bersamanya.

Shut up and dance with me

Shut up and dance with me

Shut up and dance with me

Shut up and dance with me

Gadis itu seolah-olah masih menari di ruang mata. Pikiran tak sepenuhnya berada di tubuhnya. Di luar, hujan masih mengguyur sejak pagi di mana ia bangun dengan kepala berat seperti baru saja dihajar. Segala hal setelah pesta Natlia memang tidak berjalan baik dan itu mempengaruhi caranya menghadapi orang-orang tapi dia tidak bisa melupakan gadis itu walaupun ia tak pernah tahu namanya.

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks


MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang