Februari 2016....
Begitu hari kerja dimulai lagi, Sabine tetap datang ke kantor walaupun untuk pekerjaan receh seperti fotokopi dokumen, mengantar berkas dan meminta tanda tangan pekerjaan itu adalah semua yang tidak mau dilakukan oleh sekretaris pemalas yang membuatnya sibuk dan harus pulang terlambat hampir setiap hari. Daripada tidak sama sekali sekaligus dituduh hanya makan gaji buta, ia tetap melakukannya.
Tapi, di mata Della, gadis itu tampak mulai memainkan peran sebagai gadis teraniaya dengan mengerjakan tugas sepele yang sengaja ia berikan untuk sekedar mempermainkannya. Sabine yang biasanya angkuh; beberapa hari terakhir tampak lebih sering mengalah. Sabine juga hampir tidak pernah bicara padanya dengan nada tinggi lagi.
Sementara Harish bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa saat mereka berpapasan; ia tetap menunjukan 'gengsi'-nya di hadapan pegawai lain yang berada di sekitarnya. Tak pernah ada pembicaraan tentang malam itu; bahkan tak juga bicara soal pekerjaan. Memandangi rekan-rekannya yang sibuk dengan deadline dan target perusahaan, membuat Sabine berkecil hati. Ia tidak melakukan hal yang penting dalam sejarah karirnya. Keberadaannya tak lebih dari sekedar panjangan atau mungkin 'seonggok' sampah yang sengaja dibiarkan berada di tempatnya sebagai peringatan.
Namun, ketika telepon di atas mejanya berbunyi, ia kembali merasa gelisah.
"Ke kantor, sekarang," perintah suara di seberang sana.
Sabine melirik jam dinding; sudah hampir jam lima, seharusnya ia sudah bersiap-siap untuk pulang. Tapi, Harish malah memanggilnya.
Ia tidak tahu bagaimana cara menghadapi bosnya itu jika ia diharuskan masuk ke ruangan. Tak akan mudah baginya walaupun ia sudah mengatakan pada dirinya berulang kali: tak akan ada yang berubah selama ia tidak jatuh pada perasaannya sendiri.
"Ba..baik...," sahutnya gugup.
Lututnya gemetaran saat ia melangkahkan kakinya melewati pintu itu.
"Ada apa?" tanya Sabine pada Harish yang terlihat serius di depan komputernya.
"Lihat sekeliling kamu," kata dia kedengaran marah.
Dengan takut-takut, Sabine memperhatikan sekitarnya. Berkas-berkas di meja. Kursi-kursi di ruang pertemuan yang membuat stress penderita OCD. Juga tumpukan map di lantai yang berada tidak jauh dari meja kerja Harish.
"Akhir-akhir ini kamu jarang masuk untuk membereskan ruangan sampai aku harus memanggil office boy," kata dia.
Kenapa dia tidak menyalahkan sekretarisnya yang tampaknya sengaja membuatnya sibuk di luar?
"Bukan berarti karena aku belum mengeluh, kamu bisa acuh dengan tugas kamu."
"Ma... maaf...," ucap Sabine dan langsung melakukan tugasnya.
Harish kembali melanjutkan pekerjaannya setelah Sabine mulai bekerja. Menyingkirkan sampah-sampah kecil di meja sisa dari pertemuan sebelumnya. Menyusun kursi-kursi dan menyisipkannya ke bawah meja. Mengembalikan berkas-berkas ke tempatnya semula dan hal-hal kecil lain yang posisinya tidak pada tempatnya. Sementara telepon Harish seringkali berbunyi. Suara Harish yang berbicara terdengar setiap saat. Lalu lima menit kemudian Della datang membawakan beberapa berkas.
"Saya pulang dulu, Pak," katanya pada Harish yang hanya menanggapinya dengan kode agar Della segera pergi karena dia sedang menelepon. Della sempat melirik ke arah Sabine sebelum ia keluar dengan langkah angkuhnya –tatapannya agak sinis sekaligus mencurigai.
Harish masih menelepon untuk sepuluh menit ke depan di mana Sabine telah menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
"Harish, aku mau pulang," katanya pamit
"Tunggu," dia berkata; menjeda pembicaraannya di telepon beberapa detik lalu melanjutkannya sampai selesai.
Sabine masih berdiri di depan meja dan menunggu dengan gelisah –apa lagi sekarang? Lagi-lagi ia melirik jam di dinding yang menunjukan pukul enam. Sebentar lagi gelap dan ia ingin cepat-cepat sampai di rumah.
"Ada apa?" tanya Sabine begitu Harish selesai berbicara di telepon.
Tanpa menjawab, Harish berdiri dari kursinya dan langsung menghampiri Sabine yang terkesiap.
Dia mau apa?
Jantungnya kembali berdetak keras dan pikirannya mulai tidak tenang saat melihat lelaki itu tersenyum; namun bukan senyum yang ramah. Lebih seperti sebuah seringai iblis yang mengerikan sekaligus menawan, terlebih ketika ia mendekat dan langsung saja menyambar Sabine dengan bibirnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sabine yang kebingungan.
"Coba tebak," jawabnya lagi, masih memberinya seringai yang sama diikuti ciuman yang lebih keras. "Apa kamu tidak merindukanku?"
Entahlah.
Sabine kira ini akan mudah karena Harish tidak akan memberi harapan yang menimbulkan kesalahpahaman seperti yang Jessica dapatkan darinya. Sabine akan melupakan kejadian malam itu begitu ia bertemu orang lain –seorang kekasih yang sesungguhnya.
Dan andai semuanya sesederhana itu.
Kebodohannya telah menaruh Harish selangkah di depan. Yang ia takutkan telah terjadi. Sedikit demi sedikit ingatan tentang malam tahun baru kembali padanya berikut juga penyesalan. Memandangi senyumnya yang selalu membuat Sabine tersipu, ia tak berdaya. Seperti baru diracuni, tubuhnya mendadak lumpuh. Untuk kemudian dirasuki oleh pesona yang selalu menggoda jiwanya walaupun ia tahu lelaki itu masih seorang bajingan.
Harish duduk di sofa; menunggu dengan senyum yang selalu mengatakan 'datanglah ke pelukan iblis, kamu akan terjebak selamanya'. Ia juga mengulurkan tangannya dengan percaya diri bahwa Sabine akan segera meraihnya tanpa pertanyaan 'apa kamu mencintaiku?' lagi, agar ia mendekat dan dia tidak perlu menjawab.
Tetap saja ini hubungan dengan perasaan sepihak. Salah seorang akan terluka, dan orang itu pasti adalah Sabine. Namun ia tidak memikirkannya ketika kembali jatuh dalam dekapan lelaki itu lalu bermesraan dengannya. Tidak peduli bahwa mungkin dirinya bukan satu-satunya wanita yang dia beri rasa seperti ini. Tidak peduli semua ini akan berakhir suatu hari nanti. Tidak peduli akan berat bagi Sabine melepaskannya di saat itu harus. Hanya saat ini Sabine bisa melihatnya begitu mendambanya; seakan Sabine adalah satu-satunya yang membuat dia bergairah dan puas dalam waktu bersamaan. Hanya itulah yang bisa Sabine miliki darinya sebelum semuanya selesai....
Reminder:
Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)
Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.
Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...