Ch. 42 - SIMILARITY

212 13 0
                                    

Sekilas, Sabine terlihat menjalankan tugasnya yang biasa sebagai asisten kantor. Ia tampak bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak pernah mengeluh dan bahkan ketika Della mengganggunya, ia bisa mengabaikan semua cemoohannya. Meski Harish tidak mempedulikannya ketika mereka berada di keramaian, ia tak terlalu memusingkannya.

Harish adalah sosok yang berbeda ketika ia bicara tentang pekerjaan. Fokus, serius, tegas dan emosional pada kondisi tertentu. Saat bicara ia menguasai apa yang ia sampaikan kepada bawahannya ketika ia marah atas sesuatu yang tak sesuai dengan keinginannya. Meski terkadang, ia seringkali berkata kasar dan bersumpah serapah hingga membanting sesuatu dengan emosi. Tampaknya duduk di puncak tak hanya membuat seseorang bisa menggenggam kekuasaan tinggi di tangannya, di saat yang sama ia juga menjinjing beban yang berat di tangan yang sama.

Meski begitu, seperti orang yang telah berada di bawah pengaruh candu ajaib seperti cinta, entah mengapa hanya dengan memandangnya ia merasa puas. Caranya berjalan, bicara, dan menatap lawan bicaranya cukup menghibur Sabine yang selalu sadar akan hal ini: Harish tak bisa dimiliki seutuhnya. Tapi, ia menyukai hari-hari di mana mereka bertemu di dalam kegelapan lewat sebuah pesan singkat yang dikirimkan lelaki itu hampir setiap hari.

Sebuah pesan singkat yang berisikan nama hotel dan nomor kamar. Tak ada pesan lain yang mengikutinya, namun Sabine tahu bahwa itu adalah sebuah undangan untuk menghabiskan malam dengan lebih leluasa dengan rahasia.

Tanpa membalas pesan itu, dengan kerelaan yang secara sadar ia miliki, ia menemuinya. Lelaki itu membukakan pintu dan seringkali hanya dengan celana di tubuhnya yang berotot.

"Aku pikir kamu tidak akan datang karena kamu tidak membalas pesan," komentar pria itu setelah Sabine masuk dengan tenang tanpa rasa gugup sama sekali.

Ia sudah terlalu terbiasa dengan ini; Harish yang bertelanjang dada dan wangi sabun yang menghipnotis sekaligus menandakan bahwa pria itu benar-benar mempersiapkan dirinya untuk malam ini sebelum naik ke ranjang dan berkeringat lagi.

Sebelum kata-katanya yang lain, bibirnya menyentuh Sabine yang tak menghindar sama sekali dan justru membiarkannya. Seakan-akan ia memang begitu menginginkan dirinya dalam dalam dekapan lelaki itu untuk ciuman lama yang berlangsung dari saat Harish mendekapnya di belakang pintu hingga ia menggendong Sabine masuk ke kamar tidur sampai ia menurunkannya di sisi ranjang.

Kali ini ia membalas semua ciuman Harish dan bahkan tidak menghentikannya sampai lelaki itu menyudahinya karena kehabisan nafas.

"Apa kamu menginginkanku?" tanya Harish padanya.

Sabine hanya mengangguk cepat tanpa suara; menjangkau bibirnya yang tersenyum itu lagi dengan bibirnya yang mulai terbiasa melumat dan sesekali menggigit bibir Harish yang juga melakukan hal yang sama. Tapi, Harish menghentikannya saat Sabine belum merasa puas.

"Aku kehabisan nafas, Sabine...," keluhnya sedikit kewalahan; tapi tersenyum nakal. Ia mengambil jeda sebentar sebelum kembali mencumbui Sabine di atas tempat tidur yang luas dan nyaman, sekaligus empuk untuk berbagai macam jenis kemesraan.

Dengan tidak sabar pula, Harish mempreteli semua kancing kemejanya selagi Sabine melumat bibirnya dengan sedikit keras. Ia melemparkan kemejanya ke lantai dan Sabine mulai menonton detik-detik pria itu menurunkan celananya dengan cepat.

Lalu mereka saling tatap sebelum satu ciuman selagi Harish menggenggam kedua tangannya.

"Sentuh aku...," bisik Harish di telinganya dan menuntun tangan Sabine agar menggenggam miliknya untuk membuat sedikit sentakan kecil hingga lelaki itu menjerit dan menggigigit bibir bawahnya. "Hm... Sabine, biasakanlah... menyentuhnya untukku...."

"Apa kamu menyukainya?" tanya Sabine mengamati raut Harish yang begitu menikmati sentuhannya.

"Sangat...," desisnya menatap Sabine dan bibirnya yang terbuka saat ia bicara dengan suaranya yang kecil. Lalu memperhatikan bagaimana gadis itu memainkannyaa sampai ia menggelinjang.

Ia menatap gadis itu dengan penuh permohonan; fokus pada bibirnya yang kemudian ia sentuh dengan ujung jarinya –terasa lembut dan kenyal sampai pikirannya yang kotor mulai membayangkan bagaimana bila bibir yang cantik itu menyapu di sepanjang miliknya yang berdenyut sebelum memasukannya ke tempat yang tepat.

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks


MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang