"Kamu mau mengantarku pulang?" tanya Sabine yang sudah lebih tenang setelah dia kembali dari toilet.
Gadis itu meneguk habis sebotol air mineral yang Harish berikan padanya, itu membuatnya harus buang air kecil berkali-kali. Hanya itu yang bisa mendorong keluar alkohol berlebihan di dalam darahnya. Sekitar satu jam yang lalu, Harish terpaksa masuk ke restroom khusus perempuan lagi karena mendengar suara gedebuk dari dalam –Sabine terjungkal di depan pintu toilet dan hampir buang air kecil di sana.
Dengan susah payah, ia 'memasukan' Sabine ke salah satu toilet dan menunggu di depan pintu memastikan dia tidak rubuh lagi. Ia juga harus menahan rasa malu saat salah satu dari para gadis yang juga menggunakan restroom itu ternyata mengenalnya dan kemudian malah menggodanya. Saat itulah Sabine membuka pintu toilet dan dia benar-benar sangat berantakan.
Dia menoleh dan menggeleng dengan angkuh. "Aku bukan supir pribadi kamu," tandasnya.
"Ah iya... aku lupa. Kamu... 'kan bosku...." balas Sabine, lalu terkikih sambil mengangguk-angguk. "Mana mungkin kamu mau mengantarku pulang... aku pasti sedang mimpi...."
"Kamu sering bermimpi bisa menghajarku seperti tadi?" balas Harish masih gusar; sampai sekarang ia masih belum tahu apa yang akan diperbuatnya pada gadis ini.
Sabine masih cekikikan tidak jelas. "Tidak...," jawabnya; melirik Harish yang menatapnya masam. "Aku malah mimpi bisa mencekik kamu sampai mati."
Lalu ia tertawa lagi sampai terbahak-bahak meledek Harish yang lebih sering menghela nafas panjang.
"Aku bercanda...," celetuk Sabine tapi Harish terlanjur kesal karena ledekannya itu. "Tapi.. serius... aku benar-benar merasa terhormat kamu memperlakukanku dengan baik...."
"Sudah, jangan bicara lagi," tandas Harish yang bersiap untuk menyalakan mesin dan meninggalkan area parkir Hollysun.
Sebaiknya dia memang harus mengantarkan gadis ini pulang; sebelum dia benar-benar ikut jadi gila. Jenis alkohol yang sama juga mengalir di dalam darahnya saat ini. Dadanya masih terasa panas dan bahkan semakin bertambah panas karena leher gaun Sabine yang rendah sudah seringkali membuatnya menelan jakunnya sendiri.
"Hal-hal seperti ini pasti cuma mimpi..," Sabine masih mengoceh di sampingnya. Lalu tiba-tiba saja menangis; tangisan yang tampak sedih sekaligus kesakitan.
Harish baru saja menyalakan mesin dan langsung mengurungkan niatnya.
"Karena di dunia nyata... kamu membenciku," sambungnya lagi sambil menyeka air mata di bawah matanya. "Dan aku tidak mengerti kenapa kamu... bisa begitu membenciku... padahal aku tidak melakukan apa-apa...."
Harish tidak menjawabnya. Hanya menatapi Sabine yang menangis dengan penuh kepedihan. Harish mulai meragukan apa yang dirasakannya adalah benci; tentu saja, hanya orang kurang waras yang membenci seorang gadis lemah yang juga dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Sebagian dirinya percaya bahwa gadis ini hanyalah korban dan ketidaktahuannya membuat ia berada di tempat yang tidak seharusnya. Namun sebagian lagi masih begitu sakit hati atas egonya yang tak sudi dipermainkan oleh seorang gadis kecil; yang mana itu tak pernah terjadi sebelumnya.
"Apa jangan-jangan kamu bertingkah seperti tadi juga karena kamu mengira sedang mimpi?"
Harish tak berharap gadis itu menjawabnya dengan benar. Bicara dengan orang mabuk adalah hal yang sia-sia.
"Aku benar-benar berharap semua ini hanya mimpi... kamu tahu... di dunia nyata... aku kehilangan banyak hal...," kata dia. "Mama dan adik-adikku meninggal dunia... Papa-ku menikah lagi... aku berhenti balet, temanku berkhianat, bos yang aku kira baik ternyata juga iblis dan aku... harus bekerja di tempat... yang penuh dengan orang-orang yang membenciku... sampai... aku... jadi benci hidupku...."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)
Romance[21+] "Laki-laki pertama tidak selalu jadi yang terakhir. Siapa peduli? Jadi apa yang kamu takutkan? Kita hidup di dunia yang seperti itu. Malam ini dengan si A, besoknya dengan si B. Tahun ini pacaran dengan si C, tahun berikutnya dengan si D, si E...