Ch. 19 - ATHLON

243 17 0
                                    

"Athlon?" Sabine terkejut mendengar nama itu disebut oleh Jessica.

Nama yang familiar bagi Sabine, juga kebanyakan orang; selain karena itu memang sebuah kawasan bisnis yang terkenal dan cukup besar dan menjadi tempat kerja yang paling diminati oleh fresh graduate, Sabine tahu Athlon adalah perusahaan milik Keluarga Salim. Jessica baru saja menawarinya sebuah pekerjaan lewat koneksinya di sana. Ia pikir setelah memiliki 'kekasih' yang tidak ada hubungannya perusahaan itu Jessica tidak akan menyinggungnya lagi.

Sabine menggeleng. Sosok Felicia Salim kembali terbayang di benaknya. Apa yang akan dikatakan gadis itu kalau ia tahu bahwa teman sekelas yang dulu ia rundung, bekerja di perusahaan keluarganya? Dia tidak mau dirundung lagi.

"Tidak," tegasnya. "Jangan Athlon, Jess."

"Kenapa? Ini satu-satunya kesempatan terbaik yang kamu punya, Bin," ujar Jessica meyakinkannya.

"Aku tidak mau bertemu Felicia," tegas Sabine.

Jessica menarik nafas lelah. "Tidak ada yang namanya Felicia Salim di sana, oke?" ujarnya.

"Bagaimana kamu tahu?" Sabine sedikit curiga. "Sekarang katakan, kamu menjalin hubungan dengan siapa? Apa itu masih salah satu dari Keluarga Salim? Kenapa kamu bisa punya koneksi di Athlon?"

Jessica menggeleng-geleng. "Bukan, Sabine. Tolong, dengar dulu," ujar dia.

"Kenapa kamu masih terus merahasiakannya? Kamu tidak percaya padaku, Jess?"

"Huh...," gerutunya, membuang pandang lalu memutar matanya sebelum menatap Sabine lagi dengan sungguh-sungguh. "Tenang, Sabine. Aku tahu! Aku tahu! Kamu tidak perlu cemas soal itu. Tolong, berpikirlah dewasa kali ini! Mereka punya banyak perusahaan dan tidak akan repot-repot mengurus masa lalu karyawannya."

"Sudah waktunya kamu terus terang, Jess. Siapa sebenarnya orang itu?"

Jessica mendengus lagi. Tertunduk sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan Sabine yang tak bisa menunggu lagi.

"Ya, dia bekerja di Athlon. Tapi, dia bukan salah seorang dari Keluarga Salim. Kamu puas?" jawab dia. "Dia orang luar yang punya posisi penting di Athlon. Itu saja."

Namun Sabine masih belum puas dengan jawaban itu meskipun ia sudah bisa membayangkan pria beristri yang dekat dengan Jessica bisa saja salah seorang dari dewan direksinya.

"Bagaimana kamu bisa bertemu dengan orang itu?" tanyanya lagi.

"Ceritanya panjang. Kalau sudah saatnya pasti aku ceritakan. Tapi, sekarang kamu harus mengambil kesempatan ini dulu. Kamu datang ke sana sebagai orang yang tidak ada hubungannya denganku, mengerti?"

Sabine hanya menghela nafas lelah.

"Kali ini fokus dengan diri kamu sendiri," ujar Jessica. "Bukannya kamu ingin kehidupan yang lebih baik? Kesempatan yang bagus seperti ini tidak akan datang dua kali, Sabine."

Sabine terdiam lagi.

"Masa sewa apartemen ini sebentar lagi habis. Aku tidak bermaksud mengusir, tapi, aku tidak mungkin membawa kamu tinggal di tempatku yang baru," ujar Jessica lagi dengan sangat jujur. "Aku tinggal bersama pacarku dan hubungan ini rahasia. Jadi...."

Kalau Sabine punya pekerjaan, dia bisa menyewa apartemen sendiri dan mendapatkan kehidupan mandiri yang layak seperti yang ia idamkan selama ini.

"Ya sudah...," kata Sabine akhirnya sebelum Jessica menyelesaikan kalimatnya. "Tapi, itu pekerjaan yang seperti apa, Jess?"

"Bukan pekerjaan yang rumit. Asisten kantor," jelas dia.

Jessica telah memastikan Sabine bisa langsung diterima walaupun dia belum genap delapan belas tahun. Tapi, ia belum bisa mengenyampingkan fakta bahwa sahabatnya itu pernah dilecehkan oleh orang-orang yang berhubungan dengan anak konglomerat yang memiliki perusahaan tempat ia akan bekerja nanti.

Rasa keberatan Sabine tertutupi oleh totalitas Jessica saat membantu Sabine untuk mendapatkan pekerjaan itu. Ia mengajak Sabine berbelanja membeli outfit dan make up yang cocok untuk ke kantor dan pergi ke salon, agar Sabine membuang rambut merahnya dan mengembalikan warna aslinya. Untuk hari interview, Jessica memilihkan rok span hitam selutut dan blouse pink cerah serta sepatu hak lima sentimeter. Ia juga merias Sabine dengan serius.

Sabine tidak punya alasan untuk terus meragukan kesungguhan Jessica hanya karena enggan bercerita tentang kehidupan pribadinya. Tapi, Sabine masih sempat urung saat mereka telah berhenti di basement salah satu gedung yang menjulang tinggi di kawasan bisnis itu untuk memenuhi undangan interview dari bagian Staff Recruitment yang sudah menelepon Sabine kemarin.

Semudah inikah?

Melihat kehidupan baru Jessica yang seolah ia dapatkan lewat sihir ajaib, Sabine kira... mungkin keberuntungan juga akan berpihak padanya kali ini. Semoga saja.

Mereka turun dari mobil Jessica, melewati mobil-mobil yang terparkir rapi di tempat itu dengan langkah anggun seolah mereka adalah keturunan bangsawan yang akan memasuki ballroom pesta dansa. Meski Sabine masih tidak percaya dia akan bekerja di tempat sebesar itu, senyum Jessica yang selalu berkata semua akan baik-baik saja membuatnya selalu menuruti keinginannya.

Sabine mungkin punya firasat yang tidak baik tentang Athlon, tapi dia membutuhkan pekerjaan itu demi kehidupan yang ia impikan.

Price of fame.

***

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks

MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang