Ch. 1 - THE NEW BOSS

2.8K 56 1
                                    

Desember 2015....

Kalau kamu tidak datang sekarang, aku yang ke sana.

Setiap usaha kecil untuk menjauhinya selalu ditangkis oleh satu baris pesan ancaman. Sabine benci ini; pesan yang baru ia terima begitu ia menyalakan handphone-nya.

"Brengsek...," gumamnya kesal sambil menaruh kembali benda itu di atas meja.

Ini hari Rabu –hari kerja. Seharusnya ia sudah berada di kantor seperti biasanya. Tapi, ia masih ingin membolos setelah mematikan handphone dan mencabut kabel telepon selama dua minggu penuh agar tak ada yang mengganggunya. Dengan terus absen dan bersikap seenaknya, tak ada alasan bagi bosnya itu untuk tidak memecatnya. Sekalipun pekerjaan itu telah memberinya banyak hal; pengalaman dan kehidupan yang layak sampai ia bisa menyewa apartemen ini dan membeli apa yang dia mau tanpa pikir panjang dengan uangnya sendiri. Namun sejak pergantian bos, pekerjaan yang biasanya ia sukai sekarang menjadi hal yang paling ia benci sampai baginya pergi ke kantor seperti pergi ke neraka. Semuanya tidak lagi soal uang, tapi kesehatan mentalnya –itu jauh lebih penting. Akhir-akhir ini hidupnya tidak pernah bisa tenang karena pria itu.

Harish, bos barunya, tipe orang yang bisa melakukan apa pun yang terpikir olehnya saat diperlukan pada saat itu juga. Memori sebelumnya saat Harish tiba-tiba berada di dalam rumahnya dan merusak barang-barang adalah pengalaman yang paling buruk yang pernah ia alami selama berurusan dengan seorang pria. Seperti hantu, Harish bisa ada di mana saja dan kapan dia mau. Sabine hampir selalu tidak siap dengan tindakan berlebihannya itu.

Benar saja, saat Sabine baru saja keluar dari kamar mandi sekitar jam lima sore, ia sudah mendapati bosnya itu berada di ruang TV; di apartemennya. Kemungkinan dia sudah berada di sana selama Sabine berendam di dalam bathtub selama hampir satu jam untuk menenangkan diri.

Sosok belakang dengan rambut setengah gondrong dan berwarna abu-abu itu tampak tengah bersandar ke sofa dengan santai; ia sedang menonton pertandingan bola di TV. Asap putih mengepul di atas kepalanya dan tampaknya ia belum menyadari bahwa Sabine yang kesal sudah berdiri di belakangnya.

"Apa lagi sekarang?" tegur Sabine was was; sambil mengeratkan pegangannya pada ujung handuk yang membalut tubuhnya.

Mungkin ia harus pindah dari sini agar tidak lagi menemukan penyusup ini di rumahnya tanpa izin. Siapa yang tahu apa yang dipikirkan bajingan gila seperti dirinya?

Harish menengok ke belakang dan menyeringai; memperlihatkan lesung pipinya yang dalam. Ia langsung berdiri dari sofa, dengan rokok di antara kedua jarinya lalu menjentikan abunya yang bertaburan di atas karpet.

"Ternyata nyali kamu besar juga," komentarnya lalu menghisap rokoknya untuk terakhir kali sebelum ia membuang puntungnya di lantai dan menginjaknya di sana sampai mati.

Lawanlah atau tidak sama sekali.

Ini bukan masalah keberanian untuk membolos kerja dan melawan bosnya. Di mana pun berada, ia akan tetap menyiksanya. Ke mana pun ia lari, Harish akan tetap memburunya. Rasanya akan sangat sia-sia jika Sabine tidak menunjukan perlawanan agak sedikit walaupun itu tak akan berpengaruh apa-apa bagi orang seperti Harish.

"Kamu terobsesi padaku sekarang?" celetuk Sabine sinis.

Harish menjawabnya dengan tawa melecehkan sambil menghampirinya dan Sabine seakan mengecil di depannya. Sosoknya sangat mengintimidasi dengan tubuh tinggi tegap; bahu dan dada yang lebar; lengan yang kuat; wajah dengan hidung mancung dan sepasang mata yang tegas. Dulu Sabine bisa dengan begitu mudah terpikat padanya; karena ia hanya seorang gadis biasa yang belum tahu bahwa Harish adalah lelaki yang seperti ini.

Benar kata orang, segala sesuatu selalu kelihatan indah dari kejauhan namun dari dekat semua ketidaksempurnaan akan terlihat dengan sangat jelas. Demikian pula Harish. Ia adalah jenis lelaki yang paling buruk dalam wujud yang paling bagus dan kemasan yang paling mahal.

MY EVIL BOSS : HE TAKES IT ALL (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang