Rizal menundukan kepalanya di depan kepala sekolah, tidak menghadap BK kali ini. Ia langsung menghadap kepala sekolah menjelaskan alasan mengapa ia memutuskan memanggil polisi sedangkan masih terjadi perselisihan diantara para guru
"Maaf Pak, tapi menurut saya ini mengakhiri kekacauan dan memperkikis kerusakan fasilitas sekolah" ucap Rizal membuat Kepala sekolah mengangguk-angguk
"Mereka itu teman kamu?" Tanya Kepala sekolah, Rizal menggelengkan kepalanya
"Bukan Pak, saya juga tidak punya urusan sama mereka"
"Lalu kenapa kamu memukul nya di depan polisi tadi."
"Karena dia melukai teman saya"
"Baik, saya tidak tahu letak masalahnya dimana. Terimakasih sudah memberikan penjelasan silahkan pulang, hati-hati di jalan"
"Terimakasih Pak"
Rizal segera pamit dari ruangan itu, ia menghela nafas panjang dan menghampiri Anggi serta Gino yang menunggu tak jauh dari sana memegang kan tas nya
"Thanks" seru Rizal dan memakai tasnya
"Gimana tadi? Lo gak di skors kan?" Tanya Anggi tampak penasaran
"Enggak" jawab Rizal singkat membuat Anggi dan Gino menghela nafas lega
"Yaudah ayo cabut" kata Gino menepuk pundak nya diangguki Rizal
Para murid lain pun meninggalkan sekolah dengan perlahan menyisakan tanda tanya apa yang terjadi sehingga Tian bisa terluka seperti itu, saat ini kejadian ini menjadi perbincangan hangat diantara mereka.
"Sigit kemana?" Tanya Rizal menatap keduanya sebelum menyalakan mesin motornya
"Udah duluan ke basecamp" jawab Anggi, Rizal mengangguk dan segera melajukan motornya meninggalkan sekolah diikuti Gino dang Anggi di belakang nya.
****
Ikal tampak cemas saat ikut mendorong brankar Tian di koridor rumah sakit, mereka memasuki UGD dan menahan Ikal untuk tidak ikut masuk. Ia membiarkan dokter bertindak menangani sahabat nya itu ia tampak sedih dan khawatir entah apa yang sebenarnya terjadi hingga terjadi hal tak terduga seperti ini
Ia duduk gelisah di kursi koridor, sesekali berdiri dan mengintip dari kaca jendela berharap pengobatan nya cepat selesai
"Kal! Tian gimana?" Tanya Rizal yang baru saja datang dengan tergesa-gesa
"Ngapain lo kesini? Kayak nya Tian gak butuh kehadiran lo" seru Ikal dengan sinis membuat Rizal mengerutkan keningnya
"Maksud lo apa?" Tanya Rizal menatap Ikal dengan intens
"Lo sama sekali gak ngebantu! Bakat bela diri lo gak berguna!" Sarkas Ikal mendorong Rizal membuatnya mundur menahan keseimbangan
"Kalau gue bisa bela diri, gue yang akan bantu Tian! Tapi gue gak bisa Zal! Gue selalu kalah dan Tian larang gue buat kalah!" Sambung Ikal dengan amarah yang dalam, Rizal terdiam memikirkan hal yang baru-baru ini terjadi di hidupnya
"Maaf" ucap Rizal singkat padat dan jelas, Ikal mendengus kesal mendengarnya
Saat Ikal akan kembali berucap pintu UGD terbuka menampakan seorang dokter yang melepaskan masker di mulutnya
"Gimana teman saya Dok?" tanya Ikal segera menghampiri.
"Saya bisa bicara dengan keluarga nya?" Dokter balik bertanya pada keduanya.
"Orangtuanya sangat sibuk, saya juga keluarga nya bicara saja sama saya" Jawab Ikal dengan yakin.
"Saya juga, keluarga nya" seru Rizal ikut angkat bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulkas Aktif《Completed》
General Fiction『DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! - Mengandung kata2 makian dan kasar - Harap bijak dalam membaca - Vote untuk saling menghargai - Komen agar makin akrab - Baperan gak usah baca -SEKIAN TERIMA GAJIH😘』 Remaja yang cuek dan masa bodo...