74. Kulkas dan Ovenan

8 12 0
                                    

"Bajingan!! Lo harus mati sekarang juga!" seru Rizal mengangkat sebuah vas bunga untuk melemparkannya pada kepala Dani yang sudah babak belur.

"Rizal!! Jangan! bego!" seru Marta dan segera menepis vas bunga dari tangannya hingga hancur menghantam tembok

Anggi dan Gino menarik Rizal menjauh dan keluar dari kamar Fani, sedangkan Marta dan Jian membantu Dani berdiri ia tampak tak berdaya

"Baju lo!" seru Feric melempar kan baju Dani ke wajahnya. "Keluar!" lanjut Ferik.

Dani tampak mengatur nafas nya dan berjalan melewati mereka ia melihat sekilas ke arah Fani dan adiknya yang tampak saling memeluk karena takut

"Gue gak akan minta maaf sama lo, karena salah lo gue ngelakuin ini" kata Dani menatap Fani dan segera pergi meninggalkan ruang tamu menuju motornya dan melaju

"Sorry, rumah lo berantakan" kata Rizal tanpa menoleh pada Fani. Fani yang masih menangis tanpa suara mengangguk paham

"Beresin" seru Rizal dan menatap teman-temannya.

"Woke, easy!" sahut Samsul dan segera mengambil sapu menyapu lantai di bantu dengan yang lainnya membersihkan rumah Fani dan membetulkan pintu yang hampir roboh akibat dobrakan mereka

Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai dan pamit pada Fani. Fani mengucapkan banyak terimakasih pada mereka yang telah membantunya

"Dek, tidur ya? Kamu gakpapa kan? Ada yang sakit enggak?" tanya Fani setelah mereka pergi ia menatap adiknya yang tampak lelah

"Gakpapa kok Kak. Kakak gimana?" tanya nya dengan menatap Fani.

"Kakak juga gakpapa, ayo" kata Fani menariknya dan menuntunnya menuju kamar.

"Kakak tidur disini ya? Aku takut Kak"

"Iya, Kakak tidur disini"

Fani segera memberikan selimut dan menutupi badannya sampai leher ia mematikan lampu dan mengunci semua pintu. Baru saja ia akan berbaring ia mendengar suara ketukan pintu di depan. Ia ingin membukanya tapi takut jika itu Dani yang datang kembali

"Fani, ini gue" seru orang itu membuat Fani cepat-cepat berjalan menuju pintu dan membuka nya ia hanya melongokan kepalanya dan melihat Rizal yang berdiri disana ia takut Rizal menjauh atas apa yang baru saja terjadi padanya

"Kenapa balik lagi? Lo harus istirahat" kata Fani menundukan pandangannya ia tak berani keluar.

"Lo harus makan" seru Rizal membuat Fani menatapnya tak percaya, Rizal menyodorkan kantong plastik padanya.

"Kenapa lo gak keluar?" tanya Rizal menatapnya datar.

"Hhm, gue..." Fani tak tahu harus menjawab apa.

"Keluar aja, gue gak jijik sama lo" ucap Rizal membuat Fani tertegun.

"Tapi gue udah-"

"Lo masih perawan kan?"

"Heh!"

Rizal tersenyum kecil membuat Fani yang kesal tampak terpesona, "Keluar" kata Rizal meyakinkan. Fani perlahan membuka pintunya sedikit lebih lebar dan melangkah mendekat meski ia ragu

Tapi detik berikutnya ia terkejut saat Rizal menariknya kedalam dekapan yang hangat ia tidak pernah menyangka cowok cuek itu bisa semanis ini

"Sorry gue datang terlambat" kata Rizal membuat Fani ingin menangis kembali

"Rizal, lo..."

"Lo pacar gue kan?" lagi-lagi pertanyaan Rizal membuatnya terbang, ia hanya mengangguk karena terlalu bahagia ia tak pernah merasakan kelembutan dan kenyamanan dari seorang laki-laki ia hanya merasakan makian dan kasar

Kulkas Aktif《Completed》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang